Sabtu, 23 Mei 2009

Islam itu apa...???


Mengenal DIEN
Beberapa arti kata "dien" dalam Al Qur'an

1
. Mencakup tentang ketaatan, ketundukan dan penyembahan
“Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus”
Yusuf/12:40

2. Mencakup peraturan tentang ibadah /syari’at /ketaatan
”Apakah mereka mempunyai sesembahan-sesembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diidzinkan Allah?”
Asy Syuraa’/42:21

”Keputusan hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan kamu agar tidak menyembah selain Dia. Itulah dien yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
Yusuf/12:40

”Untukmu lah dien-mu dan untukku lah dien-ku”
Al Kafirun/109:6

“…dan untuk-Nyalah ketaatan itu selama-lamanya…”
An Nahl/16:52

3. Balasan
“Sesunguhnya yang dijanjikan kepadamu pasti benar. Sesungguhnya hari pembalasan pasti terjadi”
Adz Dzaariyaat/51:6

“Tahukah kamu hari pembalasan itu. Sekali lagi tahukah kamu hari pembalasan itu? (yaitu)hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekusasaan Allah”
Al Infithar/82:19

*****

Beberapa arti kata "islam" dalam Al Qur'an

1
. Islam secara umum diartikan dengan rela, pasrah dan menerima 
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)”
Az Zumar/39:54

2. Menyerah
”Maka apakah mereka mencari dien yang lain dari dien Allah, padahal hanya kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, baik dengan suka maupun dengan terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka akan dikembalikan”
Al Imran/3:83

”Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam(menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri”
Az Zumar/39:11~12


3. Damai dan aman.
”Jangalah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah(pun) beserta kamu.. ”
Muhammad/47:35

*****

Arti secara istilah gabungan kata ”Dien” dan ”Islam”

 Bisa dikatakan
Dien adalah suatu aturan hidup atau sistem hidup, yang mengatur kehidupan manusia. Sedangkan Islam adalah nama dari dien itu.

Dan dapat diketahui pula bahwa aturan hidup/sistem hidup/dien itu banyak jumlahnya dan hanya Dienul-Islam yang ditentukan oleh Allah untuk manusia, yang disampaikan melalui para Rasul-Nya


”Barang siapa yang mencari dien selain dienul Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima(dien itu) daripadanya, dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”
Al Imran/3:85

“Dan Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya(dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama…”
At Taubah/9:33

”Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari akhir dan mereka tidak berdien dengan dien yang benar(dien Allah); (yaitu orang-orang)yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk”
At Taubah/9:29

Jadi secara istilah ;
makna Dienul Islam adalah menampakkan ketundukan dan melaksanakan hukum/syari’at Allah yang datang/diterima dari Rasulullah, dan yang datang selainnya adalah bukan Dienul Islam (Thaghut). Sehingga dari sini dapat diketahui batasan antara orang yang Islam atau yang tidak.

“Dan sesungguhya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan):”Sembahlah Allah saja dan jauhi thaghut”
An Nahl/16:36

Perkataan Syeikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab:
الإِسْلاَمُ هُوَ الإِسْتِسْلاَمُ اللهُ بِالتَّوْحِيْدِ وَالإِنْقِيَادُ لَهُ بِالطَّاعَةِ وَالْبَرَأَةُ مِنْ الشِّركِ وَ أَهْلِ الشِّرْكِ

“Islam adalah beristislam kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan penuh ketaatan dan berlepas diri dari kesyirikan dan orang-orang musyrik”

*****

Dienulislam adalah dien tauhid, ajaran seluruh Rasul-rasul Allah dan dien para Rasul

Dienulislam adalah aturan hidup yang lengkap dan sempurna yang diturunkan oleh Allah 'Azza wa Jalla melalui para rasul-Nya sebagai pedoman hidup bagi manusia.

Dienulislam adalah dien tauhid karena menuntut penyembahan, ketundukan dan kepasrahan hanya kepada Allah saja.

Dienulislam telah dibawa oleh seluruh para rasul dari Allah untuk disampaikan kepada manusia seluruhnya dan tauhid adalah inti da’wah para rasul.

”Dan Kami tiada mengutus seorang rasul-pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya ”Bahwasanya tiada ilah(yang berhak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian Aku”
Al Anbiyaa’/21:25

 “Dan sesungguhya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan):”Sembahlah Allah saja dan jauhi thaghut”
An Nahl/16:36

Beberapa kisah Rasul Allah di dalam Al Qur’an tentang ke ”Islaman ” mereka

Nabi Nuh As
”Jika kamu berpaling dari peringatanku aku tidak akan meminta upah sedikitpun darimu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya termasuk orang-orang yang berserah diri kepada-Nya”

Yunus/10:72

Nabi Ibrahim As dan Nabi Isma’il As
”Ya Robbi, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada-Mu dan jadikanlah di antara anak cucu kami ummat yang tunduk kepada-Mu dan tunjukilah kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang ”
Al Baqarah/2:128

Nabi Ya’kub As

”Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’kub : ”Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih dien ini bagimu, maka janganlah kamu sekalian mati kecuali dalam memeluk Islam ”
Al Baqarah/2:132

Nabi Yusuf As
” …wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang sholeh ”
Yusuf/12:101

Nabi Musa As
”Berkata Musa :”Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertaqwalah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar berserah diri”
Yunus/10:84

Nabi Sulaiman As
”Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya isinya : ”Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang ”
An Naml/27:31

Nabi Luth As
”Dan jika mereka(orang-orang musyrik mendustakan kamu, maka sesungguhnya telah mendustakan juga sebelum mereka kaum Nuh, ’Aad dan Tsamud, dan kamu Ibrahim dan kaum Luth ”
Al Hajj/22:42~43

Nabi Syu’aib As
“Dan Kami telah mengutus kepada penduduk Madyan saudara mereka Sya’aib, ia berkata:” Hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya…”
Al A’raaf/7:85

Nabi Shaleh As
“Dan Kami telah mengutus kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia berkata:”Hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya…”
Al A’raaf/7:73

Nabi ‘Isa As

”Para Hawariyyun(sahabat setia Nabi Isa) berkata : ”Kamilah penolong-penolong Dienullah , dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri ”
Ali Imran/3:52

Nabi Huud As
”Dan ingatlah (Huud) saudara kaum ‘Aad yaitu ketika dia memberikan peringatan kepada kaumnya di al Ahqaaf, sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (yang menyerukan) janganlah kalian menyembah kepada selain Allah” 
Al Ahqaaf/46:21

Nabi Muhammad Saw
”Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri”
Az Zumar/39:12

Dan Nabi Saw. bersabda:
اْلاَنْبِيَاءُإِخْوَةٌلِعَلاَّتٍ, اُمَّهَاتُهُمْ شَتَّي وَدِيْنُهُمْ وَاحِدٌ

“Para nabi itu bersaudara sebapak, ibu mereka berbeda namun dien mereka satu”
HR Bukari

*****

Ruang Lingkup Dienul Islam

1. Hakekat ketuhanan  ma’rifatullah  ketauhidan
Menyatakan tidak ada ilah selain Allah, menuntut pengenalan terhadap Allah dalam hal rububiyyah-Nya, Asma wa sifat-Nya dan Uluhiyah-Nya

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi(segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu dalam kebenaran”
Al Baqarah/2:186

2. Hakekat penghambaan  adanya kelemahan dan keterbatasan
Ketergantungan hamba terhadap hukum-hukum Allah (kauniyah + khauliyah)

“Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak keturunan Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka(seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?”, mereka menjawab:”Betul(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”, (Kami lakukan yang demikian itu)agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(kekuasaan Tuhan)”
Al A’raaf/7:172


3. Hubungan antar makhluk Allah
Saling ketergantungan dalam mencari kemaslahatan kehidupan dan untuk beribadah kepada Allah

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu…”
Al Hujaraat/49:13

*****

Unsur-unsur Dienul Islam

عَنْ عُمَرَرَضِىَاللهُ عَنْهُ أَيْضً قَالَ: بَيْنَانَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَرَسُوْلِ اللهِ صلىالله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْطَلَعَ عَلَيْنَ رَجُلٌ شَدِيْدُبِيَاضِ الشِّيَابِ شَدِيْدُسَوَادِالشَّعْرِ لاَيُرَىعَلَيْهِ اَثَرِالسَّفَرِوَلاَيَعْرِفُهُ مِنَّاأَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَىالنَّبِىِّ صلىالله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَىفَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَامُحَمَّدُ أَخْبِرْنِىعَنِ اْلإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلىالله عليه وسلم اَلإِْسْلاَمُ أَتَشْهَدَ أَنْل لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًارَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمُ الصَّلاَتَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ السْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ صَدَقْتَ فَعَجِبْنَ لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ فَأَخْبِرْنِىعَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ أَنْتُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِوَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِخَيِرِهِ وَشَرِّهِ, قَالَ صَدَقْتَ. قَالَ فَأَخْبِرْنِىعَنِ اْلإِحْسَانِ, قَالَ أَتَعْبُدَاللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ السَّاعَةِ, قَالَ مَاالْمَسْؤُلُ عَنْهَابِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِىأَمَارَتِهَا. قَالَ أَنْ تَلِدَاْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَالْعُرَاةَالْعَالَةَ. رِعَاءَالشَّاءِِيَتَطَا وَلُوْنَ فِىالْبُنْيَانِ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا. ثُُمَّ قَالّ يَا عُمَرُ أَتَدْرِىْ مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ اَللهُ وَرَسُوْلُهُ اَعْلَمُ. قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رواه مسلم


