Jumat, 17 April 2009

Ujian Bumbu penyedap Rumah Tangga...


ANTISIPASI DAN BERHATI-HATI 
   

Menyalahkan dan keluh-kesah 
   
 Keluh-kesah dan kecenderungan menyalahkan tidak menguntungkan kehidupan rumahtangga, bahkan umumnya menghancurkan keharmonisan suami-istri, seorang hakim di NewYork bernama Bass Hamburger berkata : “Faktor penyebab utama lelaki tak kerasan di rumah lantaran istri sering keluh-kesah dan membuat gelisah suami lantaran ia sering disalahkan”.
 Dorothei Dickes menjelaskan : “Alasan mendasar yang menjadi faktor penyebab ketidak harmonisan suami-istri lebih dari 50% lantaran pernikahan yang berlangsung sesaat kemudian berakhir dengan perceraian di Reno hanya karena kritik serta saling menyalahkan. Oleh karena itu kritik serta kecenderungan mencela tidak menguntungkan bahkan melukai hati dan memperpuruk aspek psikis”.

Hal-hal sepele 
 
 Seorang hakim bernama Joséph Sabath mengklasifikasikan 40.000 macam perselisihan suami-istri, 2.000 di antaranya selalu saja persoalan sepele menjadi faktor mendasar naasnya kehidupan suami-istri. Makanya istri yang mengabaikan ungkapan “Selamat jalan” saat kepergian suami adalah faktor sepele namun menyebabkan terjadinya perceraian! Memang tidak berlebihan jika dikatan bahwa pernikahan sebagai mata-mata rantai sepele. Celakalah suami-istri yang menafikan serta mengingkari kenyataan ini.
 Umumnya para suami lebih banyak intim dengan orang lain sebagai partner hidupnya, hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Nyonya Damredith binti James Bellin yang pernah diangkat menjadi pemimpin sehari, dia menilai pernikahannya dengan Walter Damredith sebagai pernikahan paling sukses dan harmonis, dengan kata lain : “Yang terpenting pilihan jodoh serasi, menurut hemat saya adalah komitmen kepada batas-batas kebijakan cerdas menyikapi suami, di samping kebijakan cerdas menyikapi orang lain”.

Istri suka mencela  

 Salah seorang dokter jiwa pernah mengemukakan suatu kejadian menimpa salah seorang pasiennya : “Saya diberi tahu seorang suami yang menceraikan istrinya yang mengungkapkan : “Tahukah Anda apa sebenarnya yang memporak-porandakan keharmonisan rumahtangga kami yang berujung kepada perceraian? Tak lain karena istri saya secara membabibuta mencela saat saya gagal menunaikan kerja atau mengalami kerugian, mencapai klimaknya ketika dia menderita penyakit selisma, di mana ia mendakwa saya menularkan penyakit kepadanya”. 
 Semestinya istri yang bijak berhati-hati agar tidak mencela suami apapun kondisinya justru seharusnya berusaha memberikan support agar tidak lemah, tidak gagal, meringankan agar usahanya tidak sia-sia dan memotifasi untuk segera mencoba serta berusaha hingga sukses. 

Melampaui batas dan pemborosan  
  
 Wanita suka berhias dan bersolek, mengenakan pakaian paling indah, permata termahal dan memeperindah rumahnya, tentu saja hal ini syah-syah saja bahkan itu ciri khas wanita sholihah, namun ada pepatah yang mengatakan : “Segala sesuatu yang berlebihan menjadi tidak baik”. Maka membelanjakan harta secara berlebihan dan memenuhi kebutuhan melebihi kewajaran ekifalen dengan menjerumuskan diri seorang muslim dalam bahaya pemborosan dan penghambur-hamburan. 
 Sementara Islam melarang hal itu :

« وَلاَ تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا * إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُواْ إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا »‏
“…Janganlah kamu membelanjakan harta secara batil. Sesungguhnya orang-orang yang membelanjakan harta secara batil adalah saudara-saudara setan, sedangkan setan amat ingkar kepada Robbnya.” (Al-Isrâ´ [17] : 26-27) 
« ... كُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ »‏
“ …Makanlah, minumlah dan janganlah kamu melampaui batas, sesunggguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al-A´rôf [7] : 31)
‏ Rosûlulloh n bersabda :
« كُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَالْبَسُوْا وَتَصَدَّقُوْا ، فِي غَيْرِ إسْرَافٍ وَلاَ مَخِيلَةٍ »
“Makanlah, minumlah, berpakaianlah dan bersedekahlah tak usah melampaui batas dan sombong.”  
 Ibnu Abbâs a berkata : 

« كُلْ مَا شِئْتَ ، وَاشْرَبْ مَا شِئْتَ ، وَالْبَسْ مَا شِئْتَ ، مَا أخْطَأكَ اثْنَانِ سَرَفٌ أوْ مَخِيْلَةٌ»
“Makanlah apa yang kamu sukai (yang halal), minumlah apa yang kamu sukai (yang halal) dan berpakaianlah sekehendakmu (yang halal), selama tidak dipelesetkan oleh dua perkara, yakni melampaui batas dan sombong.”  

 Dari Rojâ´ bin Haiwah v, dari Muâdz bin Jabal a berkata :
« إنَّكُمُ ابْتُلِيْتُمْ بِفِتْنَةِ الضَّرَّاءِ فَصَبَرْتُمْ ، وَ إنِّيْ أخَافُ عَلَيْكُمْ فِتْنَةَ السَّرَّاءِ : وَهِيَ النِّسَاءُ ، إذَا تَسَوَّرْنَ الذَّهَبَ ، وَ لَبِسْنَ رَبْطَ الشَّامِ ، وَعَصْبَ الْيَمَنِ ، و أُتْعِبْنَ الْغِنَي، وَكلَّفْنَ الْفَقِيْرَ مَا لَا يُطِيْقُ »
“Sungguh kalian telah diuji dengan fitnah kesengsaraan lantas bersabar, sementara aku mengkhawatirkanmu pada fitnah kesenangan, yakni perempuan saat mengenakan gelang emas, mengenakan pakaian model Syam, pakaian dengan serat benang ala Yaman, disibukkan oleh kekayaan dan memberatkan orang fakir.” 

 Pendek kata fitnah wanita yang gemar mengenakan yang mahal baik model, garmen dan lain sebagainya, melampaui batas, menyia-nyiakan harta milik suami secara tidak proporsional dan menjerumuskan keluarga dalam krisis ekonomi hingga memperpuruk keharmonisannya, pada akhirnya membikin kesal suaminya. Sedangkan istri sholihah sangat gemar mencari ridho Robbnya kemudian menyenangkan suaminya dan tidak melampaui batas kewajaran ketika membelanjakan harta meskipun suaminya kaya.

Kekurangan suami-istri  
 
 Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan, baik suami maupun istri tak pernah terlepas dari kekurangan. Di antara mereka ada suami bodoh yang membesar-besarkan kekurangan istrinya lebih dari yang sebenarnya, berkeluh-kesah terhadapnya, mengungkapkan kekurangan istri di hadapannya, membeberkan aibnya di hadapan lelaki lain hingga lambat-laun mereka ikut-ikutan membenci istrinya bahkan bersikap anti pati terhadapnya, akhirnya kehidupan rumahtangganya dirundung malang bukan kepalang.
 Suami yang sering mengkritisi istrinya lebih-lebih di depan orang lain benar-benar merugikan kecintaan istrinya, begitu juga istri yang yang sering mengkritisi suaminya khususnya di depan orang lain tentu merugikan kecintaan suaminya, bahkan tidak mustahil suami akan menceraikannya dibuatnya.
 Orang bijak tentu berusaha maksimal menyikapi kekurangan pasangan hidupnya dengan menciptakan keselarasan hidup bersama dan tidak membuka kekurangan di depan orang lain. Di samping itu berusaha mengabaikan kekurangan tersebut dengan cara memperhatikan kelibihan-kelebihannya yang mesti diakui bisa menutupi kekurangannya. Sebagaimana firman Alloh l :
« إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّـيِّئَاتِ »
“ …Sungguh kebeikan-kebaikan itu mampu mengholangkan keburukan …”  
(Hûd [11] : 114)

Kurang puas dengan pasangan hidup  

 Mayoritas suami di dunia ini benar-benar tidak puas dengan apa yang ada pada istrinya, umumnya yang dirasakan adalah kekurangan istrinya dan amat berharap istrinya teristimewa. Sudah menjadi sunatulloh, bahwa di dunia ini mustahil ada manusia yang benar-benar sempurna, mesti ada kekurangan. Bagaimanapun kebanggaan dan kepuasan terhadap kualifikasi pasangan hidup, mesti ada manusia yang mengungguli kelebihannya di sisi lain. Dalam pada itu Alloh l mewanti-wanti kita agar kita terhindar dari ketidakpuasan yang berdampak pada pepatah “kebun tetangga lebih hijau”, sebagaimana firman Alloh l :  
« لاَ تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ وَلاَ تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ »
“Janganlah kamu tertarik pada kesenangan yang telah Aku berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir) dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka …” (Al-Hijr [15] : 88)  
 Ketidakpuasan terhadap kenyataan yang ada pada pendamping hidup merupakan faktor signifikan bagi timbulnya timbulnya peragam problimatika suami-istri, di samping mengurangi volume keharmonisan mereka lantaran tidak puas terhadap kenyataan yang ada pada pendamping hidupnya, bahkan terkadang menghantarkan kepada petaka atau perceraian atau hubungan tidak harmonis di antara suami-istri.
  Itu semua sebagai dampak gegabahnya masing-masing suami-istri dalam menentukan keputusan nikah, lambat laun akhirnya mereka menyadari akan kesalahan mereka dalam menentukan pilihan hingga berbuntut kepada penyesalan, tampaklah semua kekurangan masing-masing yang sebelumnya tak kelihatan lalu timbullah kebencian, keluhan, saling complaint dan berikutnya mulailah timbul berbagai problim rumahtangga. 
 Di tambah lagi pluralitas manusia dalam type, tinggi badan, berat badan, kecerdasan, harta, ketampanan atau kecantikan dan jenjang pendidikan. Walhasil masing-masing pasangan hidup memiliki kelebihan di samping kelemahan.
 Meski kualifakasi antara suami-istri memuaskan dan bisa dibanggakan, namun pasca pernikahan justru sebaliknya, dengan kata lain lambat-laun menjadi menjemukan, sementara suami tetap berharap agar istrinya memiliki kualifikasi seperti yang ia saksikan dalam kebun milik tetangga padahal itu tidak ia dapatkan dalam diri istrinya.
 Dari sinilah mulai timbul petualangan tak menyenangkan dan berbagai problim suami-istri mulai nampak. Seandainya manusia mau puas dengan porsi yang telah dikaruniakan Alloh l kepadanya setelah berusaha maksimal dengan segenap fasilitasnya baik via istikhôroh, konsultasi, usaha signifikan, rumusan tujuan yang jelas, mencari pengalaman dan tidak gegabah, niscaya ia akan hidup lebih harmonis dan mampu mengatasi beragam penderitaan yang dialami sendiri maupun orang lain. Rosûlulloh n :
« قَدْ أفْلَحَ مَنْ أسْلَمَ ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَ قَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ »
“Beruntunglah orang yang berserah diri kepada Alloh, dikaruniai rezeki cukup dan dipuaskan oleh Alloh dengan karunia-Nya.”  
 Berserah diri kepada Alloh, rezeki cukup dan kepuasan sebagai sarana keharmonisan, keberuntungan dan kesuksesan. 
 Dulu usia nikah lebih dini sehingga para suami merasa cukup dengan apa yang ada, hampir-hampir umumnya suami-istri memulai kehidupan rumahtangganya dari nol, karena mereka berdua cukup hidup dalam satu ruangan untuk selanjutnya membangun hidup masa depan bersama. Petualangan panjang menyusuri perjuangan berat dilalui hingga dalam kehidupan rumahtangga mereka tidak ada kamus memikirkan hal-hel sepele, di samping petualangan melelahkan itu sekaligus mensupport kestabilan jalinan cinta-kasih antara suami-istri. 
 Adapun kini umumnya suami suka memulai kehidupannya dari tingkat tangga paling atas untuk memenuhi tuntutan rumah hunian masadepan, perabot rumah paling sempurna, belum lagi barang-barang mewah dan hal-hal formalitas lainnya, tentu saja hal ini menunda usia nikah, membuat tuntutan persyaratan suami-istri semakin kompleks, semakin susah mencapai keselarasan, di samping mereka tak memiliki lagi karakter perjuangan serta keprihatinan, jiwa saling tolong-menolong, mereka juga tidak menyukai kelezatan suksesnya mencapai tujuan bersama.  
 Seiring besarnya volume berbaurnya lelaki dan perempuan pada era moderen sekarang ini otomatis semakin meningkat pula kekurang puasan para suami terhadap istrinya. Pada masa lalu umumnya suami merasa puas dengan apa yang ada, pasalnya volume melihat istri orang lain relatif rendah, kalaupun melihat istri orang lain terjadi, namun bersoleknya dan pamer aurat wanita dulu tidak sampai membuat lelaki bijak lagi penyabar menjadi mabuk kepayang, tiada daya dan kekuatan selain dari Alloh l. 
 Melihatnya suami kepada wanita bukan istrinya sedemikian sering dan dengan cara yang berfareasi di jalan raya, melalui TV, parabola membuat para suami cenderung membanding-bandingkan antara yang mereka lihat dan istrinya, tentu saja hal ini membuatnya tidak puas. Sementara sikap membanding-bandingkan sedemikian rupa tidaklah memberikan arti apa-apa, sebab hanya sebatas membanding-bandingkan tidak memberikan kenyataan, paling-paling perangkap setan, meski ada orang yang mampu menikahi salah satu wanita yang ia lihat namun ia tidak bisa hidup bersamanya, pasalnya wanita tersebut tidak punya bakat membina rumahtangga, pekerjaannya hanya menfitnah, menggoda, cari popularitas, hanya berkapasitas sebagai artis, dansa dan menyebarkan prilaku keji di antara orang-orang beriman, makanya waspadalah, camkanlah dan ambillah sebagai pelajaran wahai orang-orang yang punya nalar.
 Para suami di masa lalu lebih banyak puas dan harmonis karena volume takwa dan menjaga kehormatan diri lebih besar daripada di era kita kini .
 Kepuasan suami merupakan pilar sekunder bagi keharmonisan, sebab terkadang ada seorang suami yang tidak puas terhadap istrinya namun dia bisa memengontrol kondisi serta situasi atau katakanlah beradaptasi dan hidup bersamanya meski quota keintiman dan kebersamaan serba seadanya. ´Umar bin Khoththôb a berkata kepada seorang lelaki yang hendak menceraikan istrinya dengan alasan tidak cinta : “Lho! Memangnya kamu membangun rumah mesti dengan landasan cinta? Jika demikian mana mungkin ada menjaga kehormatan diri, perasaan malu dan menjaga diri?”.  
 Manakala kepuasan masing-masing suami-istri meningkat, maka meningkat pulalah keharmonisan dan semakin berkurang juga problimatika suami-istri. Sedangkan faktor signifikan untuk meraih kepuasan antara suami-istri adalah saling melihat sebelum pernikahan, kemudian memilih pasangannya secara puas tanpa tekanan sedikitpun oleh pihak lain. 
 Biasanya kepuasan dan saling pengertian antara suami-istri diperoleh manakala mereka berdua sudah saling memperoleh keselarasan dalam persepsi, kebersamaan, jasmani dan materi yang sering dikenal dengan istilah sekufu, namun sekufu bukanlah syarat pokok bagi kesuksesan pernikahan.
 Pasalnya terkadang kesuksesan bisa dicapai oleh pernikahan yang berlangsung antara sie cantik dan tidak tanpan atau sebaliknya antara sie tampan dan tidak cantik, atau antara sie miskin dan sie kaya, atau antara yang taat beragama dan yang ceroboh, antara muslim dan non muslimah, atau antara yang cerdas dan yang bodoh, atau antara yang mengenyam pendidikan tinggi dan awam. Aku katakan “terkadang”, tapi pernikahan sukses seperti ini jarang terjadi, dengan kata lain di luar kewajaran, kalaupun terjadi biasanya ditempuh dengan susah-payah, makanya sering saya katakan : 

“Bukalah kedua matamu lebar-lebar sebelum pernikahan dan sedikit saja sesudah pernikahan”.

 
Interaksi menyakitkan  

 Seiring kehidupan berdampingan yang telah ditempuh dalam tempo lama, maka beragam problimatika sering mengiringi. Kata-kata menyakitkan mulai muncul di antara suami-istri, selanjutnya berkembang menjadi penghinaan berulang kali, terkadang sampai terjadi pemukulan, kemudian pengusiran keluar rumah, padahal tampilan demikian bukantindakan terpuji, justru umumnya semakin memperpuruk keadaan.
 Penghinaan berarti menebar benih kebencian, kedengkian dan kemarahan, sementara buruknya kiat tersebut, terletak pada timbulnya yang begitu mudah, namun mengembalikan situasi seperti sedia kala amat susah jika tidak dibilang mustahil, sebab lidah lebih tajam daripada mata anak panah. Dalam pada itu Mutanabbî berkata : 

Luka akibat tajamnya anak panah biasa-biasa saja rasanya
Namun, tidak demikian halnya dengan lidah .

Suami-istri saling diam  
   
 Ada dua penelitian dilakukan di Amerika yang menyatakan bahwa kaum wanita lebih sering diam dengan maksud menghindari timbulnya cekcok dan melestarikan jalinan cinta-kasih antara suami-istri. Adapun kaum lelaki mereka diam boleh jadi untuk menciptakan jarak guna memperkuat posisi, atau lantaran mereka tidak terbiasa mengekspresikan emosinya dan belum tahu bagaimana bersikap. 


TV dan keluarga  

 Sungguh beraneka godaan dan fitnah tidak saja di luar rumah, bahkan ada di rumah, sementara rumahtangga muslim telah kehilangan jati dirinya sebagai keluarga muslim baik tempat huniannya, atau ketenangannya, atau perasaan lapang dada lantaran salah kaprah dalam memfungsikan kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban. Kita telah menyaksikan dampak buruknya berupa kebebasan yang sulit dikontrol, peluang bebas bagi masuknya seluruh tampilan baik negatif maupun positif, filem-filem purno sebagai dampak dekadensi moral dan lain sebagainya baik seriel sandiwaranya, nyanyian-nyanyiannya, video keranjingan dimabuk cinta, penampilan beragam model pakaiannya dan lain sebagainya. 
 Saya akan menyodorkan pertanyaan kepada pasangan suami-istri agar bisa dijawab, dengan harapan membuahkan hasil positif bagi kehidupan mereka berdua. Kita berharap agar kita bisa bangkit dari tidur dan benar-benar sadar akan rumah-rumah tangga kita sebelum kita membeli penyakit yang tidak bisa diobati :

1) Sejak beberapa tahun lalu kita telah hidup bersama TV dan para bola. Apa dampak positif bisa kita petik untuk hidup-kehidupan kita?  
2) Apakah rumah-rumah tangga kita harmonis dan terbebas dari problim, ataukah justru angka perceraian semakin meningkat?
3) Apakah putra-putri kita memperoleh pendidikan Islam yang benar, ataukah mereka sangat kurang mendapatkan materi-materi pelajaran dengan kemasan pendidikan Islam dan kurang menghormat orang tuanya?
4) Apakah istri mentaati suaminya dan suami semakin menghormati sang istri, ataukah kepuasan sudah menghilang dari rumah-rumah tangga, sementara suami tak lagi puas terhadap sang istri, sedangkan istri tidak menerima dengan senang hati karunia pemberian Alloh l?
5) Apakah kecintaan di antara manusia semakin bertambah dan kaum muslimin bersatu laksana satu tubuh, ataukah seorang tetangga sama sekali tak mengenal tetangganya kecuali ketika dibikin senang terlebih dulu?

6) Apakah ilmu pengetahuan tentang Islam merebak sedangkan kebodohan telah punah, sementara masyarakat menjadi beradab lagi maju, ataukah angka kesuksesan mahasiswa dan mahasiswi menipis?
7) Apakah keutamaan merebak sedangkan para remaja berani maju untuk menikah sehingga berakhirlah pamer make-up dan mengumbar aurat, ataukah justru kebobrokan moral merebak kemana-mana, perzinaan serta dekadensi moral merajalela dan banyak para remaja menghindari pernikahan? Jawabnya terserah kalian sendiri.

  Sungguh tontonan TV dan cenel-cenel dengan sistem satelit (seperti parabola) memperkompleks problim suami-istri dan menyia-nyiakan waktu tanpa ada faedah. Sementara para suami menyia-nyiakan kewajibannya sebagai pemimpin rumahtangga merupakan dampaknya, di samping petaka dahsyat menimpa anak-anak yang terpengaruh baik melalui tampilannya yang negatif maupun positif, bahkan umumnya mereka mengurangi quota belajarnya tentang Islam karena faktor TV dan filem-filem kartun.
  Seringkali menyaksikan TV menyebabkan hilangnya sharing antara suami-istri, dengan kata lain banyak menyita kesempatan suami-istri untuk berbicara dari hati kle hati dan memecahkan berbagai persoalan, bahkan mayoritas suami mengeluhkan bahwa istrinya lebih banyak memprioritaskan acara-acara TV daripada memperhatikan suaminya, demikian pula sebaliknya.
  Kesukaan masing-masing suami-istri terhadap acara TV yang mereka saksikan tidak sama. Suami biasanya lebih suka menyaksikan program-program menyangkut politik, ekonomi, olah raga, filem-filem serial kekerasan dan seks, sementara sang istri lebih suka menyaksikan serial romantis, acara-acara keluarga, kesehatan, pendidikan, pakaian dan menu hari ini. Seringkali perbedaan kesukaan pada acara TV saling berbenturan. Suami lebih mengutamakan kesukaannya, makanya sang istri merasa terganggu oleh sang suami lantaran menghalangi kesukaannya. Terkadang sampai terjadi suami memiliki satu unit TV sendiri demikian juga istri memiliki satu unit TV sendiri, sehingga masing-masing suami-istri bisa menyaksikan acara yang menjadi kesukaannya, padahal umumnya susah mengaktifkan dua unit TV dalam ruangan yang sama, dengan kata lain masing-masing suami-istri harus duduk di ruangan tersendiri.
  Umumnya filem serial dan acara TV bertolak belakang dengan prinsip-prinsip Islam dan tidak selaras dengan tradisi kita umat Islam, di samping mayoritas acara TV bertentangan dengan prinsip-prinsip keharmonisan suami-istri yang bersahaja, bahkan acara-acara tersebut mendukung porak-porandanya keharmonisan mereka. Wanita sebagai istri melihat model pakaian paling mutakhir, pesta paling bergengsi, artis pria paling tampan atau artist wanita paling cantik. Wanita berdosa mulai membanding-bandingkan antara kehidupannya bersama suaminya dan apa yang ia saksikan di layar kaca kecil. Dia mulai dengan petualangannya yang menjengkelkan, penuh dengan keluh kesah dan suram, begitu juga suami, ia menyaksikan wanita artis paling cantik, tampilan-tampilan model pakaian dan para ratu kecantikan hingga tidak lagi mengagumi istrinya.
  Aku mengenal seorang pria mengatakan kepada istrinya ketika mengetahui wanita cantik di layar TV : “Bukankah ini perempuan, sedangkan kamu juga perempuan?”, dengan kata lain : “Mengapa kamu tidak seperti wanita ini?”. Ia merendahkan istrinya dengan cara sering mencibir dan membanding-bandingkan sampai sang istri membenci suami dan TV.
  Penggemar acara-acara TV yang ditayangkan menyadari bahwa acara-acara tersebut memenuhi otak-otak generasi muda secara berlebih-lebihan berupa kisah cinta dan pernikahan bersifat fiktif belaka, tidak realistis. Acara-acara itu sebagai media yang menunjang tersebarnya persepsi-persepsi keliru mengenai cinta dan pernikahan, yang pada akhirnya menghantarkan kepada berbagai problim rumahtangga, percekcokan dan perceraian.  
  Seorang pakar dari Amerika Gerry Mander mengakui betapa dampak negatif yang ditimbulkan TV, lantas menyusun buku berjudul “Empat kontroversi tentang ditolaknya TV” . Dalam buku ini dia memperkuat dengan berbagai argumen mengenai betapa bahaya sarana TV terhadap perorangan, keluarga dan masyarakat, sementara dia menyarankan agar TV ditiadakan. 
  Profesor Marwan Kajak mengatakan : “Sudah menjadi opini publik, betapa buruk dampak yang ditimbulkan TV dalam kehidupan suami-istri. Betapa banyak percekcokan terjadi antara suami-istri. Betapa banyak rumahtangga harmonis, dalam suasana hormat-menghormati dan kasih-sayang namun tiba-tiba berubah menjadi runyam, penuh kebencian dan dilanda percekcokan. Betapa banyak keluarga dibina atas dasar kecintaan, antara satu sama lain saling mengutamakan dan saling pengertian, tiba-tiba dibikin jatuh terpelanting ke dalam jurang petaka dendam kesumat, pertengkaran dan permusuhan. Betapa banyak suami-istri sudah berjanji sehidup semati membina kehidupan rumahtangga, namun kenyataannya janji tersebut dikhianati dan jalinan cinta-kasih pecah berkeping-keping. Tak lama kemudian broken-home gara-gara mengikuti acara dan bisikan TV dan parabolanya yang penuh dosa”.  
  Daniel Schor seorang pemimpin editorial berita di salah satu jaringan televisi mengatakan : “Pengalamanku dalam dunia pertelevisian telah memberiku kemampuan khusus untuk memahami beragam dampak TV yang merusak pola pikir , TV benar-benar menjunjung tinggi serta menyebarkan kekerasan, sembrono dalam menyikapi persoalan yang besar bahkan menguburnya, memusnahkan kebenaran dengan menutup mata terhadap perbedaan antara kebenaran dan imajinasi sehingga manusia mulai membenarkan persepsi tersebut”. 
  Melalui informasi yang begitu gencar yang diperkuat serta didukung oleh angka dan statistik persepsi memperkuat bahwa menyaksikan TV memicu manusia berpotensi membaca dan memahami, membuat para mahasiswa lebih banyak malas dan bodoh, menjadikan anak-anak kurang menghormati orang tua di samping mengajarkan krisis moral pada mereka seperti dusta, gemar kepada permusuhan dan mengabaikan tanggungjawab, membuat para penonton lebih banyak bertindak anarsis dan pelanggaran dosa. Otomatis ini semua memporak-porandakan keharmonisan keluarga.
  Riset yang dilakukan oleh majalah U.S. News (United State News) mensinyalir bahwa sebanyak 66 % dari semua orang yang diteliti telah mengatakan bahwa apa yang ditayangkan oleh TV berdampak negartif terhadap negara, sebagian besar mereka memperkuat bahwa TV punya andil memunculkan beragam problim sosial seperti kekerasan, perceraian, memicu anak-anak usia puber melakukan perzinaan dan tertimpa dekadensi moral.
  Akhir-akhir ini menghalau semua pengaruh televisi menjadi trend gerakan massa baik di lingkup sekolah maupun pusat-pusat penelitian. 
  Di Canada dalam sekala besar merebak materi bimbingan dan penyuluhan yang telah diajarkan di sekolah-sekolah agar para pelajar mengerti bahwa target serta tujuan seluruh prgram TV agar pemirsa memberikan legitimasi tayangan iklan yang mengkomersilkan seks dan kekerasan, sementara berita-berita yang dilansir televisi tidak layak untuk dipublikasikan. Sekolah-sekolah di Amerika telah mulai menyambut serta merespon itu. 
  Seorang pakar pendidikan Harvey Diotil menyarankan agar televisi segera ditutup, untuk diganti kegiatan membaca, kehidupan keluarga dan menciptakan kreatifitas. 
  Adalagi seorang ibu dari Amerika bernama Fransis Morlabi yang telah menjadi buah bibir publik lantaran percobaan barunya, dia adalah seorang wanita teguh pendirian (punya kepribadian stabil) yang mengerti benar akan kebutuhan seorang ibu dan menyadari benar bahwa pengaruh televisi amat berbahaya bagi anak-anak. Selama satu dekade dia bekerja keras mendidik putra-putrinya agar menghindari televisi, pengalamannya atau percobaannya ini dimuat dalam buku berjudul “Apa yang Anda lakukan setelah TV ditutup?”. Dalam buku tersebut ia mengungkap bagaimana dia bersama putra-putrinya bisa sukses dalam kehidupan secara harmonis terhindar dari televisi.  
  Wahai suami yang terhormat, wahai sang istri yang terhormat pula. Telah tiba saatnya kita menyadari akan besarnya tanggungjawab yang dibebankan di atas pundak kita untuk kepentingan diri kita sendiri yang pertama, kemudian yang kedua buat putra-putri kita. Manusia merupakan tawanan bagi pola-pola pikirnya sendiri, sementara psikolog menegaskan bahwa duduk di depan layar TV lebih dari 2 jam sehari bisa merusak syaraf, menghilangkan fungsi kecerdasan, menyebabkan dirinya hidup tegang, tidak mampu menghalau kevakuman serta kemalasan, bagaimana bisa hidup positif dengan menyia-nyiakan waktu, menjamak beberapa sholat tanpa alasan, seorang suami mengabaikan tugasnya, istri menyia-nyiakan kewajiban mengurus rumah dan mendidik putra-putrinya.
  Kita wajib melakukan antisipasi, waspada, melakukan tindakan preventif, semaksimal mungkin, kita jadikan TV bernilai positif, menekan seminim mungkin dan menjauhi acara-acara serial sandiwara, serial filem yang punya memicu broken-home dan menerlantarkan putra-putri kita. 