Dari Umar bin Khaththab ra telah berkata : 
“Ketika kami duduk bersama Rasulullah Saw pada suatu hari terlihat oleh kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak nampak padanya tanda-tanda habis pergi jauh dari safar dan tiada seorangpun dari kami yang mengenalnya. Kemudian ia duduk di hadapan Nabi Saw, lalu ia sandarkan lututnya pada lutut Nabi dan ia letakkan tangannya di atas paha Nabi Saw. Dan berkata, “Wahai Muahammad beritahu padaku tentang Islam?“ Rasulullah Saw menjawab, “Islam adalah jika engkau bersyahadat bahwa tidak ada ilah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, engkau dirikan shalat, engkau tunaikan zakat, engkau shaum di bulan Ramadhan, serta engkau berhaji di Baitullah jika engkau mampu menjalaninya“. Ia berkata, “Engkau benar“. Kami heran ia bertanya dan ia juga yang membenarkannya. Lalu ia bertanya lagi, “Beritahu padaku tentang Iman“. Rasulullah menjawab, “Iman ialah jika engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya dan hari kiamat serta iman kepada qadar yang baik maupun yang buruk“. Ia berkata, “Engkau benar“. Ia bertanya kembali, “Beritahu padaku tentang ihsan“. Rasulullah menjawab, “Ihsan ialah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, namun jika engkau tidak melihat-Nya, maka sungguh Ia melihatmu“. Ia bertanya kembali, “Beritahu padaku (tentang) hari kiamat“. Rasulullah menjawab, “Orang yang ditanya tentangnya tidak lebih tahu dari penanya sendiri“. Ia berkata, “Beritahu aku akan tanda-tandanya“. Rasulullah menjawab, “(Di antaranya)jika seorang hamba sahaya melahirkan (anak) tuannya, jika engkau melihat orang yang tadinya miskin, papa, berbaju compang-camping sebagai pengembala kambing sudah mampu bermegah-megahan dalam mendirikan bangunan“. Kemudian ia pergi. Aku terdiam sejenak. Kemudian Rasulullah bertanya, “Wahai Umar tahukah engkau siapa yang bertanya tadi ?“ Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. “ Rasulullah menjawab, “Ia adalah Jibril. Datang kepada kalian untuk mengajarkan kalian tentang dien kalian“
Riwayat Muslim.

Dienul Islam terbentuk dari tiga unsur di atas. Unsur-unsur di atas tidak bisa dihilangkan salah satunya, ketiga-tiganya harus bertemu dan saling terikat.

Dilihat dari ketiga unsur di atas manusia yang telah memilih dienulislam sebagai jalan hidupnya terbagi menjadi tiga.

Islam, Iman, Ihsan berbeda tingkatan. Seseorang bisa saja berislam dengan baik tetapi belum tentu ia memiliki keimanan yang baik. Seseorang yang beriman dengan baik pasti islamnya baik tetapi keihsanannya belum tentu baik, Tetapi apabila baik ihsannya tentu baik keimanannya dan baik juga keislamannya, jadi setiap Muhsin pasti Mu'min dan Muslim, setiap Mu'min pasti Muslim dan belum tentu Muhsin, sedang tidak setiap Muslim itu Mu'min apalagi Muhsin.


*****

Kerangka Bangunan Dienul Islam

Jika Dienul Islam diumpamakan sebagai suatu bangunan, maka ia memiliki beberapa bagian, yang memiliki fungsinya masing-masing. 

Tiap bagian tidak boleh tidak ada, hilang atau rusak, agar manfaat bangunan sebagai tempat berlindung dan bernaung dapat dirasakan.

Dan bangunan itu sendiri aman, tidak membahayakan penghuninya.

رَاْسُ اْلأَمْرِ اْلإِسْلاَمُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ وَذُرْوَةُسَنَا مِهِ الْجِهَادُ فِىسَبِلِ اللَّهِ


“Pokok urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah”
HR Imam Ahmad, Tirmidzi,, Ibnu Majah.


Dasar :

بُنِيَل الإسْلَمُ عَلَى خَمْسٍ, شَهَادَةِأَنْ لاَّإلَهَ إلاَّاللَّه وَأنَّ مُحَمَّدًارَسُولَ اللَّه, وَإقَامِ الصَّلاَةِ وَإتَاءِالزَّكَاةِ وَصَومِ رَمَضَانَ وَحَجِّ البَيْتِ

"Islam dibangun atas lima, syahadat bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain allah dan muhammad adalah utusan allah, dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan shaum ramadhan dan pergi haji"
Dari Umar Ra, hadits Bukhari-Muslim

Sebagaimana sebuah pondasi , maka bagian yang terbawah dari bangunan Islam ini harus mampu menyokong bagaimanapun beratnya bangunan yang berdiri tegak di atasnya.

Awal kebaikan sebuah bangunan bermula dari pembangunan dasarnya, ia akan menentukan kelanjutan dari bangunan yang akan berdiri di atasnya. Percuma memperindah sebuah bangunan apabila bangunan tersebut mudah roboh.

Dasar-dasar Islam sebagaimana yang kita ketahui ada di dalam rukun-Islam. Pelaksanaannya dititik-beratkan kepada kesalehan individu-individu yang kemudian diarahkan untuk membentuk jama’ah atau masyarakat yang akan menyokong bangunan Islam secara keseluruhan.

Pondasi pertama adalah masalah aqidah/ keimanan/ keyakinan, sebagai aplikasi dari syhadatain. Pondasi berikutnya adalah ketaatan dan kedisiplinan dalam pelaksanaan rukun-rukun Islam. 
 
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah…”
Al Imran/3:103

Bangunan :
Bangunan Islam adalah terlaksananya Islam di berbagai aspek kehidupan, kehidupan yang sepenuhnya diatur oleh Islam , oleh syariat-syariat yang telah ditetapkan oleh Allah.

“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama…”
Asy Syuura/42:13

“Maka demi Tuhanmu, mereka(pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang kereka perselisihkan, kemudian mereka merasa tidak keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
An Nisaa’/4:65

“Katakanlah:”Hai ahli kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu…”
Al Maa-idah/5:68
Apabila bangunan Islam di atas telah terbentuk menjelma dalam kehidupan masyarakat, maka sudah pasti manfaat Islam dapat dinikmati, keadilan Islam, kemaslahatan ummat serta kehidupan yang penuh berkah akan benar-benar terwujud, sebagaimana janji Allah;
“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan(hukum) Taurat, Injil dan Al Qur’an yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka…”
Al Maa-idah/5:66

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi…”
Al A’raaf/7:96

Atap :

Bagaiamanpun juga, bangunan memerlukan atap pelindung, yang bermanfaat melindungi penghuni di bawahnya dan juga melindungi bangunan yang ada di bawahnya agar tetap terus memberikan menfaatnya.

a. Da’wah
“Serulah manusia kepada jalan Tuhamu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…”
An Nahl/16:125

b. Tolong menolong
“…dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…”
Al Maa-idah/5:2

c. Amar ma’ruf nahi munkar
“Dan hendaklah di antara kamu segologan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”
Al Imran/3:104 

d. Jihad fii sabilillah
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah…”
Al Baqarah/2:193

e. Infaq
“Belanjakanlah hartamu di jalan Allah , dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan”
Al Baqarah/2:195

دِيْنٌ لاَصَدَقَةَ فِيْهِ وَلاَ جِهَادَ فَبِمَ تَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ ؟

“Agama tanpa infaq di dalamnya dan juga jihad, lalu dengan apa kamu masuk jannah?”
Sabda Rasulullah ketika menolak baiat seseorang yang mau Islam tanpa shadaqah dan jihad…
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an…”
At Taubah/9:111
بُعِثْتُ بِاالسَّيْفِ بَيْنَ يَدَيِّ السَّاعَةِ حَتَّى يُعْبَدَ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَجَعَلَ رِزْقِيْ تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِيْ، وَجَعَلَ الذُّلَّ وَ الصِّغَارَ عَلَ مَنْ خَالَفَ أَمْرِيْ

“Aku diutus dengan pedang menjelang datangnya kiamat sehingga hanyalah Allah saja yang disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah menjadikan rezkiku di bawah naungan tombakku, dan kerendahan dan kehinaan ditimpakan bagi orang-orang yang menyelisihi perintahku”
HR Ahmad

*****
Karakteristik Dienul Islam

A. Rabbaniyah / Ketuhanan

1. Buatan/murni dari Allah SWT
Rabbaniyah karena Islam adalah dien ciptaan Allah dan bukan produk manusia. Manusia sama sekali tidak mempunyai peran di dalam pembuatannya.

“Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu’jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang”
An Nisaa’/4:174

”…orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Qur’an itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya…”
Al An’am/6:114

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya…”
Al A’raaf/7:3

“Tidaklah mungkin Al Qur’an ini dibuat selain Allah; akan tetapi (Al Qur’an) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yagn telah ditetapkan, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. Atau(patutkah) mereka mengatakan:”Muhammad membuat-buatnya”. Katakanlah:”(Kalau benar yang kamu katakan itu) coba datangkan sebuah surat seumpamanya, dan panggillah siapa saja yang dapat engkau panggil(Untuk membuatnya) selain Allah jika engkau termasuk orang yang benar.”
Yunus/10:37~38

2. Tujuan akhir adalah untuk menyembah Allah dan mengharap keridhaan-Nya
“..dan bahwasanya kepada Rabbmu kesudahan segala sesuatu...”
An Najm/53.42

“Allah menjanjikan kepada orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan, (akan) mendapat syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di syurga ‘And. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar”
At Taubah/9.72

3. Rabbaniyah karena mengambil Al Qur'an / wahyu Allah sebagai sumber hukum dan dasar-dasar amal

“Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikamah dan kenabian, lalu ia berkata:”Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (dia berkata):”Hendaknya kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Alkitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.”
Al Imran/3:79

4. Rabbaniyyah karena menuntut hubungan langsung antara Allah dan hamba-Nya tanpa melalui perantara.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi(segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu dalam kebenaran”
Al Baqarah/2:186

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”
Al Maaidah/5:35

“…Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):”Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya…”
Az Zumar/39:3

“Maka mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai Tuhan untuk mendekatkan diri(kepada Allah) tidak dapat menolong mereka…”
Al Ahqaaf/46:28

5. Rabbaniyyah karena dien ini dijaga oleh Allah dan terjamin kebenarannya

“…dan sesungguhnya Al Qur’an itu kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya(Al Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya…”
Fushshilat/41: 41~42

“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
Al Hijr/15:9

“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab(Al Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya.”
Al Kahfi/18:1

“Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat saja yang semisal dengan Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”
Al Baqarah/2:23

Selain dienul Islam, dien yang lain tidak mungkin Rabbaniyah, mereka terbagi menjadi 3:
a. Aliran filosofi
Aliran ini merupakan dien yang murni buatan manusia, buah pikiran manusia berupa budaya-budaya dan firqah-firqah. Diantaranya adalah liberalisme, kapitalisme, sosialisme, komunisme, dsb.
b. Agama manusia
Sebagai contoh adalah agama Budha dan Hindu.
c. Agama samawi yang menyimpang
Semisal agama Nasrani. Begitu banyak penyimpangan yang dijumpai di dalamnya, sampai-sampai isi dari kitabnya saja saling bertentangan.

B. Insaniyah / Kemanusiaan

1. Islam adalah agama manusia.

Islam mengajak manusia kembali kepada fitrahnya, yaitu keinginannya untuk mengenal, beriman, dan berhubungan dengan Allah, Khaliqnya. 
Mengetahui dan berhubungan dengan Penciptanya inilah satu-satunya kebaikan terbesar yang harus diperoleh setiap manusia. Dengan begitu ia akan mengetahui asal mula kejadiannya, tempat kembalinya dan rahasia keberadaannya hidup di dunia ini.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama(Allah), (tetaplah atas)fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah, (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
Ar Ruum/30:30

2. Syariat Dienul Islam menjaga kemuliaan manusia, membedakan manusia dengan makhluk yang lain dan menjaga kemaslahatan bagi kehidupan manusia.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan ia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”
At Tiin/95:4~6

3. Beban-beban yang diberikan Allah di dalam Dienul Islam kepada manusia sesuai dengan kadar kesanggupan manusia untuk mengerjakannya.

“Allah menghendaki kemudahan bagi kamu, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kamu...”
Al Baqarah/2:185

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...”
Al Baqarah/2:286


C. Syamil / Universal / sempurna dan lengkap

Islam adalah dien syamilun kamilun dan mutakaamilun / sempurna lengkap dan melengkapi, menjangkau seluruh unsur kehidupan dan tidak ada yang terlewatkan, maka tidak memerlukan tambahan, pengurangan atau koreksi lagi.

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu....”
Al Maaidah/5:3

“...dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab(Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”
An Nahl/16:89

“...diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda(antara yang haq dan yang batil)...”
Al Baqarah/2:185

1. Syumul sasaran
a. Meliputi segala zaman dan generasinya, masa lampau dan masa yang akan datang

b. Mencakup seluruh alam, wilayah atau daerah

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu(Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”
Al Anbiyaa'/21:107

“Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqan(Al Qur'an) kepada seluruh alam”
Al Furqaan/25:1

c. Untuk semua bangsa dan semua status sosial tanpa membeda-bedakan
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu”
Al Hujaraat/49:13


2. Syari'at yang syumul bagi manusia sebagai makhluk yang sempurna
a. Aspek jasadiyah dan ruhiyah
b. Aspek individu dan kolektif

3. Penghambaan yang sempurna bagi Allah

“Padahal mereka tidak disuruh melainkan supaya meyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam menjalankan dien dengan lurus…”

Al Bayyinah/98:5

a. Pengaturan yang menyeluruh pada semua fase kehidupan manusia
Dari kandungan, lahir, kanak-kanak, dewasa, tua, mati, semuanya tidak berlalu begitu saja kecuali syari'at Islam mengatur kemaslahatannya

b. Segala aspek kehidupan ini adalah untuk beribadah kepada Allah

“Katakanlah:”Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Rabb sekalian alam”
Al An'am/6:162

c. Semua yang telah disyari'atkan Allah harus diterima seutuhnya

“Sesungguhnya orang-orang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara keimanan kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan:”Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian yang lain” serta bermaksud(dengan perkataan itu mengambil jalan tengah) di antara yang demikian itu(iman atau kafir), merekalah orang-orang kafir sebenar-benarnya”
An Nisaa'/4:150~151

D. Tawazun / Moderat

1. Fenomena alam yang diciptakan Allah adalah keseimbangan, proporsional, dan adil.

“Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang”
Al Mulk/67:3

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”
Al Qamar/54:49

Juga termasuk dari ciptaan Allah adalah Dienulislam ini, ia adalah salah satu bentuk keadilan dan kesimbangan Allah yang ditetapkan untuk manusia.

2. Membentuk dan mengatur manusia sesuai dan seimbang dengan tempat tinggalnya (bumi) dan menjamin kemaslahatannya

 “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca keadilan, supaya manusia dapat melaksanakan keadilan…”
Al Hadiid/57:25

Allah menciptakan alam ini sedemikian seimbang bagi penunjang kehidupan manusia, maka Allah juga memberikan aturan-aturan bagi manusia agar tetap berada dalam keseimbangan-keseimbangan itu.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali(ke jalan yang benar)”
Ar Ruum/30:41

“Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya. Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca(keadilan), supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.”
Ar Rahmaan/55:5~8

Dienul Islam tawazun dalam memandang dan membebani manusia dalam berbagai aspeknya:

a. Sebagai manusia yang terdiri dari 2 unsur, tanah dan roh
b. Antara akal dan wahyu, antara yang nyata dan yang ghaib
c. Antara kehidupan individu dan kolektif
d. Dalam memandang dunia dan akhirat
e. Dalam sistem hukum / tasyri'

“Dan demikian(pula) Kami telah menjadikan kamu(ummat Islam), ummat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar rasul(Muhammad) menjadi saksi(perbuatan)mu”
Al Baqarah/2:143


E. Waqi'iyyah / Kontekstual

1. Pengakuan Islam atas realitas yang terjadi di alam / hal-hal yang faktual. Terbukti dengan banyaknya informasi tentang alam , kejadian-kejadian yang telah maupun yang akan terjadi yang diberikan Allah kepada manusia.

2. Jangkauannya yang melebihi umur dunia memastikan bahwa aturan-aturan di dalam Dienul Islam akan selalu kontekstual dan tidak temporer.

“Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk, dan sesungguhnya kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia”
Al Lail/92:12~13

3. Perhatian Islam atas realitas yang di alami manusia
a. Memudahkan dan menghilangkan kesulitan

“…kebolehan mengawini budak itu, adalah bagi orang-orang yang takut kepada kesulitan menjaga diri dari perbuatan zina..”
An Nisaa’/4:25

b. Memperhatikan tahapan (pensyari'atan yang bertahap)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedangkan kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan…”
An Nisaa’/4:43

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:”Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya…”
Al Baqarah/2:219

“Sesungguhnya syaithan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antaramu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”
Al Maaidah/5:91


c. Turun dari nilai idealita yang tinggi menuju realitas yang lebih rendah (dalam kondisi darurat)

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberikan nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.”
Ath Thalaq/65:7


F. Wudhuh / Jelas

Dienul Islam adalah dien yang jelas karena Dienul Islam adala dien yang berdasarkan ilmu, rasional dan masuk di akal manusia, bukan doktrin yang dipaksa-paksakan untuk diterima.