  
Pelayan laki-laki dan perempuan  
 
  Orang-orang kaya gemar mempekerjakan perawat perempuan, pelayan perempuan dan sopir laki-laki, baik karena kebutuhan pelayanan yang mendesak, atau karena gaya hidup mewah. Keharmonisan segenap anggota keluarga sering dibikin ludes lantaran persoalan-persoalan yang muncul gara-gara memasukkan para pelayan di tengah-tengah kehidupan keluarga.
  Siapa tanggap terhadap berbagai tragedi di balik itu, niscaya mengutamakan keselamatan dirinya serta keluarganya, tidak memerlukan pelayan, atau mempekerjakan mereka dengan menekan quota seminim mungkin di sdamping mewaspadai ekstra ketat terhadap mereka.
  Dampak negatif paling kecil adalah diketahuinya rahasia pribadi dan keluarga secara detail oleh pelayan lantas menyebarkannya, demikian juga tak jarang mereka iri hati terhadap kenikmatan keluarga, tega melakukan tindakan mesum lantaran dengki dan keinginan mencuri, seringkali timbul krisis akhlak gara-gara berbaurnya anggota keluarga bersama pelayan dalam satu rumah. Betapa sering kita baca dan kita dengar perlakuan kasar pemilik rumah khususnya anak-anak lelaki tuan rumah terhadap pelayan-pelayan wanita, atau pelayan lelaki menggoda wanita anggota keluarga, khususnya anak-anak putri. Juga terkadang terjadi lelaki tertarik kepada pelayan wanitanya lantas menikahinya. 
  Demikian pula pelayan lelaki atau perempuan dan para baby-sitter mentrasfer bahasa, kebiasaan dan tradisi mereka kepada anggota keluarga, boleh jadi mereka berhasil mengubah agama putra-putri anggota keluarga. 
  Umumnya para pelayan wanita tidak mengerti atau tak mau mengerti kebersihan secara benar dalam hal makan dan minum. Banyak di antara mereka tidak mengerti prosedur bersuci dan najis menurut syariat Islam .
  Keberadaan para pelayan wanita juga terkadang membiasakan serta mengubah kebiasaan wanita menjadi pemalas yang berdampak membahayakan kesehatannya, mayoritas wanita yang mengandalkan pelayan wanita berat badannya jadi naik secara drastis, dan menjadi gemuk. Wanita jadi penasaran mengapa suami menjauhi dirinya, tidak tertarik padanya. Pasalnya ia memandang tayangan para wanita di layar TV seakan mereka pecumbu rayu yang menarik lantaran serasi, molek, elok dan tutur katanya lembut menawan. Ketika ia mengamati istrinya, terkesan seolah-olah melihat tank merayap di tanah, manakala istri berbicara dengannya seakan ia polisi di dalam rumah, tampak tampilannya yang kasar membikin seluruh bulu badan berdiri merinding.  
  Begitu juga anak-anak putri yang hidup berkembang di rumah bersama para pelayan wanita tak akan pernah belajar ketrampilan memasak dan tugas-tugas mengurus rumah, padahal itu penting, sehingga menyebabkan mereka gagal dalam kehidupan berumahtangga bersama suaminya kelak.
  Ibu mengurus langsung putra-putrinya lebih menjamin kesehatan mereka daripada para baby-sitter dan pelayan wanita. Majalah “Doktermu” mempublikasikan berita tentang pengaruh positif seorang ibu yang mengurus, mengasuh dan mendidik putra-putrinya. Berikut ini kutipannya : “Dokter Rainier Septivner di New York telah melakukan perbandingan antara dua kelompok putra-putri selama 2 tahun, kelompok yang pertama diasuh oleh ibunya sendiri, sedangkan kelompok yang kedua diasuh oleh baby-sitter. Perbandingan ini memberi kesimpulan terakhir bahwa anak-anak yang diasuh oleh baby-sitter lebih lambat pertumbuhannya dan belum bisa latihan berjalan dan bicara secara normal dibanding anak-anak yang diasuh oleh ibunya sendiri. Yang lebih mengherankan lagi bahwa hingga usia 5 tahun anak-anak yang memperoleh kasih sayang dari bunya sendiri belum ada yang mati, sementara angka kematian pada kelompok kedua yang tidak diasuh dan tidak mendapatkan kasih-sayang ibunya sendiri mencapai 37 %. Informasi ini mengindikasikan betapa mengandalkan layanan dari pelayan wanita dan baby-sitter berdampak negatif dalam mengasuh serta mengurus anak-anak balita”.  
  Surat kabar “Al-Muslimûn” melansir berita mengenai problim dan efek negatif para pelayan wanita. Dalam harian itu diberitakan bahwa seorang ibu rumah tangga benar-benar dikejutkan saat melihat anak pemudanya berbuat amoral bersama pelayan wanitanya.
  Dengan derai air mata sedih seorang perempuan berinisial “M.R” mengutarakan isi hatinya : “Saya salah, karena membiarkan pelayan wanita sepenuhnya mengurus suami saya sehingga saya dikagetkan dengan peristiwa, di mana secara tiba-tiba ia telah menjadi istri kedua suami saya”. 


DERITA RUMAHTANGGA
 
Tentang ketidak harmonisan rumah tangga  

  Tidak bisa merasakan keharmonisan hidup antara suami-istri, berarti tidak memahami deritanyaa. Maka kemampuan memahami yang sebaliknya, berarti kemampuan memilah-milah di antara beberapa hal. Mengerti derita rumahtangga tidak berati merasakannya, atau hidup dalam deritanya, atau dirundung kesengsaraan di dalamnya, akan tetapi mengenalinya melalui gejala-gejalanya ketika masing-masing suami-istri melihatnya, sehingga bisa menghindarinya.
Aku mengenal keburukan, bukan berati aku berada di dalamnya, tapi aku mengantisipasi,
Barangsiapa tidak memahami keburukan niscaya terperosok di dalamnya.
  Kata derita atau sengsara ( نَكِد ) sekali disebut dalam Al-Quran, sebagaimana firman Alloh l :  

« وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَالَّذِي خَبُثَ لاَ يَخْرُجُ إِلاَّ نَكِدًا »
“Tanah yang bagus tumbuhlah tumbuhannya ( dengan sempurna dan bagus) dengan ijin Robbnya, sedangkan tanah yang jelek tidak tumbuh padanya selain dengan susah-payah (itupun tumbuhnya tidak sempurna lagi tidak bagus …” 
)Al-A´râf [7] : 58)
  Seorang wanita, pakar soal keluarga yang ahli dalam urusan hubungan suami-istri, sekaligus dokter yang menangani penyakit-penyakit rumahtangga dan keluarga bernama Shofiyah Muhandis, mengerti benar indikasi istri yang tidak harmonis, mengatakan : “Istri tidak harmonis adalah istri yang membuat suaminya tak kerasan di rumah, membenci kehidupan rumahtangganya dan kehidupan suami-istri secara umum … Itulah sang istri yang lebih banyak menjadi beban seluruh persoalan dan omongannya dari pada menanggung serta mengemban tanggungjawab, ia pemicu timbulnya problim serta perselisihan, dia punya hobby hidup dalam suasana krisis dan kles, selalu saja membikin onar orang di sisinya”.
  Dengan kata lain bahwa ia adalah istri yang tidak cenderung kepada kedamaian atau ketenteraman, ia hanya menyukai perselisihan, percekcokan, mencari-cari kambing hitam, berprasangka buruk, berniat jahat dan kepribadian busuk.  
  Ia senantiasa menjadi biang keladi seluruh perselisihan melalui persoalan-persoalan sepele, dengan karakternya yang labil ia gegabah mencampur adukkan seluruh persoalan sepele tersebut dengan persoalan-persoalan prinsip hingga mencapai puncak ketegangan yang membuat suami tidak tenang.
  Derita atau ketidak harmonisan rumahtangga terkadang berawal secara spontan, jika kedua belah pihak tidak berusaha mengantisipasi dan menghentikannya sedini mungkin, niscaya cepat berubah menjadi penyakit kronis, tak lama kemudian tumbuh serta berkembang menjadi kanker ganas yang sulit dibasmi.
  Seorang ulama´ mengatakan : “Derita atau ketidak harmonisan antara suami-istri berawal dengan percekcokan apapun faktornya dan berlanjut pada pertikaian yang tidak jelas sebab-musababnya”.  
  Oleh karenanya istri muda yang mulai merasakan ketidak harmonisan pada usia 20 tahun, merasakan juga ketidak harmonisan pada usia 40 tahun, dia adalah istri yang tidak harmonis, ia menciptakan faktor-faktor penyebab, merekayasa dan mengada-ada ketidak harmonisan, ketika itu ia tidak bisa diobati dan tidak mempan untuk dinasehati.
  Doktor ´Ali Shôdiq mengatakan : “Kesalahan vatal yang menimpa suami-istri adalah menumpuk-numpuk problim namun tak pernah mereka atasi, bersikap tidak fair, tidak saling mengungkapkan melalui tutur kata bersahaja, antara satu sama lain tak pernah melakukan penyelesaian kesalahannya seawal mungkin dan antara satu sama lain tidak mengungkapkan ketidak menentuannya, kekhawatirannya, harapan serta prospeknya, penderitaannya dan kesedihannya”.

Gejala tidak harmonis suami-istri yang paling populer  

  Berbicara dengan nada tinggi dan tak mengutamakan kata-kata yang pantas, selaras firman Alloh l : 
« وَاغْضُضْ مِن صَوْتِكَ إِنَّ أَنكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ »
“ …rendahkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.” (Luqmân [31] : 19)
  Tidak selayaknya baik suami maupun istri meninggikan suaranya, apapun alasannya, sekalipun sedang tertimpa musibah kecuali saat meminta pertolongan. Sementara istri yang meninggikan suaranya adalah lebih buruk, sebab keluar dari karakter kewanitaannya.
  Suara tinggi adalah buruk dan munkar baik muncul dari manusia ataupun hewan. Ada psikolog bernama William Hanti berpendapat : “Sungguh kata-kata manusia merupakan alat musik bervareasi. Manakala dimainkan oleh seorang ahli yang menguasai, niscaya tampak seakan-akan rohani yang tak kelihatan namun merayap di dalamnya. Di antara kata-kata memiliki instrumen seperti suara dram, ada yang melantunkan bunyi memberikan kesan sangat manis seperti seruling, ada yang bernada memanggil seperti trompet dan ada yang menyegarkan seperti angin sepoi-sepoi basah”. 
  Apabila Anda menghendaki suaramu diterima pendengarnya, utamakanlah pilihan moment yang tepat, kata-kata yang selaras, intonasi suara yang cocok untuk bertutur kata dan penala bicara yang baik.  
  Tak perlu dipersoalkan lagi, bahwa tidak bersikap hormat saat bicara meski telah dipertimbangkan (faktor ketepatan waktu, pilihan kata, intonasi suara untuk bertutur kata dan penala bicara yang baik), tetap saja mengindikasikan ketidak harmonisan antara suami-istri. Di samping ungkapan ironi, meremehkan, tak senonoh, nada mengejek dan isyarat kebencian, itu semua merupakan ungkapan-ungkapan gagal yang tidak menguntungkan.
  Adapun ungkapan dengan maksud mengkritisi, agar aib bisa disadari dan kekurangan bisa terkontrol, agar terkesan membangun bukan menjatuhkan dan terkesan bermanfaat tanpa menimbulkan dampak negatif, seharusnya diperhatikan hal-hal seperti telah tersebut di depan yakni mengondisikan suara, memilih kata-kata serta momen yang tepat, di samping itu secara tidak langsung, pasalnya tutur kata laksana anak-anak panah, jika sudah dibidikkan tidak kembali lagi.
  Seorang peneliti Margrethe Culcan mengatakan : “Tidak selayaknya seorang istri berkata kepada suaminya bahwa ia seorang yang gagal, menurut hemat saya, kewajiban istri yang terpenting adalah mempergunakan kesempatan makan siang untuk berbicara kepada suami dengan maksud memotifasi harapannya, rasa optimisnya dan keberhasilannya. Di samping menyebut hal-hal nampaknya sederhana namun terkesan menyenangkan hati dan memberi rasa rilek kejiwaan sang suami”. 
  Tak ada suami yang tak merasa bangga dan antusias manakala dipuji istrinya atau saat ia berkata kepadanya : “Aku merasa bangga dan bahagia kepadamu karena kamu suamiku”.  

Efek ketidakharmonisan suami-istri  
   
  Sesungguhnya ketidak harmonisan salah seorang di antara suami-istri, atau kedua-duanya berarti keterpurukan, kesesatan, pengkhianatan, tindakan aniaya dan sikap permusuhan terhadap anak-anak. Oleh karenanya ketidak harmonisan suami-istri berarti jauh dari rahmat Alloh l, dekat kepada murka-Nya serta azab-Nya di dunia dan akhirat. Ketidak harmonisan rumahtangga membatalkan amalan dan menyia-nyiakan seluruh kebaikan.
  Ketidakharmonisan antara suami istri menghantarkan kepada kehancuran kondisi kejiwaan setiap anggota keluarga, pada gilirannya menyebabkan melemahnya fungsi-fungsi vital organ tubuh manusia, tidak seimbangnya seluruh sistemnya, terutama sistem kekebalan, sehingga riskan terinfeksi penyakit permanen maupun berkala. 

  Penyakit paling populer sebagai dampak ketidakharmonisan rumahtangga antara lain : gula, tekanan darah, gangguan jantung, penyempitan lambung, sembelit dan timbulnya pembengkakan di beberapa bagian tubuh. 
  Seringkali korban ketidakharmonisan rumahtangga tak lagi punya harapan hidup, sebagaimana dikatakan oleh seorang penyair : 
Hidup dan kehidupan manusia telah berubah , tampang bumi juga berubah bengis
Warna dan rasa juga berubah , cerahnya tampang pagi telah memudar
Lama-lama hidup bagiku adalah sedih nan gelap , tak ada lagi harapan hidup

  Ketidakharmonisan hanya menambah runyamnya sang istri, penuaan dini sebagai dampak ketidak harmonisan rumahtangga kian nampak di wajahnya, setiap orang yang menyaksikan memandang buruk dan memuakkan, lebih-lebih jika dia memerankan hobby aslinya sebagai sosok yang tak pernah harmonis. Kriteria tersebut telah dikemukakan seorang penyair : 
Andaikan Alloh mengazab manusia lantaran ulahmu ,
Niscaya mereka bertaubat! Tapi rahmat-Nya amat luas

  Derita atau ketidakharmonisan antara suami-istri mengubah kehidupan setiap anggota keluarga (terutama suami, jika yang menjadi korban adalah dia) dari tenteram, kecintaan dan kasih-sayang (yang memang semestinya demikian) menjadi trauma, terasingkan, dalam suasana kekerasan dan petaka. Telah saya saksikan beberapa suami menjadi korban dampak ketidakharmonisan rumahtangga, mereka kehilangan keseimbangan, kehidupan mereka tidak setabil, kondisi mental mereka labil dan pikiran mereka jadi kacau. 
  Energi mereka jadi menurun, fisik mereka lemah-lunglai, kecakapan khusus maupun bakat mereka semakin berkurang, produktifitas mereka menipis dan kreatifitasnya menghilang. Seorang penyair Muhammad Husnâwî mengatakan : 

Terasa olehku, kesia-siaan telah memperkusut jati diriku ,
Dia telah menghalau aku menggapai pelita harapan .




MASIHKAH ANDA MENCINTAI ISTRI SESUDAH PERNIKAHAN?

MASIHKAH ANDA MENCINTAI ISTRI  
SESUDAH PERNIKAHAN?


 
 Seringkali kita dengar bahwa Fulan menceraikan istrinya padahal masih dalam suasana bulan madu, atau justru suami masih melakukan lagi tradisi lamanya; begadang bersama kawan-kawannya, atau justru menganggap pernikahan sebagai mala-petaka. Di antara mereka juga ada yang meyakini bahwa jalinan suami-istri merupakan cinta dan kasih sayang sehingga merasakan ketenangan lantaran rumahtangganya bertumpu pada pondasi yang kokoh, meski badai penderitaan datang bertubi-tubi, namun suasana rumahtangga tak goyah sedikitpun lantaran jalinan suami-istri lebih tangguh daripada badai penderitaan, dengan demikian terciptalah keharmonisan suami-istri yang diidam-idamkan atas ijin Alloh l.  
 Wahai suami yang mulia, sesudah kita sepakat memilih istri sholihah, sedangkan Anda telah mengenalinya secara baik mengenai karakternya sebelum pernikahan, di antara Anda berdua telah saling bersikap jujur dan telah mengantisipasi serta melakukan preventif demi kesuksesan pernikahan yang diberkati Alloh l , tak ada lain yang patut saya ucapkan kepada Anda selain : “Semoga Alloh l memberkatimu melalui istrimu, semoga Alloh l memberkati istrimu melalui dirimu dan menjadikan seluruh hari-harimu seakan madu”.

 Sungguh Alloh l telah memuliakanmu dengan istri sholihah yang tidak bisa diukur dengan nilai pebendaharaan duniawi. Anda telah benar-benar mengenyam keharmonisan rumahtangga, istrimu telah mencurahkan energinya demi kebahagiaanmu semata, pasalnya Anda adalah suaminya dan kekasihnya. Oleh karena itu sudah semestinya anda sanggup menyikapi keharmonisan ini dan selanjutnya bagaimana anda membahagiakan istrimu dan kekasihmu.
 Hendaklah kita bersama menikmati kelana untuk saling mengenali apa yang diinginkan wanita dari suaminya, apa yang dibenci, apa yang membuatnya bahagia dan apa yang membuat dia menderita? 
 Makanya saya berharap Anda bersabar dan sanggup bersama saya mengamat-amati kebun madu, jika ada indikasi sesuatu, maka indikasi itu adalah kemuliaanmu, kecerdasanmu, kebaikan akhlakmu dan sekaligus pertanda keseriusanmu membahagiakan istrimu. Semoga Alloh l mengkaruniakan taufik kepadamu.  
 Mayoritas para pemudi mendambakan dan mengimpi-impikan datangnya suami kelak dengan mengendarai kuda putih lalu membawanya terbang menuju istana besar, di taman indah nun jauh di sana untuk hidup bersamanya penuh harmonis. Ia berharap agar kuda yang dikendarai gagah berani seperti ´Antaroh, dermawan seperti Hâtim Ath -Thôî , bijak seperti Iyâs, romantis seperti Qois bin Malûh, tampan seperti Yûsuf q dan kaya seperti Sulaiman q.  
 Begitulah kriteria suami yang didambakan setiap pemudi di planet bumi ini. Yang didambakan untuk masa depan cerah kelak adalah suami yang berkulifikasi serba sempurna, tampan, kaya, toleran dan dermawan. Pendek kata yang bisa memenuhi setiap kebutuhannya, melindunginya, memelihara dirinya, menjaga dirinya, mencintainya, sanggup memahami apapun yang ia inginkannya dan menerima dengan lapang dada seluruh kekurangannya, itu semua impian fiksi belaka. 
 Kenyataannya pemudi itu tidak sanggup mewujudkan impian tersebut, padahal dia paling tidak suka suaminya kelak sebagai suami yang bakhil, pemalu dan berkepribadian lemah. 
 Adapun sisi kekurangan suami yang tidak disukai pemudi namun sebagai konpensasi keistimewaannya adalah perbedaan umur dan tidak tampan.
 Beberapa kriteria penting yang menarik wanita antara lain : 

1) Harta dan kedermawanan.
2) Hidup sukses. 
3) Memiliki kejantanan dan kuat.
4) Pemuda dan tampan .

 Wanita suka dicemburukan suaminya sebagai pertanda bahwa suaminya cinta padanya, sangat antusias padanya dan mengkhawatirkannya. Namun cemburu berlebihan, terlebih jika tidak ada alasan yang bisa dibenarkan terkadang justru memperburuk citra wanita, menyebabkan kemelut padanya dan menjadi obyek pembicaraan orang lain. Wajar sekali jika Rosûlulloh n melarangnya : 
« نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنْ يَطْرُقَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ لَيْلًا يَخُوْنُهُمْ أَوْ يَطْلُبُ عَثَرَاتِهِمْ »
“Rosûlulloh n melarang laki-laki mendatangi keluarganya pada malam hari lantaran menyakitinya atau mencari-cari kesalahan.”  
  Wanita juga menyukai suami memperelok tampilannya untuk menyenangkan istrinya, namun terkadang justru membuatnya tak suka, atau malah membuatnya minta cerai manakala berlebihan.
 Abdulloh bin Abbâs h berkata : “Saya gemar berhias untuk istriku, begitu sebaliknya istriku gemar berhias untukku”. 
 Berhiasnya dan gemarnya lelaki menarik istrinya membuat istri merasa diperhatikan sang suami, terkadang keelokan serta ketampanan sang suami lebih dari sekedar memuaskan daya tarik sang istri di depan yang lain, namun lebih dari itu meningkatkan motifasi sang istri untuk senantiasa menjaga kehormatan dirinya dan bersikap sepenuh hati terhadap suaminya.

 Wanita amat senang cumbu-rayu, kelemah-lembutan dan hak-hak berupa canda serta bersenang-senang yang ditunaikan oleh sang suami, itu bisa ditempuh menurut kesanggupan serta kemampuan sang suami, bisa hanya dengan bercengkrama, tour, anjang sana dan lain sebagainya.
  Termasuk menyenangkan istri adalah bercakap-cakap bersama istri secara baik, dengan retorika lembut lagi sopan. Kata-kata yang baik memiliki efek signifikan terhadap kejiwaan dan perasaan, makanya mendengarkan dengan baik percakapan sang istri, menghargai pendapatnya dan mengaplikasikannya jika itu merupakan kebenaran. Dalam hal ini, Rosûlulloh n adalah suri tauladan bagus, di mana beliau mempergunaka ide serta persepsi Ummi Salamah pada hari Hudaibiyyah untuk kemaslahatan dan keselamatan kaum muslimin.
 Termasuk memberi kebahagiaan sang istri manakala suami menjaga tampilan kejantanannya, tidak menyia-nyiakan indikasi kejantanannya baik aspek fisik maupun nonfisik dan tidak bersikap terlalu lembut hingga mejatuhkan kehebatannya, kehormatannya dan harga dirinya.
• Wanita merasa happy jika mendengar kata-kata “I love you” dari sang suami, pasalnya istri memiliki kepekaan terhadap rangsang luar biasa, di samping kemampuan merangsang lawan bicaranya atau pendengarnya. Kata-kata “I love you” mampu mengungkap cakrawala kehidupan, menggugah harapan dan mampu menggoreskan media keharmonisan dengan pena cinta.  
• Jagalah istrimu, bentengilah dia dengan gelang cintamu dan ikatlah dia dengan rantai simpatimu, sehingga dia sebagai wanita prioritas untuk menerima simpatimu, dengan demikian wanita bisa dimiliki serta dikendalikan dengan cinta.  
• Wanita sangat berbahagia manakala Anda mengucapkan padanya “Good-bye” , dan memeluknya dengan peluk-cium hangat yang dikemas dengan kata-kata lembut dan mesra.

 Peluk-cium kepada sang istri lebih dari yang pernah dibayangkan sebelumnya, pasalnya kenikmatan yang bisa dirasakan oleh kejiwaan amat kompleks; tak bisa dideteksi, dengan kata lain apa yang dicapai oleh pengalaman jiwa sang istri tidak bisa diketahui, begitu juga gejala-gejala jiwa yang lain.
 Sungguh hangatnya peluk-cium yang dilakukan pada pipi dan kedua bibir sang istri sebagai ekspresi cinta, rindu dan tulusnya hati sang suami merupakan peristiwa amat mengesankan bagi sang istri, di samping keseriusanmu mengharmoniskan sang istri melalui ungkapan lubuk hatimu dan rindumu tentu memberikan kesan tersendiri terhadapnya.


 HAL-HAL YANG DIBENCI ISTRI 

  Banyak hal-hal yang tidak disukai istri yang menyebabkan dirinya menderita dan sengsara. Di antaranya :

1) Cueknya sang suami terhadapnya.  
2) Sedikitnya bicara suami kepadanya.
3) Minimnya apresiasi suami terhadap kecantikannya.
4) Sedikitnya finansial yang dimiliki sang suami hingga tak mencukupi kebutuhan hidup. Jika Anda ingin tahu bagaimana Islam memberikan solusi terhadap kepapaan, bacalah buku kami yang berjudul “Sulitnya Rezeki” .
5) Kikirnya sang suami padahal kaya. 
6) Sakit kronis yang diderita Suami.
7) Terlalu lama keluar rumah, lebih-lebih malam hari.
8) Duduk terlalu lama di rumah.
9) Campur tangannya sang suami dalam urusan tugas istri khususnya mengurus rumah.
10) Bau rokok. Pasalnya bau rokok tidak sedap selain menyebabkan penyakit berbahaya bagi perokok sendiri dan orang di sekitarnya, terlebih anak-anak kecil.
11) Memandang dan berbicara dengan wanita lain padahal istri menyaksikan.
12) Kurangnya rasa hormat kepada istrinya, khususnya di hadapan orang lain.
13) Kurangnya rasa hormat kepada kerabat dan kawan-kawan sang istri.
14) Cueknya suami terhadap kebutuhan-kebutuhan rumah yang essensi.
15) Seringnya menerima tamu di rumah.
16) Hal-hal yang juga menyebabkan beragam problim suami-istri adalah banyaknya ulem (sering mengadakan acara makan bersama tamu), sementara suami muslim wajib mempergauli istri sebagai manusia yang punya hak-hak yang mesti ditunaikan, pasalnya dia bukan pelayan atau koki.

 Di saat-saat banyak tamu dan seringnya memprioritaskan ulem di luar kewajaran, seharusnya suami membawa para tamunya ke rumah makan, mengambilkan buat tamunya makanan siap saji, atau mendatangkan pelayan maupun koki untuk meringankan istrinya, jika tidak sanggup hendaklah ia meminimalisir jumlah tamunya menurut kemampuan yang ada. Hendaklah suami tidak memaksakan istrinya memperbanyak variasi makanan namun secukupnya saja, tidak terlalu mengada-ada, atau boros, atau justru kikir bin bakhil.
 Sebagai kompensasi, istri muslimah yang mencintai suami seharusnya memuliakan kerabat dan kawan-kawan suaminya, khususnya para tamunya yang tiba-tiba datang, di samping wajib baginya untuk gemar menjadikan setiap amalnya murni mencari muka Alloh l semata dan mengharap pahala-Nya, sehingga Alloh l ridho padanya, begitu juga suaminya, sehingga Alloh l memberkati kehidupan suami-istrinya, pada akhirnya hidupnya harmonis dan enjoy.


SENTUHAN PSIKIS ANTARA 
 SUAMI-ISTRI 

1) Hendaklah masing-masing suami-istri mengungkapkan rasa cintanya antara satu sama lain, dengan ucapan maupun perbuatan tanpa ragu-ragu atau malu. Hendaklah dilakukan secara variasi dari waktu ke waktu. 
2) Suami dan istri adalah satu eksistensi, makanya antara satu dengan yang lain wajib bersikap transparan tentang penderitaan dan kesedihan yang dialami. Hendaklah antara satu sama lain saling simpati dalam kesedihan dan penderitaan yang dialami.
3) Kesatuan visi dan missi antara suami-istri, menghilangkan setiap sekat pemisah dan membuat program untuk satu format masa depan yang disepakai di antara dua belah pihak adalah persoalan intern suami-istri, program masa depan tersebut dari mereka berdua dan untuk mereka berdua.
4) Dalam kondisi berat dan kelelahan spitritual maupun fisik antara satu sama lain harus saling menopang, karena cara demikian membantu mengurangi kelelahan di samping menciptakan semangat baru.
5) Menampung ide bermanfaat, diskusi yang sehat, saling tukar-menukar pendapat, memecahkan masalah secara logis dan opsi-opsi positif sangat berguna, tentu saja dengan cara saling hormat-menghormati, tak usah adu mulut dan dengan suasana keakraban.
6) Manusia merasakan kesenangan lebih-lebih saat dipuji, sementara ungkapan-ungkapan lembut merupakan hal penting bagi suami-istri, dengan demikian antara satu sama lain hendaklah menyanjung atas usaha yang dilakukan oleh masing-masing dan ini dipandang sebagai keharusan yang mesti disermpurnakan serta ditunaikan. Pakailah ungkapan-ungkapan terima kasih atas terpenuhinya tuntututan yang diberikan. 

Pesan buat suami yang mencintai istri :  

1) Seharusnya suami memahami karakter-karakter positif istrinya yang mesti ia perhatikan, di samping membantu untuk menghindari karakter-karakter negatifnya, sementara tampilan elok dalam rumah harus senantiasa ia tunjukkan. Sebagaimana disinyalir hadits Rosûlulloh mulia n : 

« اِغْسِلُوْا ثِيَابَكُمْ وَخُذُوْا مِنْ شُعُوْرِكُمْ وَاسْتَاكُوْا وَتَزَيَّنُوْا لِنِسَائِكُمْ » ‏
“Cucilah pakaianmu, rapikanlah serta rawatlah rambutmu (dan bulu-bulumu), sikatlah gigimu dan berhiaslah buat istrimu.”  

2) Suami harus pula menjadi suri tauladan yang baik bagi istrinya sehingga ia harus koreksi dirinya, menyadari akan kekurangan diri sendiri baik dalam hal keteguhan pendirian, atau berlaku hormat, atau kemerdekaan, selanjutnya berusaha merubahnya dengan yang lebih baik.  