“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat”
Al Baqarah/2:256


1. Jelas di dalam masalah-masalah ushul / pokok
a. Aqidah  
b. Jaza' ukhrawi  
c. Risalah para rasul  
d. Syi'ar-syi'ar ibadah
e. Adab dan akhlak
f. Syariat Islam 



2. Kejelasan manhaj dan penyelesaiannya

“Padahal mereka tidak diperintah, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus”
Al Bayyinah/98:5

“Apabila kamu berselisih (berlainan pendapat) tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul-Nya(sunnahnya), apabila kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir”
An Nisaa/4 :59

3. Kejelasan sumber hukum

“ ...ayat-ayatnya disusun dengan rapi kemudian dijelaskan dengan rinci yang diturunkan dari sisi Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu“
Huud/11:1

“Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an agar kamu(Muhammad) menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan“
An Nahl/16:44

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak dzikrullah“
Al Ahzab/33:21

4. Kejelasan sasaran dan tujuan

“(Ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita menuju cahaya yang terang benderang dengan izin Tuhan mereka, menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”
Ibrahim/14:1


“Wahai Rabb kami anugrahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta jauhkanlah kami dari siksa neraka”
Al Baqarah/2:201


G. Tsabat /Konsistensi dan Tathawur / Transformasi

Islam adalah dien yang teguh ajaran-ajarannya / konsisten dan terjaga sebagaimana janji Allah.

“...dan sesungguhnya Al Qur'an itu kitab yang mulia, yang tidak datang kepadanya kebatilan baik dari depan maupun dari belakang“
Fushshilat/41:41~42

“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya“
Al Hijr/15 :9

Dan ia juga memiliki fleksibilitas, sesuai dengan karakteristik sebelumnya, universalitasnya dan insaniyyahnya yang senantiasa memperhatikan kondisi dan keadaan manusia di berbagai tempat dan masa.

“ …dan Dia tidak menjadikan untuk kamu di dalam agama suatu kesempitan…”
Al Hajj/22:78

Di dalam Islam ada bagian-bagian yang tetap, mutlak, tidak menerima perubahan serta ada bagian yang lain yang tidak tetap, bisa menerima perubahan dan pengembangan.


Tsawabit :
Adalah bagian-bagian Islam yang tetap, permanen, tidak dapat menerima perubahan, tambahan-tambanan atau ijtihad yang baru.

Tsawabit terdiri dari tiga hal :

a. Masalah-masalah aqa’id
Yaitu masalah-masalah keimanan / aqidah, seperti; sifat-sifat Allah, malaikat, jin, alam kubur, kiamat, syurga dan neraka, dan masalah-masalah ghaib yang lain. Semuanya tidak memerlukan ijtihad atau pemikiran-pemikiran yang baru walaupun beralasan tuntutan keadaan. Ilmu yang baru tentang hal ini hanya bisa dicapai oleh wahyu dan sekarang wahyu telah terputus. Jadi manusia hanya bisa menerima apa adanya menurut khabar yang diberitakan Allah melalui rasul-Nya.

“Katakanlah:”Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak(pula) aku mengetahui yang ghaib, dan tidak(pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku…”
Al An’am/6:50


b. Masalah-masalah ibadah
Tidak ada hal yang baru dalam hal shalat, haji, zakat dan ibadah ritual yang lainnya, semuanya sama sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah. Perbedaan-perbedaan yang ada, adalah dalam rangka mencari yang lebih sesuai dengan cara-cara Rasulullah.

مَنْ عَمِلَ عَمَلاًلَيْسَ عَلَيْهِ اَمْرُنَا فَهُوَرَدٌ
Dari Aisyah Ra : “Berkata Rasulullah SAW: ”Barang siapa beramal tanpa dasar dari kami, maka tertolaklah amalan tersebut.”
HR. Bukhari



c. Masalah-masalah akhlak
Seperti ihsan, sabar, berani, penyayang, qana’ah dan sebagainya, dalam hal ini telah jelas timbangan-timbangan kebaikan yang telah ditetapkan Allah, jika manusia mencari hal yang baru, maka akan terjadi devaluasi/penyusutan tolak ukurnya, sehingga kebenaran dikatakan kebathilan dan sebaliknya, kebathilan dikatakan sebagai kebenaran.


Mutaghayyirat :

Adalah masalah yang tidak tetap, fleksibel, membutuhkan ijtihad sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan keadaan, ia adalah bidang muammalah. Tetapi tentunya tetap dalam bingkai-bingkai aturan yang ada.

Sedangkan bingkai yang telah ditetapkan di dalam dien ini sangatlah luas, memungkinkan manusia berijtihad di dalamnya sebebas-bebasnya.

Ruang ijtihad yang luas ini adalah rahmat dari Allah SWT kepada manusia, bukan karena Allah lalai menetapkan aturannya, ia merupakan sifat insaniyah di dalam dien ini yang membebaskan manusia untuk mengembangkan diri menggunakan akalnya secara terkendali.

اِ نْ كَانَ شَيْـأً مِنْ اُمُرِدُنْيَاكُمْ فَشَاْنَكُمْ بِهِ وَاِنْ كَنَ مِنْ اُمُرِدِيْنِكُمْ فَاءِلَيَّ

“Jika ada padamu sesuatu urusan dunia maka kalian lebih mengetahui atasnya dan jika kalian menginginkan urusan dien kalian, maka atasku” 
HR Ibnu Majah

*****


Pokok-pokok Dienul Islam


A. Hanya Islam dien yang diterima dan diridhai Allah

”Sesungguhnya dien (yang diridhai) Allah hanyalah Islam”
Al Imran /3.19

”Barang siapa yang mencari dien selain dienul Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima(dien itu) daripadanya, dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”
Al Imran/3.85

”Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu... ”
Al Maaidah/5.3



B. Allah standar kebenaran dan pembuat hukum

1. Satu-satunya hukum yang baik, benar dan adil adalah dari Allah saja

“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang bisa merubah kalimat-kalimat-Nya…”
Al An’am/6:115


“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik”
Al An‘am/6:57

“Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab(Al Qur’an) kepadamu dengan terperinci?…”
Al An’am/6:114

“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum)Allah bagi orang yang yakin?”
Al Maa-idah/5:50

2. Pegangan yang kokoh tanpa ada kebimbangan atau ragu-ragu

“Katakanlah:“Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak(pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan(apakah) kita akan dikembalikan ke belakang sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syetan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus(dengan mengatakan):“Marilah ikuti kami”. Katakanlah:“Sesungguhnya petunjuk Allah itulah(yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam”
Al An’am/6:71

“Dan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan”
Luqman/31:22

3. Tunduk apa yang di langit dan bumi suka maupun tidak suka kepada perintah Allah

“Maka apakah mereka akan mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang ada di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.”
Al Imran/3:83

“Hanya kepada Allah-lah sujud(patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayang di waktu pagi dan petang hari.”
Ar Ra’d/13:15


C. Totalitas Islam

1. Menjadikan Islam sebagai nafas kehidupan

“Katakanlah: “Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu baginya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri(kepada Allah).”
Al An’am/6:162~163

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati kecuali dalam keadaan Islam”
Al Imran/3:102

2. Ketundukan total akan ayat-ayat Allah (kauniyah dan syariat)

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya,...”
Al Baqarah/2:208 


“Maka demi Tuhanmu, mereka(pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang kereka perselisihkan, kemudian mereka merasa tidak keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
An Nisaa’/4:65

3. Semua peribadahan hanya untuk Allah

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan juga mereka mempertuhankan Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
At Taubah/9.31

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah untuk mengingkari thaghut itu, dan syetan bermaksud menyesatkan mereka dengan penyesatan yang sejauh-jauhnya.”
An Nisaa’/4.60

“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah…”
Al Baqarah/2:193

4. Menerima seluruh ketetapan Allah tanpa pilih-pilih

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara keimanan kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dengan mengatakan: “Kami beriman kepada sebagian dan kami kafir terhadap sebagian(yang lain), serta bermaksud mengambil jalan tengah di antara yang demikian(iman atau kafir). mereka itulah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya...”
An Nisaa'/4.150-151

5. Ikhlas dan benar

“…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaknya ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”
Al Kahfi/18:110

“Padahal mereka tidak disuruh melainkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus,…”
Al Bayyinah/98:5


*****

Salafushsholeh, generasi Islam terbaik, acuan ber”Islam” yang benar

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama(masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah Subhanahu wa Ta'ala ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Allah Subhanahu wa Ta'ala menyediakan bagi mereka syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”
At Taubah/9:100

“(Juga)bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena)mencari karunia dari Allah dan keridhan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar”
Al Hasyr/59:8

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman(Anshar) sebelum (kedatangan)mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka(orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan(orang-orang Anshar) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Al Hasyr/59:9

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka(Muhajirin dan Anshar), mereka berdo’a:”Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”
Al Hasyr/59.10


A. Para shahabat adalah sebaik-baik generasi Islam

Dari Imran bin Husain, Rasulullah bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِى , ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ , ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah pada generasiku ini(shahabat), kemudian yang mengikuti mereka, kemudian yang mengikuti mereka...”
Shahih Bukhari dan Muslim



B. Alasan meniru mereka

1. Perintah Allah dan Rsul-Nya untuk meniru mereka

 “Apabila dikatakan kepada mereka:”Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman” mereka menjawab:”Akankah kami beriman sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.”
Al Baqarah/2:13

“Dan barangsiapa yang menentang rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”
An Nisaa’/4:115

عَلَيْكُمْ بِسُنَّيِيْ وَسُنَّةِالْخُلَفَاءَالرَّشِدِيْنَ الْهَدِيِّنَ مِنْ بَعْدِي, تَمَسَّكُوْابِهَاوَعَضُّوْ عَلَيْهَا بِا النَّوَاجِذِ
“Hendaknya kalian berpegang pada sunnahku dan sunnah Khulafaarrasyidin yang telah diberi petunjuk, pegang erat-erat dan gigitlah dengan gerahammu”
As Sunan, Shahih At Tirmidzi, dari Irbadh bin Sariyah
2. Ridha Allah Subhanahu wa Ta'ala bersama mereka

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah Subhanahu wa Ta'ala ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Allah Subhanahu wa Ta'ala menyediakan bagi mereka syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”
At Taubah/9:100



Bahkan secara khusus Allah memberikan kabar gembira berupa jaminan masuk syurga bagi beberapa orang di antara mereka.