 Seyogyanya suami bersabar saat berusaha memperbaiki kekurangan istrinya, dengan kata lain menyikapi kekurangan istrinya seperti menyikapi kekurangannya sendiri, mengakui kesalahan, di samping berpikir bagaimana menghilangkan kesalahan atau kekurangan ini dengan mudah tanpa kendala atau kesulitan, tidak terkesan melecehkan, sombong dan menyinggung perasaan, namun yang ada justru memberi motifasi, pujian dan bersifat support. Hindarilah sikap yang sifatnya intruksi langsung lagi kaku. Pergunakanlah kata-kata lembut, sanjungan, pujian dengan nada tulus, cinta dan kasih-sayang. Makanya kikirnya sang suami tidak hanya dalam hal finansial saja, tapi juga tak pernah mengungkapkan rasa sayang, cinta dan perhatian (simpati). Manakala istri bertutur kata yang tak menyenangkan, kewajiban suami segera mengalihkannya seakan ia tak terdengar selanjutnya menggantinya dengan ungkapannya yang santun, bijak, elok dan memuji. Biasakanlah mempergunakan ungkapan-ungkapan bagus tersebut.  

 Rosûlulloh n bersabda : 
 
«إِنَّمَا الْحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ ، وَ إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ ، وَمَنْ يَبْتَغِ الْخَيْرَ يَلْقَهُ ، وَمَنْ يَتَّقِ الشَّرَّ يُوْقِهِ»
“Kesabaran hanya bisa diraih dengan menggalakkan pribadi untuk bersabar, 
sedangkan ilmu hanya dicapai dengan belajar. Barangsiapa mencari kebaikan niscaya memperolehnya dan barangsiapa memelihara diri dari kejahatan niscaya
 terpelihara darinya.”  
 Oleh karena itu, suami yang bersikap sabar terhadap istrinya pasti dia membersihkan dirinya dengan cara memerangi kemarahannya, berlatih membiasakan akhlak baik dan mengemban missi mempertahankan akhlak itu, menghadapi situasi sulit dengan hati tabah, pola pikir bersih, bersahabat, bijaksana, nasehat penuh kelembutan dan senyuman. 
 Apabila suami mengaplikasikan sikap tersebut atas dasar mencari muka Alloh semata, niscaya diganjar sesuai keikhlasannya, sedangkan Alloh l tidak menyia-nyiakan pahala hamba yang berbuat baik. 
• Yang membikin letih suami adalah sikapnya sendiri, di mana ia mempola istrinya dengan pola tertentu tanpa mau merubah karakternya, ia ingin mempergauli pola tersebut, bukan mempergauli istri yang benar-benar istri.

 Dari situasi seperti ini biasanya terjadi kles. Untuk menghindari kles itu, hai suami yang terhormat, coba camkan nasehat penyair faktual tentang perempuan : 

Sungguh para wanita bak pohon yang tumbuh bersama #
Ada yang pahit, namun di antara yang pahit ada yang dimakan.
Sungguh andaikan para wanita diciptakan dari emas #
Di antara mereka juga ditranfer dari sesatnya kebodohan

 Sementara nasehat doktor Kâmil Bûhî mengatakan : “Suami berkewajiban memahami benar kebiasaan wanita, banyak bersabar menghadapi keburukannya, tak usah terpengaruh keinginannya, namun setelah itu gemar toleransi padanya, membangunnya, menunaikan hak-haknya dan melihat sebelah mata terhadap semua kesalahannya”.

 Apabila suami mengikuti nasehat-nasehat berikut ini, niscaya suami harmonis berbicara menurut realita bukan fatamorgana : 

• Deritaku menjadi manis lantaran disebut wanita cantik, berkat mereka pula ruang makan dan minumku menjadi bersih.
• Meski menderita penyakit paralysis dibuatnya, juga karena letih, menanggung sedih dan penyakit kronis
• Namun setelah penat, semakin terpujilah kendaraan ontaku, ia bertambat di dunia pernikahan.
• Berteduhlah jiwaku di bawah naungan kenikmatannya, merasakan misteri jalinan cinta-kasih.
• Meski mentari kehidupan terbit bersinar, di hari-harinya, namun dipersilahkan segera pergi.
• Masa-masa remaja berlalu bersama janjinya, laksana pancaran cahaya kilat atau kilau fatamorgana.
• Jika mau bergegaslah bersama sinar kilat dan kilau fatamorgana menuju kelezatan sebelum sirnanya, juga bersama pelukan angin dan percikan air liur.
• Silahkan mendambakan itu jika menginginkan kesia-siaan, atau Anda ingin menyikapi dunia sebagai wajah pemudi.
• Manakala Anda mengerti keharmonisan pernikahan, bawalah bersama keelokannya kepada yang membujang .


CENGKRAMA ANTARA PRIA & WANITA 

 Cengkrama antara lelaki dan perempuan menurut persepsi masing-masing.

Pria : 
 Kami lelaki berusaha maksimal, giat bekerja untuk hidup-kehidupan, menghalau bermacam-macam kendalanya, bergulat demi mendapat kenikmatannya, lalu pulang ke rumah dalam kondisi penat sembari menunggu kata-kata cinta, terpenuhinya sentuhan lembut, halus dan simpati namun kenyataannya tidak kami dapatkan.  
  
Wanita :  
 Kami perempuan mengurus rumah, mendidik putra-putrimu dan mempersiapkan menu untukmu, namun kesan yang kami dapatkan hanya sangkalan dan sikap tak tahu diuntung.  

Pria :  
 Itulah job layak yang memang diciptakan demikian, namun kenyataannya tidak membuaatmu menjadi lebih terhormat .

Wanita :
 Kamu juga begitu, kalau demikian kita sama-sama kan?
   
Pria : 
 Tapi perempuan bagian yang memiliki rasa simpati dan cinta-kasih, karena memang wanita adalah sumbernya, makanya kami berharap darimu cinta-kasih dan simpati untuk menghilangkan penatnya kehidupan melalui lembutnya tutur katamu dan harmonisnya perasaanmu.  
 
Wanita :
 Bagaimana mungkin kamu menginginkan air dari sungai kering? Bagaimana bisa kamu mendapatkan cinta-kasih dan simpati dari kami, sedangkan kami tidak memperoleh itu darimu? Padahal kamu tahu wanita dibikin bahagia dengan ungkapan kata-kata yang manis hingga wajahnya mampu memancarkan sinar cinta-kasih dan simpati, kemudian membuat sekitarnya juga harmonis.

Pria :  
 Bagaimana mungkin kamu menginginkan ungkapan itu dariku, hai perempuan, padahal kami tidak ada kesempatan untuk itu, pasalnya kami mengarungi samudra kehidupan demi memenuhi kebutuhanmu dan kesukaanmu?  
Wanita :
 Hemm … hemm … kamu mesti tahu betapa kebutuhan kami akan cinta-kasih dan simpati lebih dari kebutuhan kami kepada materi, pasalnya wanita laksana bunga simpati yang hidup dengan fitrah cinta-kasih.
Pria :
 Apa yang kamu inginkan dari kami agar kita bisa hidup harmonis?

Wanita :
 Agar hidupmu berada dalam taman keharmonisan, mengenyam nikmatnya kegairahan hidup dan lezatnya keharmonisan, berikanlah simpatimu dan cintamu kepada kami, niscaya kami akan mengubah kepenatanmu menjadi enjoy, keputus asaanmu menjadi harapan dan kesedihanmu menjadi riang-gembira. 

Pria :  
 Mulai hari ini akan aku sampaikan kepada kaum lelaki dan mereka akan aku bikin puas dengan hal tersebut agar kami bisa mengenyam keharmonisan hidup bersama. 

Wanita :
 Begitu juga aku. Aku akan bikin lega kaum wanita agar hidup-kehidupan suami-istri menjadi serasi, kami bersama kaum wanita yang lain akan bersenang hati lantaran kalian menjadikan hidup-kehidupan kami harmonis, begitu juga kalian akan bersenang hati lantaran kami akan membikin kalian harmonis, kami mencintai kalian dan kalian mencintai kami. Kami kaum wanita akan merajut benang harapan di tanah ladang yang tandus selanjutnya membawa kalian menuju taman cinta, kasih-sayang dan simpati.


 Wahai suami yang mulia kenalilah karakter khusus istrimu  
 
 Yang pertama : ilmu kedokteran mutakhir tanpa menyangsikan memastikan bahwa wanita memiliki karaktert khusus yang tidak sama dengan pria. Dalam pada itu Abûl A´lâ Al-Maudûdî berpendapat : 
 “Hasil penelitian Biologi menetapkan bahwa wanita tidak sama dengan pria dalam segala sisinya, penampilan, tata caranya dan organ-organ fisiknya hingga partikel-partikel jasadnya, dan inti protein dalam jaringan selnya”.  
 Wanita melalui masa-masa tidak nyaman di badan saat menstruasi, nifas, hamil, persalinan dan menyusui. Di saat-saat menstruasi dan nifas umumnya wanita menderita sakit untuk sementara waktu, misalnya mulas, sembelit, gangguan pada kantung kemih (urinary), pusing-pusing, letih, stress, sesak nafas, mudah tersinggung, menangis, sukar berkonsentrasi dan lain sebagainya.
 Adapun saat hamil biasanya kondisi lebih buruk, umumnya wanita menderita mual, muntah-muntah, tidak nafsu makan dan minum, tentu hal ini perlu banyak istirahat dan tidur. Di samping itu timbulnya gangguan pada sistem syaraf yang mempengaruhi keseimbangan kejiwaan, fisik dan benaknya. Umumnya mereka menderita kekurangan darah yang bisa memicu timbulnya berbagai penyakit. Di antara mereka saat hamil juga sangat peka terhadap bau-bauan tak terkecuali aroma minyak wangi. Acapkali mereka merasa terganggu dengan persetubuhan dengan kata lain cenderung menghindari persetubuhan. Saat hamil umumnya daya tahan wanita terhadap bermacam-macam penyakit menurun, di samping penyakit yang diderita sulit diobati ketika hamil dan menyusui, karena umumnya obat sangat riskan bagi janin maupun bayi yang menyusu.
 Umumnya keluhan-keluhan tersebut bukan penyakit yang sesungguhnya, akan tetapi lebih sebagai keluhan-keluhan sesaat sebagai akibat kondisi yang dialami wanita, makanya biasanya keluhan tersebut hilang seiring hilangnya faktor-faktor kewanitaannya.
 Maka dari itu semestinya suami muslim memperhatikan karakter istrinya, sebab kondisi tersebut sering menimbulkan berbagai problim pihak suami lantaran kesalah pahaman terhadap karakter khusus wanita, bahkan terkadang berbuntut kepada perceraian.
 Pernah seorang lelaki menceraikan istrinya gara-gara tak memenuhi ajakannya. Istrinya menghindari dan tidak merespon ajakan persetubuhan suaminya lantaran bau-bauannya, lalu suami mengiranya tidak lagi menyintai dirinya dan menuduhnya bercinta dengan lelaki lain, padahal sebab utamanya adalah hamil pertama yang membuat sang istri menghindar hanya lantaran bau-bauan yang dipakainya, bahkan ia terasa mual dan mau muntah dikarenakan bau-bauan itu.  
 Sungguh wanita sangat perasa mudah sekali dipengaruhi perasaan atau emosinya, tertarik kepada beragam warna, terkadang dipengaruhi kewanitaannya atau keibuannya sehingga memicunya melakukan hal-hal yang terkadang tidak logis atau kurang bisa diterima seorang lelaki, sesekali ia membeli barang-barang yang menurutnya sangat penting, padahal menurut suami sama sekali tak bermanfaat buatnya. Wanita seringkali memanjakan putra-putrinya, sementara sang suami menilai hal itu negatif buat anak di kemudian hari.
 Rosûlulloh n telah menjelaskan karakter tertentu wanita ini kepada kita melalui beberapa hadits dengan lafazh-lafazh yang hampir sama : 
« اَلْمَرْأةُ كَالضِّلَعِ ، إنْ أَقَمْتَهَا كَسَرْتَهَا ، وَ إنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيْهَا عَوَجٌ »
“Wanita itu laksana tulang rusuk, jika kamu luruskan niscaya pecah dan jika kamu menikmatinya niscaya bisa merasakan nikmatnya, meski ada bengkoknya.”  
« إنَّ الْمَرْأةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ لَنْ تَسْتَقِيْمَ لَكَ عَلَى طَرِيْقَةٍ ، فَإنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وفِيْهَا عَوَجٌ ، وَإنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهَا كَسَرْتَهَا، وَكَسْرُهَا طَلَاقُهَا»
“Sungguh wanita diciptakan dari tulang rusuk, ia tidak akan bisa komit pada satu prinsip bersamamu, jika kamu menikmatinya niscaya bisa merasakan nikmatnya, meski ada bengkoknya, dan jika kamu hendak meluruskannya pasti pecah, padahal pecahnya berati perceraian.”  
« إنَّ الْمَرْأةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ ، فَإذَا ذَهَبْتَ تُقِيْمُهَا كَسَرْتَهَا، وَ إنْ تَدَعْهَا فَفِيْهَا أود وبلغة»
“Sungguh wanita diciptakan dari tulang rusuk, jika kamu meluruskannya pasti pecah dan jika kamu biarkan menyimpang ”  
« إنَّ الْمَرْأةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ ، وَإنَّكَ إنْ تُرِدْ إقَامَةَ الضِّلَعِ تَكْسِرْهَا، فَدَارِهَا تَعِشْ بِهَا»
“Sungguh wanita diciptakan dari tulang rusuk, jika kamu meluruskannya pasti pecah, makanya berlemah lembutlah padanya niscaya kamu enjoy bersamanya.”  
  « أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَاناً أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً، وَ أَلْطَفُهُمْ بِأَهْلِهِ »
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik 
akhlaknya dan paling lemah-lembut kepada istrinya.”
 
 
 


BENARKAH ANDA INGIN SUAMIMU HARMONIS?


BENARKAH ANDA INGIN  
 SUAMIMU HARMONIS?


 Andaikan saya bertanya kepadamu, hai istri yang terhormat ! : “Benarkah Anda menginginkan suamimu bahagia?”, niscaya Anda segera menjawab : “Ya”. Pasalnya pengakuan tak lebih dari sekedar lidah tak bertulang, sedangkan upaya membahagiakan suami tidak akan terealisir hanya dengan ucapan, tapi harus diwujudkan dengan tindakan serta usaha, sementara tindakan berkorelasi signifikan dengan kepribadian dan kesiapan serta persiapannya. Oleh karena itu, sejauh ketulusan pribadi dan keterlibatannya dengan Robb-nya, sejauh itu pulalah pengorbanan terus-menerus dan usaha mati-matian demi membahagiakan suami diupayakan, sebab tindakanmu tidak hanya berhubungan dengan suami, bahkan kepada Alloh l Sang Pencipta, tidak semata-mata hubungan timbal-balik antara dirimu dan suamimu, dengan kata lain manakala suamimu mengurangi quota hakmu, kamu akan berbalik menyikapi seperti halnya sikap suamimu. Akan tetapi iman yang meyakini janji Alloh dengan keharmonisan di dunia dan kebun surga di akhirat kelak, merupakan faktor pendorong tiada taranya, namun sikap demikian tidak direfleksikan kecuali oleh kepribadian istri sholihah yang didambakan setiap pria untuk dijadikan istrinya. Di mana kualifikasinya antara lain :  
1) Tatapan matanya hanya tertuju kepada suaminya, ia menyukai suaminya, tidak memandang selain suaminya, ia tidak membanding-bandingkan dengan yang lain dan tidak mendambakan atau tidak menyukai selain suaminya.
2) Istri hanya berada di rumahnya dan meminimalisir keluar rumah kecuali sangat darurat.
3) Istri bersegera damai kepada suaminya meski dalam kondisi dizholimi lantaran mengamalkan hadits : 
« أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ؟ الْوَدُوْدُ ، الْوَلُوْدُ ، الْعَوُوْدُ الَّتِيْ إذَا ظُلِمَتْ قَالَتْ : هَذِهِ يَدِيْ فِيْ يَدِكَ لَا أَذُوْقُ غُمْضًا حَتَّى تَرْضَى » ‏
“Maukah aku beritahukan kepadamu tentang wanita-wanita penghuni surga? Mereka itu amat penyayang, banyak anak, menguntungkan suami. Jika dizholimi ia berkata dengan nada lembut : “Ini tanganku berada di genggaman tangaanmu, sedangkan aku tak kuasa memejamkan mataku hingga Anda menyukaiku.”  

4) Amat mengutamakan terpenuhinya hak suami, mengurus putra-putrinya, mendidik mereka dengan baik hingga di mata umum dinilai tak pernah menyia-nyiakan hak.  
5) Ia sangat menyukai keindahan karakter serta perangainya hingga suaminya tak pernah melihat padanya selain tampak indah, penampilannya indah, baunya harum, tutur katanya lembut dan tindak-tanduknya serba elok.

6) Ia menghindari kesan tak menyenangkan baik ketika di hadapan suaminya maupun saat suami sedang pergi. Makanya wanita bijak mengupayakan agar suami tak pernah melihat darah haidh atau nifas, tidak muntah, atau buang air kecil, atau buang air besar di depannya dengan dalih kebebasan kedua belah pihak, sebab dengan sikap itu bisa-bisa suami menjauh dari sang istri.  
7) Ia senantiasa menghindari penampilan tidak cantik sebab ia sadar bahwa wanita harus merangsang selera suami, di samping itu wanita memang diberikan fitrah senang berhias dan mempercantik diri.
8) Penghormatan sang istri kepada suami merupakan keluhuran yang membahagiakan suami dan menyenangkan hatinya.  
9) Berusaha menjadi ahli dalam masak-memasak, rapi, bersih baik dirinya maupun putra-putrinya dan juga rumahnya. 
10) Bijak lagi serasi dalam bersikap, bertutur kata dan ketika membutuhkan sesuatu.
11) Sabar mengemban tanggungjawab rumahtangga dengan keberanian dan cakap.
12) Termasuk yang membuat bahagia dan menggembirakan hati suami mengucapkan kata “selamat jalan” di depan pintu saat suami keluar rumah dan menyambut kedatangannya seraya mengucapkan “selamat datang” ketika suami masuk rumah, di samping bersyukur atas kedatangannya dan senantiasa mendoakan untuk kebaikan suami.  
13) Sedangkan wanita yang menginginkan suaminya bahagia sudah barang tentu ia selalu mentaatinya dan tidak memprioritaskan seorangpun selain suaminya, sebab hanya dengan demikian Alloh menyukainya, dan menjaminnya dengan surga, ini yang pertama. Kemudian menyenangkan suaminya, membahagiakannya, bahagia bersama suami, menciptakan suasana hidupnya bersama suaminya senantiasa penuh cinta-kasih serta saling pengertian, membahagiakan anak-anaknya dan bermanfaat bagi masyarakat melalui usaha membangun keluarga sukses lagi harmonis.
14) Wanita yang menginginkan suaminya bahagia tak pernah mengucapkan kata-kata lantang di hadapannya dan tidak cemberut, meski dengan serta-merta suami menyakitinya namun justru istri meresponnya dengan jabat tangan, kata maaf dan tetap berlaku baik kepadanya. 

Bagaimana mengambil hati suami?  
 
 Sungguh istri yang cakap berdiplomasi dialah yang mampu bersikap secara tepat apapun posisi, situasi dan kondisinya. Ia amat memahami perasaan serta emosi suami jauh sebelumnya tanpa mengurangi sedikitpun fitrah serta karakter kewanitaannya. Apapun situasi dan kondisinya ia senantiasa tampil beda dan aktual dalam hidup dan kehidupannya.
 Tutur kata manis sebagai ciri khas keindahannya, senyum ceria lagi cantik, aroma wangi nan memukau. Sementara gaun elok disertai belaian lembut pada kepala sang suami merupakan kebahagiaan tersendiri, di samping pilihan perhiasan serasi, bersahaja namun simponi juga membuat suasana cerah. Kalau Anda sanggup bersikap demikian, Anda tidak hanya mampu mengambil hati suami, bahkan sepenuh hatinya telah Anda miliki. Percayalah bahwa surve telah membuktikan itu.

Apa yang tidak disukai suami  

1) Istri pembangkang, tak pernah hormat dan mentaati suami, lebih-lebih saat di hadapan orang lain.
2) Boros dan menghambur-hamburkan dalam beberapa hal yang tidak penting, khususnya pakaian dan bersolek.
3) Sering menggerutu dan komplain.
4) Hanya berkisar pada hal-hal tak berbobot atau bodoh pola pikir, bicara dan pusat perhatiannya.  
5) Mengabaikan keindahan dirinya di hadapan suami, namun bersolek di hadapan yang lain.
6) Berlebihan memuliakan keluarganya, akan tetapi amat mengabaikan keluarga suaminya.
7) Sering dusta, padahal sikap ini menghilangkan keparcayaan suami terhadap istrinya. 
8) Menyanjung lelaki lain di hadapan suami karena menyinggung perasaannya, boleh jadi memicu kecurigaannya. 
9) Ada hal lain yang dibenci suami bahkan dimurkai Alloh l dan menyebabkan istri masuk neraka!! 

 Dalam hadits disinyalir : 
« ... رَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ مَنْظَرًا كَالْيَوْمِ قَطٌّ أَفْظَعَ ، وَ رَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ قَالُوْا : بِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ ، قَالَ : بِكُفْرِهِنَّ ، قِيْلَ : أَ يَكْفُرْنَ بِاللهِ ؟ قَالَ : بِكُفْرِ الْعَشِيْرِ وَ كُفْرِ الْإحْسَانِ ، لْوْ أَحْسَنْتَ إلَى إحدَاهُنّ الدّهْرَ ثُمّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئاً قالَتْ : مَا رَأَيْتُ خَيْراً مِنْكَ قَطّ»
“ … tak pernah aku lihat neraka lebih buruk daripada sekarang, aku menyaksikan mayoritas penghuninya perempuan”. Lantas para sahabat bertanya : “Mengapa demikian wahai Rosûlulloh?”. Lalu beliau menjawab : “Mereka tak tahu diuntung”, lalu beliau ditanya lagi : “Apa mereka kafir kepada Alloh?”. Beliau menjawab : “Mereka menutup mata kebaikan dan jasa suami, sekiranya anda berbuat baik kepada salah satu di antara mereka sepanjang usianya kemudian ada sedikit saja yang tidak ia inginkan dari dirimu, niscaya mengatakan : “Aku tak pernah merasakan sedikitpun kebaikan darimu”.”  

10) Mengungkap rahasia yang terjadi antara suami-istri khususnya perihal keluarga dan lain sebagainya.  

Catatan :  

 Pernah saya membaca buku, tentang suami yang punya istri lekas marah hanya karena faktor sepele. Ketika ia mencapai puncak kemarahannya dan keranjingan, suami memukul kedua pundaknya, dadanya atau punggungnya, lalu berlindung kepada Alloh dari setan yang terkutuk, membaca fatihah, membaca tiga macam ta´awwudz tiga kali, ternyata kiat ini mampu mengusir gangguan dari dalam hatinya, kemudian wanita itu menjadi tenang. Wallôhu a´lam .  


PAHALA ISTRI SHOLIHAH

  Apa yang sudah dijelaskan di depan kita memperoleh kesan bahwa betapa istri sholihah mencurahkan segenap energinya secara maksimal dan memberikan pengorbanan yang sangat besar untuk menjadi istri yang sholih. Lalu apa pahala setimpal baginya? 
 Yang paling prioritas bagi kehidupan suami-istri adalah proses memperoleh pahala besar, sedangkan ketaatan wanita kepada suaminya bernilai jihad, bahkan yang menjadi idaman wanita yang mentaati suaminya adalah pahala luar biasa dengan kategori jihad dijalan Alloh l sebagaimana disinyalir hadits tentang wanita yang datang kepada Nabi n yang telah disebutkan di depan.  
 Tegas sekali bahwa dambaan istri sholihah adalah pahala besar di dunia dan akhirat. Di dunia sudah disayang suami, hidup harmonis dan terhormat di tengah-tengah masyarakat. Adapun di akhirat selamat dari siksa teramat pedih yang sudah diancamkan Alloh l buat istri yang nista. Makanya istri sholihah akan masuk surga yang belum pernah terlihat mata, belum pernah telinga mendengar dan belum pernah terlintas dalam hati manusia, sementara yang lebih indah dari itu bahwa dirinya akan menjadi bidadari tercantik dan bermata indah menawan di surga kelak.
 Banyak hadits tentang pahala istri sholihah, di sini akan dikemukakan sebagian agar hatimu menjadi tenteram untuk menyongsong janji Alloh dan memotifasi Anda mencurahkan pengorbanan semaksimal mungkin serta kesabaran dalam rangka membahagiakan suami. Mohonlah kepada Alloh l agar melapangkan hatimu untuk meraih keharmonisanmu dan suamimu di dunia dan akhirat .

 Dari Abî Amâmah berkata : “Telah datang kepada Nabi n seorang wanita bersama dua anaknya yang masih kecil, yang satu masih dalam kandungan dan yang lain dipandunya, lantas Rosûlulloh n bersabda :  
« حَامِلاَتٌ مُرْضِعَاتٌ رَحِيْمَاتٌ لَوْلَا مَا يَأْتِيْنَ إِلَى أَزْوَاجِهِنَّ دَخَلَ مُصَلِّيَاتُهُنَّ الْجَنَّةَ»
“Wanita-wanita hamil, menyusui lagi kasih sayang kepada anak-anaknya, sekiranya mereka tidak menutup mata kebaikan suaminya, begitu juga yang menegakkan sholat, niscaya masuk surga.”  
  « إذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، قِيْلَ لَهَا: اُدْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ »
“Apabila seorang wanita menegakkan sholat wajib lima waktu, berpuasa Romadhôn, menjaga kemaluannya dan mentaati suaminya, niscaya dikatakan kepadanya : “Masuklah kamu kedalam surga dari pintu manapun kamu sukai.”  
« اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ‏»
“Dunia ini kenikmatan dan sebaik-baik kenikmatannya wanita sholihah.”  

Opini :

 Manakala matahari terbenam dan dunia gelap-gulita, ketika itu wanita sholihah menjadi pelita penerang hati suaminya. Apakah Anda termasuk dalam kategori itu wahai istri?
 Istri sholihah laksana perbendaharaan bagi sang suami, dari situ ia menemukan mutiara-mutiara baru. 
 Sesuata paling indah yang dimiliki istri sholihah adalah putih bersih hatinya.
 Musim semi berkonotasi dengan kebun raya, kebun raya menumbuhkan bunga-bunga penghasil madu. Hendaklah istri-istri sholihah itu Anda ciptakan dari madu.  
 Istri sholihah perbendaharaan yang didambakan setiap orang, berbahagialah orang yang menggapainya.
 Istri sholihah lebih jitu untuk membangun, mengangkat martabat dan keharmonisan umat daripada para penasehat dan panglima.
 Wanita sholihah sebagai indikasi betapa tinggi daya cipta Alloh Sang Pencipta.
 Istri sholihah lebih berfaedah bagi keluarganya daripada seribu buku dalam lembaga pendidikan dan kehidupan suami-istri.
 Istri sholihah membuat suaminya berbulan madu terus-menerus.


Enam indikasi istri sholihah :  

1) Kebaikannya semata-mata lantaran takut kepada Alloh l . 
2) Ia mempunyai perbekalan berupa kepuasan apapun yang dikaruniakan oleh Alloh l.
3) Perhiasannya adalah kederwanannya dengan apa yang ia miliki semata-mata untuk Alloh l.
4) Ia punya type sanggup melayani suami secera proporsional atas dasaar mencari keridhoan Alloh l.
5) Ia punya type siap mati lantaran antosias dengan perjumpaan kepada Alloh l.
6) Kebanggaannya adalah rasa tawadhu´ di hadapan Alloh l.

• Istri sholihah kebaikannya disupplai dari dua sumber yakni memiliki kemampuan menjaga kehormatan dirinya dan integritas .
• Istri sholihah kelihatan jati dirinya saat dihadapkan pada berbagai bentuk fitnah, cobaan, penderitaan bertubi-tubi dan krisis serta problematika.
• Istri sholihah amat mencintai suaminya .
• Istri sholihah bersolek untuk suaminya melalui karya seninya dan kebijakan tutur katanya.
• Istri sholihah sosok brillian hingga mampu memahami kejeniusan suaminya namun tak mengerti kekurangan dan kesalahan suaminya.Istri sholihah menerima suaminya sepenuh hati demi mencapai kestabilan jiwa suami, sedangkan suami menerima kestabilan jiwanya lantaran istrinya yang sholihah.  
• Istri sholihah adalah wanita yang sadar bahwa missi kehidupannya menciptakan suasana keharmonisan sang suami.
• Istri sholihah membicarakan kebaikan suaminya, banyak berkorban demi keharmonisan rumahtangganya dan tidak bertutur kata kecuali kebenaran. 
• Tak sedikitpun awan mendung di dunia ini kuasa menutupi senyuman istri sholihah buat suaminya.  
• Keharmonisan istri sholihah tak pernah surut lantaran membahagiakan dan mengharmoniskan suaminya. 
• Airmata istri sholihah lebih berharga daripada seluruh darah istri busuk.
• Sikap istri sholihah senantiasa menyenangkan suaminya dan sabar merespon apapun sikap suami yang tak menyenangkan.  
• Istri sholihah merupakan bunga rumah yang harum. Rumah tanpa istri sholihah bagaikan pot tanpa bunga dan botol tanpa minyak wangi.
• Istri sholihah sangat mengrti suaminya di saat suami tidak mengerti dirinya sendiri.
• Ketika menyadari suaminya dalam kesedihan, istri sholihah berusaha setulus hati merubah kondisi dari pesimis menjadi optimis, dari derita menjadi bahagia, dari carut marut menjadi enjoy, dari papa menjadi cukup dan dari suram menjadi hening.
• Istri sholihah makhluk paling indah di antara makhluk-makhluk Alloh di permukaan bumi.  
• Istri sholihah tidak mendengar meski tidak tuli, ia tidak melihat meski tidak buta dan ia tidak berbicara meski tidak bisu. Sungguh apa yang diperbuatnya semata-mata lahir dari hatinya yang bersih bukan reaksi sesaat.
• Wanita yang paling banyak senyum kepada suami adalah istri-istri yang sholih, oleh karenanya giginya bagaikan permata yang terpancar dari cahaya hatinya. 
• Istri sholihah adalah satu-satunya wanita yang mampu membuat keluarganya dan keluarga suaminya sama-sama mencintainya.
• Istri sholihah adalah kunci rumah yang kita pakai membuka surga dunia.
• Tutur kata istri sholihah adalah madu murni yang jernih. 