3. Mereka adalah orang-orang yang telah dianugrahi sebenar-benarnya nikmat oleh Allah SWT

“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu)jalan orang-orang yang telah Engkau anugrahkan nikmat kepada mereka”
Al Fatihah/1:5~6

Orang -orang yang telah diberi nikmat adalah:

“Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama orang-orang yang telah dianugrahi nikmat oleh Allah, yaitu: nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui”
An Nisaa'/4:69~70

4. Mereka adalah generasi terbaik pemahamannya dalam Islam 
-Paham nash dan bahasa
-paham asbabunnuzul dan wurud
-paham tujuan-tujuan syariat

5. Mereka adalah generasi Qur'ani

“Dan Kami turunkan (Al Qur'an itu dengan sebenar-benarnya dan Al Qur'an itu telah turun dengan membawa kebenaran). Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Al Qur'an itu telah Kami turunkan secara berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. Katakanlah:”Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata:”Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi”. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu”
Al Israa'/17:105~109

6. Mereka adalah generasi yang dipilih untuk menemani Rasulullah

7. Keberhasilan, kebaikan dan kemuliaan generasi mereka di dunia telah terbukti dan tidak akan pernah ada generasi lain yang sanggup menyamai mereka secara keseluruhan.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal sholeh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka…”
An Nuur/24:55

8. Konsekuen

Tidak ada amalan yang tertinggal yang tidak dikerjakan(amal ibadah mereka maksimal), mereka adalah abid, 'alim dan mereka adalah mujahid

“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa(logam ) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada(pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan”
Ar Ra'd/13:17

C. Sikap kepada para Sabiqunal Awwalun

1. Larangan mencela kepada mereka

لاَتَسُبُّوْ أَصْحَابِي فَلَوْ أَنْ أَحَدُكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَ بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَنَصِيْفَهُ

“Janganlah kamu mencaci maki shahabatku, kalau sekiranya salah seorang dari kamu berinfaq emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan mencapai derajat mereka satu mudpun atau setengahnya sekalipun”
Shahih Bukhari Muslim

2. Larangan membodohkan mereka atau dianggap sebagai orang munafiq

“Apabila dikatakan kepada mereka:”Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman” mereka menjawab:”Akankah kami beriman sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan:”Kami beriman” Dan bila mereka kembali kepada syethan-syethan mereka, mereka mengatakan:”Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanya berolok-olok”
Al Baqarah/2:13

3. Dilarang membenci mereka

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang terhadap sesama mereka,…”
Al Fath/48:29

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka(Muhajirin dan Anshar), mereka berdo’a:”Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”
Al Hasyr/59.10


*****

Daftar Pustaka
1.Al Qur'an dan terjemahnya, Khadim al-Haramain asy-Syarifain, 1971 
2.1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Muhammad, Dr. Muhammad Faiz Almath, Gema Insani Press, cet. 17, Mei 2001
3.Buah Ilmu, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Pustaka Azzam, cet. 2, November 1999
4.Mendulang Faidah dari Lautan Ilmu, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Pustaka Al Kautsar, cet. 1, Juni 1998
5.Minhajul Qasidin, Jalan orang-orang yang mendapat petunjuk, Ibnu Qudamah, Pustaka Al Kautsar, cet. 3, Februari 1999
6.Koreksi atas Pemahaman Ibadah, Muhammad Quthb, Pustaka Al Kautsar, cet. 7, 1987, Juli 1997
7.Al Iman, Abdul Majid al-Zandany dkk, Darul Qalam Damaskus 1984
8.Terjemahan Syarhu Tsalatsatil Ushul. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin. Darul Haq Jakarta 1998
9.Makrifatur Rasul, Dr Irwan Prayitno, Pustaka Tarbiatuna, 2002
10.Karakteristik Islam, Kajian Analitik, Dr Yusuf Qardhawi, Risalah Gusti, cet 5, 2000
11.Dasar-dasar Islam, Abul A'la Maududi, Penerbit Pustaka Perpustakaan Salman ITB, cet 1, 1984
12.Makrifatul Islam, Dr Irwan Prayitno, Pustaka Tarbiatuna, cet 1, 2002
13.Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Dasar-Dasar Aqidah menurut Ulama’ Salaf, 1&2, Abdul Akhir Hammad Alghunaimi, At Tibyan, Solo, cet. 3, Januari 2001




Senin, 18 Mei 2009

Siapakah kita dan mau kemana...???


MENGENAL DIRI &  
MENGETAHUI FUNGSI HIDUP


“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang kejadian diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhan-nya”
Ar Ruum/30 :8

Mengenal diri sendiri

A. Mengapa manusia harus mengenal diri sendiri ?

Pengetahuan manusia tentang hakekat dirinya adalah penting, dengannya manusia menjadi mengerti siapa dirinya yang sesungguhnya dan ke mana seharusnya melangkah dan berbuat dalam kehidupan dunia ini.

Berangkat dari permasalahan di atas, ada tiga hal penting yang harus diketahui :
 Fungsi hidup
 Tujuan hidup
 Cara hidup

Dengan mengetahui ketiga hal tersebut, kehidupan manusia akan menjadi berguna, punya arah dan akan berjalan dengan baik, ini adalah awal dari kebahagiaan manusia.

Tanpa pengetahuan di atas, kehidupan manusia akan senantiasa diliputi kegelisahan, kebingungan dan kecemasan serta ketidakpuasan.

1. Fungsi hidup

Bayangkan dengan sebuah mesin yang canggih, seperti komputer, yang diberikan kepada sebuah suku terasing yang tidak mengenal sama sekali tentang baca tulis.

Akan diapakan oleh mereka !?… Sama keadaannya dengan apa yang akan dialami oleh manusia jika manusia tersebut tidak memahami fungsi hidupnya. Padahal manusia adalah suatu perangkat yang jauh lebih komplek dan rumit daripada komputer. Sungguh sayang sekali dan menjadi sebuah kesia-siaan.

2. Tujuan hidup

Ketika manusia mengerti tentang fungsi hidupnya, maka ia akan segera mengerti pula akan tujuan hidupnya.

Secara sederhana seperti alat-alat perkakas misalnya, sebuah palu, akan segera dipahami bahwa fungsinya adalah untuk memukul, gergaji untuk memotong dan lain sebagainya.
Alat-alat tersebut hanya tinggal alat, bila tidak digunakan Atau jika digunakan untuk keperluan lain yang tidak sesuai dengan fungsinya, maka tujuan penciptaan alat tersebut tidak terpenuhi.
Manusia yang salah dalam memahami fungsi kehidupan tidak akan pernah sampai kepada tujuan hidup yang sesungguhnya, walaupun mungkin ia merasa telah sampai kepada tujuan hidup yang telah ia tetapkan dan ia merasa bahagia, padahal bisa saja ia tertipu.

“Katakanlah:”Akankah kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka telah berbuat sebaik-baiknya”
Al Kahfi/18/103~104

3. Cara hidup

Cara hidup adalah cara-cara atau metode yang dipakai manusia dalam rangka mencapai tujuan hidupnya
Keberadaan cara hidup adalah sebagai akibat atau tuntutan dari adanya tujuan hidup. Dan manusia yang memiliki tujuan hidup mau tak mau harus menetapkan sistem atau cara hidupnya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
Benar salahnya manusia dalam menetapkan cara hidup ini tergantung dari benar salahnya cara pandangnya terhadap fungsi kehidupan dan tujuan hidupnya. 
Sebagaimana halnya dengan alat perkakas tadi, yang harus dipakai dengan cara-cara yang benar, sehingga alat tersebut menjadi efisien, tidak rusak dan hasilnya maksimal.

B. Memahami diri akan mengangkat kualitas kehidupan

1. Kelompok pertama

Kelompok manusia yang tidak memperdulikan bagaimana hidupnya dan ia hanya mengejar kesenangan saja/ hedonisme. Kehidupan yang tak lebih daripada kualitas kehidupan hewan.

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata(tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga(tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”
Al A’raaf/7:179

2. Kelompok kedua

Kemudian ada juga sekelompok manusia yang mau mengembangkan dirinya. Segala kemampuannya dicurahkan untuk mengejar tujuannya, tetapi kelompok ini sangat serakah dalam kehidupannya, semua harus bisa dicapai dan dikuasai, maka terjadi eksplorasi besar-besaran di alam ini tanpa henti. 
Kadang ia tidak memperdulikan resiko yang dihadapi, atau terkadang ia tidak memperdulikan akibatnya yang merugikan orang lain.

“…dan orang-orang kafir itu bersenang-senang di dunia dan mereka makan seperti makannya binatang”
Muhammad/47:12

Dan dia sebenarnya tidak pernah merasakan kepuasan yang sesungguhnya dalam kehidupannya, karena apa-apa yang diperolehnya hanyalah kesenangan-kesenangan semu, dan ia segera harus mencari kesenangan-kesenangan berikutnya.
Kelompok ini ibarat hewan pintar yang serakah seperti monyet

3. Kelompok ke tiga

Kelompok manusia yang ketiga adalah yang mengetahui tujuan akhir kehidupan dan ke mana ia akan sampai. 
Ia memahami tentang hakekat dirinya dengan sebenarnya, dan apa tujuan dari keberadaannya di muka bumi ini. 
Apa-apa yang dimiliki dan tujuan-tujuan jangka pendeknya, semuanya diorientasikan kepada tujuan akhir.

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain main-main dan senda gurau. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa, maka tidakkah kamu memahaminya?”
Al A’raaf/7:32

فَمَنْ يُرِدِاللهُ أَنْ يَهْدِيْهِ يَسْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلاَمِ" قَالُوْا: "يَارَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ يَسْرَحُ صَدْرَهُ؟" قَالَ: "يُدْخِلُ فِيْهِ النُّوْرَ فَيَنْفَسِحُ" قَالُوْا:"وَهَلْ لِذَلِكَ عَلَمَةٌ يَارَسُوْلَ اللهِ؟"،قَالَ:"التَّجَافِي عَنْ دَارِالْغُرُوْرِ، وَاْلإِنَابَةُ إِلَىدَارِالْخُلُوْدِ، وَاْلإِسْتِعْدَادُلِلْمَوْتِ قَبْلَ أَنْ يَنْزِلَ الْمَوْتُ

“Barang siapa yang dikehendaki Allah untuk diberi-Nya petunjuk, maka Dia melapangkan dadanya untuk menerima Islam” Para Shahabat bertanya:”Wahai Rasulullah bagaimana Allah melapangkan dadanya?” Beliau bersabda:”Cahaya masuk ke dalam hatinya sehingga dia merasa lapang” Shahabat bertanya:”Apakah hal itu ada tandanya?” Beliau bersabda:”Tandanya ialah menghindari negeri tipuan(dunia), kembali ke negeri keabadian(akhirat) dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian sebelum kematian itu tiba”
Hadits Ibnu Mas’ud / Tafsir Al Maidah:125, Ibnu Katsir

Inilah kelompok manusia yang memahami hakekat kehidupan

“Inilah jalan Tuhanmu yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menerangkan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang memahami”
Al Maidah/5:126

C. Kehidupan dunia yang berputar-putar dan sebenarnya terbatas apabila tidak mengetahui dan mengejar kehidupan akhirat sebagai tujuan yang sesungguhnya

*****

Keharusan manusia mencari petunjuk yang terjamin kebenarannya

A. Cara pandang manusia terhadap dirinya

Dalam memahami diri sendiri yaitu memahami fungsi hidup, tujuan hidup dan cara hidup, manusia berbeda cara dan sudut pandang, sesuai dengan landasan berpijak, falsafah hidup dan keyakinan masing-masing, tetapi secara umum terdapat dua aliran ekstrim yang saling bertolak belakang.

1. Aliran materialisme

Menganggap manusia sebagai seonggok daging tanpa ruh di dalamnya, mereka menyikapi kehidupan dan melihat hakikat kehidupan hanya berdasarkan kepada sesuatu yang bisa ditangkap oleh panca indera. Yang bisa diindera adalah ada dan yang tidak bisa ditangkap oleh indera dan ilmu pengetahuan adalah tidak ada.
Mereka puas dan berusaha memuaskan dirinya dengan sangat memperhatikan hal-hal yang materialistik/inderawi, kehidupannya berkisar kepada masalah-masalah sandang, pangan dan papan, lalu bagaimana cara-cara untuk menyempurnakan ketiganya.
Dan di antara mereka menganggap kehidupan adalah kehidupan di dunia ini saja, tujuan hidupnya adalah kesenangan lahiriah saja dan akhirnya segala cara ditempuh untuk mendapatkan kepuasan hawa nafsunya dan tidak perlu memperhatikan nilai-nilai moralitas.

“ …Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitan “
Al An’am/6:29
Aliran ini terbagi dalam banyak model, antara lain kapitalisme, liberalisme, sosialis, komunisme, hedonisme. Mungkin ada istilah yang lain, tetapi dapat diketahui semua pemikiran tersebut lahir dengan landasan materialisme, lalu bagaimana cara memperoleh dan mengaturnya.

2. Aliran spiritualisme

Memahami bahwa hakikat manusia sebenarnya adalah roh, unsur yang tinggi, eksitensi manusia yang utama. Dan jasad dianggap sebagai unsur yang rendah, unsur yang fana, kotor seperti binatang dan tidak layak untuk dipenuhi keinginan serta kebutuhannya, layak untuk dikebiri atau bahkan dimusnahkan.
Mereka berusaha keras mengejar kesempurnaan diri mereka berupa kedamaian hati atau ketenangan batin dengan menjauhi dunia, mengasingkan diri, bertapa, menjauhi lawan jenis dan membatasi makanan, sebagaimana yang dilakukan rahib-rahib, pendeta-pendeta dan sebagian besar golongan sufi.

B. Kesalahan manusia 

Kesalahan manusia adalah anggapannya bahwa aliran yang diyakininya adalah benar dan sesuai dengan dirinya.
Dan pada skala yang lebih besar adalah terciptanya suatu sistem yang berlaku di dalam masyarakat, di mana mereka saling berkelompok dan membuat aturan hidup yang mengatur hubungan di antara mereka.
Padahal ilmu manusia adalah bentuk dari hasil pengamatan, teori-teori kehidupan, berupa aliran-aliran pemikiran di atas adalah bersifat tidak kekal. Persoalan-persoalan ilmiah terus berkembang juga teori-teori kemanusiaan juga terus berkembang dan selalu mengkoreksi pemikiran-pemikiran atau teori-teori sebelumnya.

Lalu apakah manusia dalam memandang dirinya dalam upaya mengenal dirinya secara lebih dalam, menggunakan cara-cara di atas? Cara-cara yang senantiasa berubah mengikuti perkembangan pemikiran dan zaman?

Sesungguhnya hasil suatu pemikiran manusia dan sistem kehidupan yang diciptakannya, mungkin sebagian sesuai dipakai pada zamannya saja, karena suatu hasil pemikiran sangatlah subyektif dan sangat tergantung kepada kondisi dan situasi, daerah dan wilayah tertentu, dan tentu ia tidak cocok dengan tempat atau kondisi yang berbeda.
Jika manusia berangkat dari pengetahuan dan pijakan yang salah dalam memahami diri dan bagaimana menentukan tujuan hidup berikut cara hidupnya, cepat atau lambat ia akan menemukan kesengsaraan dalam hidupnya. 
Karena fungsi dan sistem kehidupan yang ia tentukan lama-kelamaan akan diketahui kelemahannya kemudian menjadi berlawanan dengan fitrahnya sendiri, dan ia tidak akan sampai pada kebahagiaan yang sebenarnya.
Maka adalah suatu keharusan bagi manusia untuk mencari informasi tentang dirinya bagi kepentingan kehidupannya dari suatu sumber informasi yang benar dan teruji kebenarannya.

C. Keterbatasan ilmu manusia

Manusia terlalu terbatas pengetahuannya yang terbukti dengan ilmu pengetahuannya yang selalu berkembang sebagai koreksi dan penyempurna atas kesimpulan-kesimpulan sebelumnya, trial and error. Hal-hal yang sudah terjadi, seperti sejarah, apalagi yang sudah berlalu lama tidak tercatat dengan baik oleh manusia, apalagi mencoba mengetahui apa yang belum terjadi.
Manusia dengan kadar keilmuannya tidak akan sanggup untuk memahami hakekat hidupnya, asal-mula kehidupan, dan proses kejadian dirinya. Sebagaimana tantangan dari Allah kepada manusia dalam hal penciptaan dirinya…

“Maka terangkanlah kepada-Ku tentang nuthfah yang kamu pancarkan, kamukah yang menciptakannya, ataukah Kami yang menciptakannya?”
Al Waqi’ah/56:58~59
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka menciptakan diri mereka sendiri? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini apa yang mereka katakan”
Ath Thuur/52:35~36

Maka tidak ada cara yang lain untuk memahami atau membangun pandangan tentang hakikat diri manusia kecuali dengan berdasar petunjuk dari Yang menciptakan kehidupan manusia itu sendiri.
Bagaimana tidak, bukankah yang membuat atau mencipta mengetahui tujuan penciptaan? Bukankah Dia lebih mengetahui secara mendetail apa-apa yang diciptakan-Nya? Bukankah Dia yang mengetahui dan berkuasa bagaimana mengatur semua makhluk ciptaan-Nya secara bersama-sama?

“Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa-apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang ada di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi dan Maha Besar”
Al Baqarah/2:255

Hanya berdasarkan bimbingan petunjuk atau informasi dari Allah saja yang akan menjamin kebenaran manusia dalam memahami dirinya dan dalam menjalani kehidupannya di dunia ini. 