Seakan di bawah lesannya ada Hârût meludahkan untaian kata luar biasa
Diamnya seakan bidang-bidang taman yang penuh bunga

• Istri sholihah mengutamakan keluarganya dan mendahulukan suaminya sebelum dirinya sendiri.
• Cemburu pada wanita sholihah adalah amanat sedangkan tuduhan miring rekayasa sebagai perbuatan tercela.
• Istri sholihah menyebar gula dalam setiap tutur kata di depan suaminya dan memisahkan garam dari setiap tutur katanya.
• Istri sholihah dicintai suaminya sebab keluhuran budinya membuatnya tentram, pesonanya membuatnya harmonis dan senyumannya sebagai konpensasi jerih payahnya.
• Istri sholihah membelanjakan hartanya menurut kesanggupan nafkah sang suami bukan diukur menurut standard kebutuhannya.
• Istri sholihah ceria berseri-seri, dengan kata lain suaminya senag memperhatikan lantaran menyenangkan, ketika sang suami menatapnya, ketika itu pula merasakan sejuknya pandangan. 
• Istri sholihah adalah bunga mekar di taman yang benar-benar nyata, sedangkan manusia atau anak Adam berada di sekitarnya, ia adalah bunga yang indah lagi harum, namun juga berduri guna melindungi dirinya.
• Wahai istri yang mulia, … Apakah Anda begitu? Jika memang jawabnya “Ya”, maka berbahagialah suamimu yang telah menggapai permata berharga. Saya berharap kepada Alloh agar berkenan memperbanyak jumlah istri-istri sepertimu, lebih-lebih di era di mana istri sholihah laksana mata uang yang sulit didapat, ia sedang didambakan setiap lelaki. Jika Anda menjawab “Tidak”, (naûdzu bil -llâh min dzâlika), bersiap-siaplah karena krisis dan problem yang tak berkesudahan menghadangmu cepat atau lambat.

 Karena logika mengatakan bahwa : 1 + 1 = 2, mustahil 1 + 1 = 3 kecuali menurut persepsi keblingernya istri celaka, misalnya :  
 Dua orang pasien dengan penyakit yang sama pergi ke dokter, setelah diperiksa, maka dokter menentukan obatnya. Lantas dokter bilang : “Jika Anda berdua ingin sembuh harus meminum obat tersebut secara teratur”. Lalu kami katakan kepada pasien yang pertama : “Minumlah obatnya hingga Anda sembuh dari sakit”. Lantas ia menjawab : “Saya tidak percaya bahwa obat itu akan menyembuhkanku”. Ia tidak mau meminum obatnya lalu mati lantaran penyaki tersebut.
  Kepada pasien yang kedua kami katakan : “Anda mesti meminum obat itu”. Lalu menjawab : “Saya percaya bahwa obat ini akan menyembuhkanku dari sakit insyâal -llôhu, namun aku tak suka obat itu karena pahit”, lantas ia mati lantaran penyakit yang dideritanya. 
 Mana di antara dua pasien yang terbaik? Yang pertama ataukah yang kedua? Tak ada bedanya antara yang pertama dan yang kedua, sebab dampaknya sama saja yakni kedua-duanya mati dengan sebab penyakit yang sama. Maka dari itu aku katakan wahai istri yang mulia … :  
 Wanita pertama tak pernah menghiraukan nasehat baik dari dekat maupun dari kejauhan sebagaimana aku sebutkan di depan, karena hidupnya hanya menuruti keinginannya sendiri, ia hanya menuruti kecenderungannya yang buruk, akibatnya Alloh menimpakan kepadanya bencana, maka sengsaralah dirinya dan menyengsarakan suaminya.
 Wanita yang kedua memperhatikan nasehat, ia tertarik padanya, memujinya, sebab ia tahu bahwa nasehat itu baik, ia menganalisa bahwa nasehat itu menguntungkan kebahagiaan dirinya dan suaminya. Namun nasehat itu dirasa berat. Nasehat itu menjadi beban dirinya, memerlukan kesabaran dan pengorbanan. Oleh karena itu ia tidak melaksanakan sedikitpun nasehat itu, hidup serta kehidupannya berjalan menurut tradisi dan kebiasaan saja, maka akibat serta dampak yang menimpa kedua wanita itu sama saja, mereka berdua tidak merefleksikan karakter istri sholihah.  
 Mengerti sesuatu tidak bisa merubah kondisi sedikitpun jika tidak diwujudkan dengan perbuatan, demikian juga antusias dan semangat sesaat. Oleh karena itu mengikuti keinginan belaka adalah kesalahan dan kesia-sian.  
 Wahai istri yang mulia, bukanlah aib Anda melakukan kesalahan, namun aib adalah tidak menjadikan kesalahan pertama sebagai pelajaran untuk menghindari terulangnya kesalahan. Jika Anda mengulang kesalahan yang sama, saya menghimbau agar Anda banyak-banyak mohon ampun kapada Alloh l dan bersegeralah memperbaiki jalinan hubungan dengan suami.  


BERBUAT BAIK KEPADA SUAMI
DAN MENGAMBIL HATINYA

 Umumnya yang membahagiakan suami, manakala sang istri tidak mencari-cari masalah dan mempunyai i´ tikad baik untuk menyelesaikan masalah secepat mungkin, pasalnya kebanyakan problimatika suami-istri bisa diselesaikan melalui tutur kata yang lembut, atau kata maaf, atau dimulai dengan pelukan antara suami-istri.
 Sebenarnya sangat baik saat timbulnya problimatika rumahtangga, kemudian istri segera berdamai dengan suaminya sebelum masalah menjadi besar dan semakin kompleks. 
 Wanita bijak melalui kepiawaiannya ia sanggup mengendalikan suasana panas lagi tegang agar menjadi tenteram lagi rileks, baik dengan tutur kata yang lemah lembut maupun sikap yang bijak.
 Sama saja baik sang istri yang berlaku zholim atau dizholimi, maka seyogyanya kedua belah pihak antara suami-istri senantiasa berdamai, atau istrilah sebaiknya yang cakap untuk menyelesaikan serta memecahkan masalah karena faktor-faktor sebagai berikut :
1) Wanita lebih gemar mensukseskan kehidupan suami-istri dan lebih maslahat untuk itu.
2) Pria lebih kasar daripada wanita, sementara wanita dengan kelembutannya dan simpatinya lebih sanggup meminimalisir masalah.
3) Karakter dan fitrah wanita cenderung mengalah, rendah hati dan gemar mengambil hati pria.
4) Pria biasanya lebih dominan bersikap keras kepala daripada wanita, sekiranya wanita menunggu-nunggu agar suami terlebih dahulu berdamai dan menyelesaikan masalah, itu terlalu berlarut di samping masalah menjadi semakin kompleks.
5) Biasanya usia istri lebih muda daripada suaminya, ditinjau dari segi umur hendaklah yang muda menghormati yang lebih tua dan yang muda lebih dulu memulai damai.
6) Rosûlulloh n memerintahkan kita mendengar dan mentaati pemimpin, sedangkan sang suami adalah pemimpin bagi istrinya, otomatis istri mesti berlaku hormat dan memuliakan. 
7) Istri sholihah menyadari bahwa bersegera damai membuat dirinya lebih terhormat dan istimewa di sisi Alloh l berdasarka hadits : 
« لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا، وَخَيْرُهُمَا الَّذِيْ يَبْدَأُ بِالسَّّلَامِ » ‏
“Tidak halal bagi seorang muslim bersikap cuek terhadap saudaranya lebih dari 3 hari, mereka berdua berpapasan lalu saling berpaling ke belakang, padahal yang takbaik di antara mereka berdua adalah yang lebih dulu berdamai.”  
« أَطْوَعُكُمْ لِلَّهِ الَّذِيْ يَبْدَأُ صَاحِبَهُ بِالسَّلَامِ »
“Orang yang paling taat kepada Alloh adalah yang lebih dulu berdamai kepada saudaranya.”  

 Suami berkewajiban menghargai serta menyambut baik bergegasnya istri untuk berdamai, tidak justru berlagak sombong dengan pelanggaran dosa, seringkali lelaki bersikap keras kepala, sukanya cuma menjatuhkan dan menghinakan, (meskipun ini kesalahan sikap dan kebodohan sang istri juga pasalnya ia tahu bahwa itu salah). Semoga Alloh memperbaiki Anda … hai suami muslim, mestinya cukup Anda mengatakan pada istrimu : “Tak mengapa wahai kekasihku, saya tahu bahwa Anda tak akan mengulangi kesalahan yang sama, sebab Anda adalah istri sholihah”. Di sampng itu hendaklah suami segera menyambut baik sikap istrinya dan memuliakannya lantaran sikap baiknya. Maka sikap toleransi dan segera menyambut baik merupakan akhlak yang bagus dan mulia, sedangkan berkeras kepala dan tidak menyambut baik sikap damai yang dilakukan istri sebagai akhlak yang buruk lagi tercela.
 Imam Syafi´î v berkata : “Siapapun yang seharusnya marah namun tidak marah berarti dia himar dan barangsiapa disenangkan namun tidak menyambut baik berarti dia setan”.  



Hak dan Tanggung-jawab Suami dalam Rumah tangga...


HAK-HAK SUAMI
   
 Hak suami atas istrinya adalah taat kepadanya selama tidak maksiat, menjaga kehormatan dirinya, memelihara harta suaminya, menghindari tindakan apapun yang menyebabkan suami tak senang, makanya istri tidak cemberut wajahnya dan tidak menampakkan sikap yang dibenci suaminya. Itulah hak-hak suami yang terpenting.
 Riwayat dari ´Âisyah s yang mengatakan : “Aku bertanya kepada Rosûlulloh n : “Hak siapakah yang paling prioritas atas wanita?”. Lalu beliau menjawab : “Suaminya”. Lalu ia bertanya lagi : “Hak siapakah yang paling prioritas atas wanita?”. Lantas Rosûlulloh n menjawab : “Ibunya”. 
 Rosûlulloh n juga mempertegas hak suami atas istrinya seraya bersabda :  

« لَوْ أَمَرْتُ أَحَداً أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا ، مِنْ عِظَمِ حَقِّهِ عَلَيْهَا »
“Seandainya aku memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada seseorang, niscaya aku perintahkan wanita bersujud kepada suaminya, karena hak suami atas istrinya adalah prioritas.” 

 Sementara Alloh l telah menentukan kriteria para istri sholihah dengan firman-Nya :
« فََالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّهُ »
“ …Wanita-wanita sholihah adalah yang senantiasa taat kepada ( suami); mejaga (kehormatan dirinya, harta dan anak) ketika suami tidak ada di rumah, sebab itulah menurut Alloh yang mesti dijaga …” (An-Nisâ´ [4] : 34)

 Alqônitât dalam ayat tersebut adalah para istri yang taat dan menjaga kehormatan diri dan harta ketika suami tak ada di rumah, sehingga mereka tak mungkin berkhianat kepada suami.
 Inilah harkat tertinggi yang harus dimiliki seorang wanita, sebab hanya dengan keluhuran inilah kelestarian hidup-kehidupan antara suami dan istri bisa langgeng dan harmonis .
 Sebagaimana sabda Rosûlulloh n :
« خَيْرُ النِّسَاءِ الَّتِيْ إِذَا نَظَرْتَ إِلَيْهَا سَرَّتْكَ وَإِذَا أَمَرْتَهَا أَطَاعَتْكَ وَإِذَا غِبْتَ عَنْهَا 
حَفِظَتْكَ فِيْ نَفْسِهَا وَمَالِكَ »
“Sebaik-baik wanita adalah yang apabila kamu lihat menyenangkan kamu, jika kamu perintah mentaatimu dan manakala kamu tidak ada di rumah, niscaya menjaga kehormatan dirinya dan hartamu.”  

 Betapa hak tersebut menempati posisi sedemikian tinggi di mana Islam telah menisbahkan ketaatan istri kepada suami sebagai kewajiban syariat Islam yang harus ditunaikan dan sebagai bentuk ketaatan kepada Alloh l , seperti disinyalir oleh Rosûlulloh n :  
« إذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، قِيْلَ لَهَا: اُدْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ »
“Apabila seorang wanita menegakkan sholat wajib lima waktu, berpuasa Romadhôn, menjaga kemaluannya dan mentaati suaminya, niscaya dikatakan kepadanya : “Masuklah kamu kedalam surga dari pintu manapun kamu sukai.”  
 « أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ»
“Wanita manapun mati, tanpa mengecewakan hati suaminya, pasti masuk surga.” 