“Dan inilah jalan Tuhanmu;(jalan)yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat Kami kepada orang-orang yang mengambil pelajaran. Bagi mereka disediakan Darussalam(syurga) pada sisi Tuhannya, dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan”
Al An’am/6:126~127

*****

Informasi dari Allah tentang keadaan diri manusia

A. Awal kejadian manusia

1. Dari sesuatu yang tidak bisa disebut
“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu atas masa, sedang ia ketika itu belum merupakan suatu yang bisa disebut”
Al Insaan/76:1

2. Dari tanah dan saripati air
“Yang membuat sesuatu yang Ia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina(mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam(tubuh)nya roh(ciptaan)–Nya dan menjadikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati,…”
As Sajdah/32:7~9

3. Ditempatkan di dalam rahim
” Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh(rahim) ”
Al Mu’minuun/23:13

4. Proses kejadian manusia
”Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain…”
Al Mu’minuun/23 :15

إِنَّ خَلَقَ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًانُطْفَةً ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَالِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَالِكَ، ثُمَّ يُبْعَثُ إِلَيْهِ اْلمَلَكُ فَيَنْفُحُ فِيْهِ الُّوْحَ
“Sesungguhnya penciptaanmu dalam perut ibumu adalah empatpuluh hari sebagai tetesan, kemudian menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus malaikat meniupkan ruh kepadanya”
Riwayat Bukhari Muslim

B. Kondisi manusia yang diciptakan Allah

1. Manusia adalah makhluk yang paling mulia

a. Allah SWT menciptakan manusia dengan tangan-Nya dan meniupkan ruh-Nya ke dalamnya
“Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:”Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya roh(ciptaan)-Ku...”
Al Hijr/15:28~29
b. Semua malaikat diperintah sujud kepadanya
“Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat:”Sujudlah kamu semua kepada Adam, lalu mereka sujud kecuali Iblis…”
Al Israa’/17:61

2. Manusia adalah makhluk yang istimewa

a. Diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”
At Tiin/95:4

b. Dianugrahi akal
Untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Terdiri dari dua unsur yaitu otak untuk berpikir dan hati untuk merasa. Apabila keduanya telah berjalan sesuai dengan kebenaran yang telah ditetapkan Allah, maka manusia itu dikatakan berakal atau dikatakan telah menggunakan akalnya.

“…Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
Al Israa’/17:70

“…dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati”
As Sajdah/32:9

c. Dianugrahi fitrah yang baik
“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama(Allah), (tetaplah atas)fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
Ar Ruum/30:30

Allah telah menciptakan manusia dengan memiliki kesiapan untuk bertauhid dan beribadah hanya kepada-Nya.

Segala keburukan dan penyimpangan adalah pertanda rusak dan sakitnya fitrah yang ditimbulkan dari luar dan bukan merupakan bagian dari manusia. Sebagaimana bayi yang sehat dan sakitnya kerena pengaruh dari luar yang datang kepadanya

وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي خُنَفَاءَ كُلُّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشًّيَاطِينُ فَا جْتَا لَتْهُمْ عَنْدِينِهِمْ

“Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-Ku dalam keadaan suci, kemudian syaithan mendatangi mereka dan menarik mereka untuk menyimpangkannya dari dien(Islam)”
Hadits Qudsi, riwayat Muslim

كُلُّ مَوْلُوْدٍيُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ تُهَوِّدَانِهِ أَوْيُنَصِّرَانِهِ أَوْيُمَجِّسَانِهِ

“Setiap bayi yang lahir, dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi atau nashara atau majusi”
Shahihain

d. Memiliki naluri / hawa nafsu
Dibekali kekuatan amarah dan syahwat untuk melindungi eksitensinya, kekuatan untuk menghindar dari apa yang membahayakannya, mencari apa yang bermanfaat dan apa-apa yang dibutuhkannya.

Ia adalah pendorong gerak kehidupan manusia yang harus dikendalikan dengan akal dan hati, akal yang berguna untuk mencari ilmu serta hati sebagai alat penimbang kebenarannya. Lalu dikendalikan lagi dengan sabar agar ia bisa tetap istiqamah.

e. Memiliki akhlak
Al Khuluk adalah bentuk manusia yang tersembunyi/batin, ia adalah sifat-sifat jiwa, bisa bersifat baik atau bersifat jelek. 

Ia merupakan suatu keadaan jiwa yang darinya bersumber perbuatan manusia yang baik maupun buruk, yang semuanya muncul tanpa adanya pemikiran dan perenungan terlebih dahulu. 

Akhlak terbagi dua, akhlak yang berasal dari tabiat atau bawaan lahir (seperti sifat malu, penyabar), dan yang kedua adalah bentukan karena kebiasaan hidup dan pengaruh lingkungan atau dari latihan yang bermula dari perenungan atau pemikiran yang berlanjut menjadi kebiasaan perbuatan.

f. Kemampuan bicara dan berkomunikasi, berilmu, menganalisa dan belajar serta menulis

g. Tidak diciptakan untuk dibiarkan
“Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu secara main-main(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”
Al Mu’minuun/23:115

3. Pembawaan dasar manusia

a. Lemah dan payah
“…dan manusia dijadikan bersifat lemah”
An Nisaa’/4:28

 “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah”
Al Balad/90:4

b. Ilmu yang sedikit
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”
Al Ahzab/33:7
 “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Dan tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Dan tidak seorang pun yang mengetahui di bumi mana dia akan mati,…”
Luqman/31:34

4. Kecenderungan-kecenderungan
a. Ingkar nikmat
”Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata(terhadap nikmat Allah)”
Az Zukhruf/43:15

b. Pelupa
“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa(akan perintah itu) …”
Thaahaa/20:115

c. Keluh kesah dan kikir
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah dan kikir”
Al Ma’arij/70:19

d. Suka membantah
“...dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah”
Al Kahfi/18:54

e. Tergesa-gesa

“Dan manusia bersifat tergesa-gesa”
Al Israa’/17:11

f. Lemah kemauan
“…dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat”
Thaahaa/20:11

g. Cinta dunia 
“Sebenarnya kamu(hai manusia) mencintai kehidupan dunia”
Al Qiyamah/75:20

*****
Fungsi hidup adalah untuk mengemban amanat

Keberadaan manusia di muka bumi ini adalah tidak mungkin bila tidak diciptakan. Apakah manusia tiba-tiba ada dan muncul begitu saja? Kenyataannya, bila mau jujur dalam memandang dirinya, Allah menciptakan dirinya secara “paket”, serba lengkap dan mencukupi lagi sempurna, mustahil ia bisa hidup tanpa kelengkapan tersebut. Jadi tidak mungkin ia berasal dari evolusi, dari tingkat yang rendah menjadi makhluk yang bertingkat tinggi.
Dan tidak mungkin pula bila manusia diciptakan tanpa memiliki fungsi dan tujuan. Apakah keberadaan manusia ini hanyalah kebetulan atau diciptakan secara iseng saja? Mengingat besarnya potensi yang dimilikinya dan juga bekal-bekal hidup yang lain.

Apakah hidupnya sebagaimana kehidupan binatang… , survive, mencari makan dan minum, serta berketurunan.

Penciptaan kehidupan manusia adalah mempunyai fungsi dan tujuan, yaitu beribadah kepada Allah. Yang tentunya caranya sesuai dan menurut kehendak yang menciptakan manusia dan yang memberi kehidupan itu sendiri, yaitu Allah SWT.

1. Tidak dicipta untuk main-main
“Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu secara main-main(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”
Al Mu’minuun/23:115

2.Perjanjian manusia dengan Allah
“Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak keturunan Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka(seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?”, mereka menjawab:”Betul(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”, (Kami lakukan yang demikian itu)agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(kekuasaan Tuhan)”
Al A’raaf/7:172

3. Mendapat amanat yang besar
” Sesungguhnya Kami telah mengamukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan menkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh,…sehingga Allah mengadzab orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; sehingga Allah menerima taubat orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ”
Al Ahzab/33:72

4. Tujuan penciptaan manusia
 “Dan Aku tidak menjadikan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”
Adz Dzariyaat/51:56

 “Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu…”
Al Baqarah/2:21

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…”
Al Baqarah/2:30

“Dia telah menjadikan kamu dari tanah dan menjadikan kamu pemakmurnya”
Huud/11:61

*****

Bekal dari Allah bagi manusia untuk memikul konsekuensi hidup

Semua yang telah diberikan Allah kepada manusia adalah nikmat yang merupakan bekal-bekal manusia untuk memikul konsekuensi kehidupannya, yaitu berupa keutamaan-keutamaan dan kelebihan-kelebihannya, melebihi makhluk yang lain.

Tetapi semua adalah tinggal potensi belaka bahkan menjadi penyebab kebinasaan apabila tidak di arahkan kepada tujuan yang benar karena cenderung mengikuti naluri yang bersifat bebas / hawa nafsu.

Maka Allah memberikan peringatan-peringatan-Nya dan memberikan hidayah kepada yang dikehendaki-Nya.

“…maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan…”
Al Baqarah/2:213

“Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah sebagai permainan. Dan ingatlah ni’mat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al Kitab(Al Qur’an) dan Al Hikmah(As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang telah diturunkan-Nya itu…” 
Al Baqarah/2:231

Allah memberi kesanggupan bagi manusia untuk mendapatkan peringatan dan petunjuk ini Allah ini, apabila dirinya memiliki syarat kesiapan untuk menerimanya.

A. Hati yang bertaqwa kepada Allah SWT

Taqwa adalah sebaik-baik bekal dan yang mencukupi, tanpanya tiada bermanfaat bekal-bekal yang lainnya.

“…Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertawakallah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”
Al Baqarah/2:197

Allah telah menetapkan bahwa taqwa adalah sebaik-baik bekal, maka berbekallah dengan taqwa, karena manfaat darinya sangat besar.

1. Penjaga hati yang mudah lalai

Manusia begitu mudah untuk lupa dan lalai, maka untuk menguranginya adalah dengan lawannya yaitu kewaspadaan, waspada terhadap kehidupannya, di dalam melangkah di dalamnya, dan melewati ujian-ujian di dalamnya, apakah sudah dilewati dengan benar atau tidak? 
Sebagaimana gambaran taqwa menurut Umar Ra. Ketika dia ditanya tentang taqwa. Yaitu keadaan dimana seseorang yang sedang melewati jalan yang penuh dengan lubang dan rintangan. Dengan begitu dia akan berhati-hati kalau ingin selamat dalam melangkah, hatinya akan senantiasa disibukkan dengan pertimbangan-pertimbangan sebelum beramal, apakah ini halal atau haram.

2. Tambahan hidayah dari Allah berupa furqan

“Hai orang-orang yang beriman jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepada furqaan…”
Al Anfaal/8:29

Dengan taqwa hati menjadi hidup, jernih dan terasah kepekaannya sehingga mampu membedakan antara yang haq dan yang batil, dan menjadikannya mudah untuk menerima cahaya nasehat dan ilmu.

3. Mempertemukan fitrah dengan kebenaran

Sesungguhnya kebenaran itu tidak samar bagi fitrah, karena fitrah diciptakan dengan kebenaran sebagaimana langit dan bumi diciptakan dengan kebenaran juga, terdapat sinergi /saling kerja sama dan keserasian antara keduanya.

“Dan mengapa kamu tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan”
Ruum/30:8

Akan tetapi hawa nafsulah yang menghalangi antara kebenaran dan fitrah. Hawa nafsu yang menebar kegelapan dan menghalangi pandangan yang benar, menyamarkan jejak, serta menyimpangkan dari arah tujuan.

Hawa nafsu tidak dapat ditolak dengan adu argumentasi karena akan menimbulkan kesia-siaan saja, tetapi dapat ditolak dengan taqwa, rasa takut kepada Allah dan kesadaran adanya pengawasan dari Allah SWT.

“Dan adapun orang-orang yang takut kebesaran Tuhan-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya..”
An Naazi’aat/79:40~41
“…maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya,…”
Asy Syams/91:8


4. Menjaga dari perbuatan maksiat kepada Allah

“Dan orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya ”
An Naziaat/79:40~41

Orang yang taqwa kepada Allah takut terhadap murka dan adzab-Nya tentu tidak berani berbuat maksiat apalagi menentang-Nya, ia akan selalu terjaga di dalam wilayah ketaatan.
Menahan diri/nafsu memerlukan perjuangan yang berat dan keras, karena mengendalikan agar nafsu tetap dalam ketaatan kepada Allah bertentangan dengan pembawaan dasar nafsu itu sendiri yang cenderung bebas tidak ingin dikekang, maka surga layak diberikan sebagai balasan, bagi yang mampu mengendalikannya.
Manusia diciptakan Allah dari dua unsur yaitu unsur tanah dan unsur roh. Yang masing-masing unsur memilliki sifat-sifat bawaan. Sifat roh adalah seperti malaikat, fitrah, tinggi dan mulia, dan sifat dari unsur tanah adalah rendah sebagaimana binatang. Ketika dua unsur ini bertemu dan menjadi manusia, sifat bawaan dari masing-masing unsur itu akan ikut terbawa pula.
Kemudian manusia dibekali oleh Allah berupa penjaga yang akan menjaga persatuan kedua unsur ini yaitu hati dan naluri. Hati berfungsi untuk menjaga bagian ruh/batiniah, senantiasa mengajak manusia kembali kepada fitrahnya, membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Sedangkan naluri berfungsi untuk menjaga jasad manusia, atau menjaga secara lahiriah. Naluri untuk memenuhi kebutuhan jasad seperti makan minum, tidur dan berketurunan, dan naluri untuk menghindari sesuatu yang membahayakan, seperti gerak reflek misalnya.
Manusia dalam beramal/beraktifitas sehari-hari tidak lepas dari kekuatan kedua unsur penjaga ini. Kekuatan hati diperoleh dari pemenuhan makanan rohani, maka sifat bawaan ruh akan hidup dan kuat. Kekuatan naluri/hawa nafsu diperoleh dari pemenuhan kebutuhan jasad
Dua unsur penjaga ini saling dominasi dan saling mempengaruhi tergantung dari makanan yang diperoleh masing-masing, mana yang lebih banyak makanannya ia yang akan lebih berpengaruh terhadp yang lain.
Manusia yang baik adalah yang mampu memenuhi kebutuhan jasadiah dan ruhaninya secara seimbang dan mengarahkan potensinya ke arah yang benar menuju tujuan hidupnya.

Di dalam proses saling mempengaruhi ini, musuh manusia yang bernama syethan ikut campur tangan dan berusaha merusak keseimbangannya. 
Pertama ia membisikkan manusia untuk lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan jasadiah sampai ke dalam porsi yang berlebihan, dan mengabaikan makanan-makanan hati. Ketika hati manusia menjadi lemah, maka dengan mudah syethan menyerang hati dengan membisikkan angan-angan kosong yang menipu, merusak fitrah dan membalik timbangan kebaikan keburukan yang dimiliki hati, sehingga yang baik bisa dikatakan buruk dan yang buruk dikatakan baik.
Atau sebagian yang lain tertipu bujukan syaithan dengan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ruh/hati saja dan mengabaikan kebutuhan-kebutuhan jasadiah, sehingga ia menjadi manusia yang lemah fisik dan lemah materi.

B. Akal yang difungsikan untuk mencari ilmu

Dengan akal manusia mampu mengemban beban yang berat dan tanggung jawabnya yang besar, dengannya menusia mampu mencari pengetahuan dan mengikat ilmu. Inilah karunia yang karenanya manusia dilebihkan dan dimuliakan atas kebanyakan makhluk.

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”
Al Israa’/17:70

Ibnu Qayyim mengatakan:”Akal yang berfungsi dengan sempurna ialah yang mampu mengantarkan pemiliknya kepada ridha Allah Ta’ala kemudian ridha Rasul-Nya”

“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya, mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal”
Az Zumar/39:18
“Dan apabila kamu menyeru(mereka) untuk(mengerjakan) sholat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal”
Al Maidah/5:58

 Kekuatan akal sangat dipengaruhi hati, jika hati kuat maka akal juga kuat dan tajam, hal ini juga berlaku bagi anggota tubuh yang lain, sebagaimana hadits dari Rasulullah:

أَلاَوَإِنَّ فِىالْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقُلُبُ
”Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, dan apabila dia rusak maka rusaklah seluruh tubuh, ketahuilah bahwa segumpal darah itu adalah hati ”

Bukhari dari Kitabul Iman

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami?”
Al Hajj/22:46
“Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya sedang ia menyaksikannya”
Qaaf/50:37

C. Indera yang dimiliki manusia

“Dan Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa itulah kebenaran”
Sajdah/32:53

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata(tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga(tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”
Al A’raaf/7:179

D. Dunia dan seluruh isinya

“Dan Dia menundukkan untukmu apa-apa yang di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat)daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda(kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
Al Jatsiyah/45:13

“Tidakkah kamu memperhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk(kepentinganmu) apa yang di langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan nikmat-Nya lahir dan batin”
Luqman/31:20

*****

Semua nikmat Allah adalah sarana untuk memikul konsekuensi kehidupan

“…sesungguhya Allah benar-benar mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak bersyukur”
Yunus/10:60

“Maha Suci Allah yang telah menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya. Dan Dia pula yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang-orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang mau bersyukur”
Al Furqaan/25/61~62

“…janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahuinya”
Al Anfaal/8:27

Jelas sekali bahwa Allah–lah yang telah menundukkan langit dan bumi bagi manusia, merancang serata menciptakan tempat tinggal manusia dengan begitu detail dan nyaman, susunan udaranya, iklim dan suhunya, besarnya gaya gravitasi yang sesuai dengan kebutuhan manusia, siklus perputaran air, buminya yang dapat ditanami bermacam-macam tanaman dan sebagai tempat hewan-hewan, dan masih banyak yang lain yang tidak mungkin disebutkan secara singkat, pendek kata semua yang ada di dunia ini adalah untuk menunjang kehidupan manusia.

Kemudian apa-apa yang ada pada dirinya, berupa indera, yang berfungsi sebagai alat perasa kenikmatan dan penjaga keselamatan diri, dan dengannya pula manusia bisa mencari ilmu.
Akal dan hati juga dikaruniakan Allah kepada manusia sebagai alat pengendali yang mengarahkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh kepada tujuan yang benar, agar senantiasa manusia bisa berjalan di atas kebenaran, sesuai dengan tujuan pemberian kenikmatan-kenikmatan tersebut.

*****