 Umumnya faktor penyebab masuknya perempuan ke neraka adalah sikap pembangkangannya terhadap suami dan tak tahu balas budi atas kebaikan suami, seperti disinyalir Rosûlulloh n : 
« اِطَّلَعْتُ فِيْ النَّارِ فَإذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ ، يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ، لْوْ أَحْسَنْتَ إلَى إحدَاهُنّ الدّهْرَ ثُمّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئاً قالَتْ : مَا رَأَيْتُ خَيْراً مِنْكَ قَطّ»
“Ketika aku menyaksikan neraka, ternyata mayoritas penghuninya perempuan, mereka menutup mata jasa suaminya, andaikan kamu berjasa baik kepada salah satu di antara mereka sepanjang usianya kemudian ada sedikit saja yang tidak ia inginkan dari dirimu, niscaya ia mengatakan : “Aku tak pernah merasakan sedikitpun kebaikan darimu”.”  
 Hak suami berupa ketaatan istri itu tentu saja bernilai ma´rûf, makanya tidak ada bentuk ketaatan kepada makhluk ketika maksiat kepada Alloh Sang Pencipta l , jika suami memerintah istri untuk bermaksiat kepada-Nya wajib atas istri menolak perintah itu.  
 Di antara bentuk ketaatan istri kepada suaminya, adalah tidak berpuasa sunah, tidak menjalankan haji tathowwu´ dan tidak keluar rumah tanpa seijin suaminya.
 Rosûlulloh n bersabda :  

« حَقُّ الزَّوْجِ عَلَى زَوْجَتِهِ أَنْ لَا تَمْنَعَهُ نَفْسَهَا، وَ لَوْ كَانَتْ عَلَى ظَهْرِ قَتَبٍ ، وَأَنْ لَا تَصُوْمَ يَوْمًا وَاحِدًا إِلَّا بِإِذْنِهِ ، إِلَّا الْفَرِيْضَةَ فَإِنْ فَعَلَتْ أَثِمَتْ وَلَمْ يُتَقَبَلْ مِنْهَا ، وَأَنْ لَا تُعْطِيْ مِنْ بَيْتِهَا شَيْئًا إِلَّا بِإِذْنِهِ ، فَإِنْ فَعَلَتْ كَانَ لَهُ الْأجْرُ وَكَانَ عَلَيْهَا الْوِزْرُ ، وَأَنْ لَا تَخْرُجَ مِنْ بَيْتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ ، فَإِنْ فَعَلَتْ لَعَنَهَا اللهُ وَمَلَائِكَةُ الْغَضَبِ حَتَّى تَتُوْبَ أَوْ تُرَاجِعَ ، وَإِنْ كَانَ ظَالِمًا »
“Hak suami atas istrinya menyerahkan tubuhnya buat suami meski berada di atas punggung onta, tidak berpuasa sunah tanpa seijin suami kecuali farîdhoh, jika istri melakukan itu berarti berdosa dan tidak diterima puasanya, tidak memberikan sedikitpun hak milik suami di rumah tanpa minta ijin kepadanya, jika istri melakukan itu maka bagi suami pahala sedekahnya, sementara istri berdosa, di samping itu hendaklah tidak keluar rumah tanpa seijin suami, jika melakukan itu niscaya Alloh dan malaikat azab melaknatnya hingga ia bertaubat serta pulang ke rumah, meski sikap tidak memberi ijin tersebut sebagai bentuk kezholiman.”  

  Sungguh suami menurut perspektip Islam sebagai pengatur rumahtangga yang punya tanggungjawab memberikan jaminan materi dan memimpin rumahtangga, maka sudah semestinya dia memperoleh konpensasi untuk dihormati, didengar dan ditaati. Meski dalam hal-hal yang mubâh dia wajib ditaati. Misalnya istri mengenakan pakaian berwarna hitam diperbolehkan menurut syariat Islam, namun jika suami tidak berkenan lantaran tak menyukai warna itu, maka ketaatan istri dalam hal ini wajib dan haram baginya mengenakan pakaian berwarna hitam, bukan lantaran syariat Islam mengharamkannya, tapi karena berseberangan dengan kehendak suami.
 Meski suami menyia-nyiakan hak yang wajib ia tunaikan terhadap istri dan putra-putrinya, namun hal itu tidak kemudian melegitimasi buat wanita untuk tidak menunaikan hak-hak suami .  
 Bagaimanapun wanita tetap dalam alternatif apakah ia tetap menunaikan hak-hak suami ataukah menuntut cerai. Jika ia tidak menuntut cerai maka hal itu dipandang sebagai pernyataan tak langsung bahwa istri merelakan kedzholiman sang suami terhadap dirinya, dengan harapan ingin mendapatkan pahala dari Alloh l , atau boleh jadi ia yakin bahwa kesabaran lebih maslahat baginya daripada tuntutan cerai, pasalnya manusia menikah punya maksud agar kehidupannya menjadi bahagia, jika memang pernikahan justru menjadi mala-petaka, tak pelak masing-masing dari kedua belak pihak akan memilih cerai, namun jika ternyata pernikahan tetap saja berlangsung maka mentaati suami menjadi kewajiban atas sang istri.

Tidak memasukkan orang yang tak disukai suami  

 Termasuk hak suami, istri tidak memasukkan seseorang yang tak diinginkan suami di rumah tanpa seijinnya. Rosûlulloh n bersabda pada haji wada´ sesudah memuji, menyanjung, memberi peringatan dan memberi nasehat : 
«أَلَا وَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْراً ، ... أَلَا إِنَّ لَكُمْ عَلَى نِسَائِكُمْ حَقّاً ، فَحَقُّكُمْ عَلَيْهِنَّ أَنْ لَا يُوْطِئْنَ فُرُشَكُمْ مَنْ تَكْرَهُوْنَ ، وَلَا يَأْذَنَّ فِيْ بُيُوْتِكُمْ لِمَنْ تَكْرَهُوْنَ» 
“Camkanlah, arahkanlah istri-istrimu kepada kebaikan …Camkanlah sungguh kamu punya hak atas istri-istrimu, bahwa hendaklah mereka tidak memperkenankan seseorang yang tidak kamu sukai menempati tempat tidurmu dan berada di rumahmu.”  

Istri membantu suami  

 Yang menjadi landasan hubungan antara suami-istri adalah persamaan hak dan kewajiban antara lelaki dan perempuan, dalilnya adalah firman Alloh l :  

« ... وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ... »
“Dan bagi mereka (perempuan) ada( hak yang harus ditunaikan oleh lelaki) sebagaimana hak (bagi lelaki) yang harus ditunaikan oleh mereka ( perempuan) dengan cara ma’rûf (dalam hubungan timbal-balik sebagaimana Alloh perintahkan). Dan bagi lelaki ada karunia kelebihan .” (Al-Baqoroh [2] : 228) 

 Ayat tersebut memberikan hak kepada perempuan yang harus ditunaikan suaminya, demikian pula sebaliknya memberikan hak lelaki yang harus ditunaikan istrinya, makanya ketika hak itu menjadi tanggungjawab perempuan, ketika itu pula hak yang sama pula menjadi tanggungjawab lelaki.
Fitrahlah yang dijadikan oleh Islam sebagai landasan hubungan timbal-balik dan sistem hidup-kehidupan antara suami-istri. Maka sebagai lelaki lebih sanggup mengemban tanggungjawab beraktifitas, bekerja keras dan berusaha di luar rumah, sedangkan perempuan punya kesanggupan membereskan urusan dalam rumah, mendidik putra-putrinya, menjadi faktor penunjang untuk menciptakan nuansa harmonis dan ketentraman suasana rumah. Makanya lelaki dibebani tanggungjawab sesuai proporsinya, sementara perempuan dibebani tanggungjawab sesuai essensi serta fisiknya. Dengan demikian, rumahtangga bisa diatur secara internal dan eksternal sehingga masing-masing tidak direpotkan dengan tugas ganda internal sekaligus eksternal rumah (dengan kata lain masing-masing mengayahi satu tugas).  
 Dengan begitu kles, perselisihan dan problematika rumahtangga tidak terjadi, kecuali setelah lelaki melepaskan tanggungjawabnya dan mulai bersikap menyalahkan istrinya, lantas istrinya mulai ikut-ikutan beraktifitas di luar rumah serta mengabaikan tanggungjawab intern rumahtangga, padahal essensi fitrahnya bertanggungjawab mengurus intern rumah, dengan demikian keseimbangan rumahtangga goyah, terjadi keretakan rumahtangga, percekcokan antara suami-istri dan ujung-ujungnya putra-putri tak berdosa menjadi korban sebagai dampak larinya bapak dari tanggungjawab dan kesibukan ibu diluar rumah yang tak selaras fitrah serta tekstur fisiknya, padahal fitrah keibuan mestinya bertugas mendidik, lemah lembut, simpati dan bukan bekerja serta mengais rezeki kesana-kemari.

 Apakah demikian persamaan yang dituntut perempuan untuk melucuti naluri kewanitaannya? Apakah ia menginginkan karir lelaki? Mengapa demikian? Bukankah kecantikannya ada pada fitrah kewanitaannya?!
 Faktor penyebabnya, karena lelaki mengopinikan demikian, sementara dalam rangka mengatasi gep rumahtangga komunitas menuntut agar wanita berkarir. 
 Namun kenyataannya justru sebaliknya, pasalnya generasi muda Barat dan Arab sama-sama dilanda krisis pengangguran dan minimnya kesempatan kerja.
 Sebenarnya Islam tidak melarang karir perempuan jika memang itu sebagai kebutuhan mendesak, sebab karir wanita yang sesungguhnya dan paling asasi di dalam rumah adalah mendidik generasi muda kita agar menjadi sholih sebagaimana dicanangkan oleh Alloh dan Rosul-Nya, demikianlah seharusnya TV mendidik putra-putri kita. Manakala perempuan dengan peranan pentingnya berfungsi signifikan otomatis masyarakat akan selamat dan lestari di bawah panji-panji kebaikan dan ketentraman.
Rosûlulloh n telah mempertegas perintahnya kepada ´Alî bin Abî Thôlib a dan Fâthimah s , agar Fâthimah s bertugas serta bertanggungjawab mengurus rumah sedangkan ´Alî bin Abî Thôlib a bekerja dan mengais rezeki.
 Hadits yang diriwayatkan Bukhôrî dan Muslim mensinyalir bahwa Fâthimah s datang kepada Nabi n menanyakan kepada beliau tentang bekas di tangannya lantaran menggiling tepung dan meminta agar ia diijinkan menjadi pekerja penggiling tepung, lalu Rosûlulloh n menanggapi : 
« أَلاَ أدُلُّكُمْ عَلَى مَا هُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِمَّا سَأَلْتُمَا؟ إِذَا أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا ، فَسَبِّحَا اللهَ ثَلاَثًا وَ ثَلاَثِيْنَ وَ احْمَدَا ثَلاَثًا وَ ثَلاَثِيْنَ وَ كَبِّرَا أَرْبَعَ وَ ثَلاَثِيْنَ ، فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ »
“Maukah aku tunjukkan kepadamu sesuatu yang lebih baik daripada yang kamu pinta? Apabila kamu hendak tidur bertasbihlah sebanyak 33x1, baca hamdalah 33x1 dan bertakbir 34x1, itu lebih baik bagimu daripada menjadi pelayan.”  

 Dari Asmâ´ binti Abû Bakar h mengatakan : “Aku menjadi pelayan rumahtangga Zubair sepenuhnya padahal dia juga memiliki kuda, lalu aku melatih kuda itu, merumput untuknya, merawatnya, menyiapkan makannya, memberi minumnya, menguli tepung buatnya dan aku menyunggi serta memindahkan biji-bijian dari satu tempat ke tempat kuda itu sejauh 2 mil”.
 Dua hadits tersebut memberikan pengertian bahwa perempuan mesti memberikan layanan rumahtangganya, seperti halnya lelaki mesti memberikan belanja kepada istrinya. 
 Tuan putri Fâthimah s pernah menginformasikan bahwa dirinya pernah menjadi pelayan tapi Rosûlulloh n tidak mengatakan hal itu kepada ´Alî a : “Fâthimah tidak wajib memberikan layanan kepadamu, namun kamulah yang wajib memberikan layanan kepadanya”. Rosûlulloh n tidak mengatakan demikian kepada ´Alî a.
 Demikian pula sikap Rosûlulloh n ketika mengetahui Asmâ´ binti Abû Bakar h membantu meringankan suaminya, beliau tidak mengatakan kepada suaminya : “Tak ada kewajiban atas Asmâ´ untuk membantumu”. Justru beliau menyatakan agar istri membantu suaminya, begitu juga para istri sahabat agar membantu meringankan suaminya, meski beliau menyadari bahwa istri yang membantu suami itu ada yang tidak sukarela dan ada yang secara suka rela. 
 Ibnul -Qoyyim v berkata : “Mengenai istri sahabat membantu suami tak perlu diragukan dan tidak benar untuk diklasifikasikan ada istri sahabat yang terpuji dan ada yang tercela, ada yang papa, ada yang kaya. Maka kriteria istri sahabat adalah paling luhur akhlaknya di antara para istri yang ada di dunia ini, ia membantu suaminya dan datang kepada Rosûlulloh n untuk memberitahukan kepada beliau tentang keberadaan dirinya yang membantu meringankan suaminya, sehingga mustahil Rosûlulloh n tidak mendengar informasi yang dituturkannya”. 
 Telah menjadi opini kaum muslimin di negara manapun sejak dulu hingga kini mengenai apa yang telah kami kemukakan. Jangan pernah terlintas di benak Anda bahwa para istri Nabi n dan istri para sahabat berkewajiban kerja menggiling tepung di samping menata tempat tidur, menyiapkan makan dan lain sebagainya. Hendaklah kita membuang persepsi bahwa perempuan enggan melakukan kesemuanya itu dan tak kuasa menolak tugas itu. Lebih-lebih menilai para sahabat memaksakan istri-istrinya lantaran menyia-nyiakan semua pekerjaan tersebut, dengan kata lain para sahabat memperbantukan istri-istrinya. Sebaiknya kita mengatakan : “Sekiranya istri sanggup menunaikan apa yang diperlukan suaminya. Itulah pendapat yang benar. Wallôhu a´lamu bish -showwâb”.  

Menahan Istri di rumah suami  
   
 Termasuk hak suami, menahan istrinya di rumah yang telah ia sediakan untuk kehidupan rumahtangga dan melarangnya keluar rumah tanpa seijinnya, asalkan rumah tersebut memenuhi syarat layak buat istri dan untuk tempat tinggal suami-istri, hingga layak disebut hunian memenuhi kriteria syariat. Manakala rumah tidak layak dihuni istri dan tidak memungkinkan baginya untuk memenuhi hak-hak suami-istri, maka istri tidak wajib tinggal di situ sebab rumah tidak memenuhi kualifikasi syariat.  

Contoh rumah tak layak huni  

 Jika dalam rumah itu ada penghuni lain yang tidak memungkinkan istri melakukan hubungan suami-istri atau riskan buat istri, atau dikhawatirkan merenggut kehormatan istri, atau tidak adanya fasilitas yang menunjang, atau karena kondisinya yang membuat istri tak kerasan, atau karena tetangganya yang busuk dan jahat.  

Suami mengajak istri pindah  

 Termasuk hak sang suami adalah mengajak istrinya berpindah sesuai kehendak suami berdasarkan firman Alloh l :
« أَسْكِنُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ سَكَنْتُم مِّنْ وُجْدِكُمْ وَلَا تُضَارُّوْهُنَّ لِتُضَيِّقُوْا عَلَيْهِنَّ »
“Tempatkanlah istri-istri yang sudah kalian ceraikan di rumahmu yang kamu tempati menurut kemampuanmu, janganlah kamu mempersulit mereka (dalam urusan tempat tinggal dan nafkah)…” (Ath-Tholâq [65] : 6)  

 Larangan mencelakai, jangan sampai memindahkan istri bermaksud mencelakai, bahkan seharusnya memindahkan istri punya maksud agar kehidupan suami-istri menjadi lebih harmonis dan mewujudkan tujuan pernikahan. Apabila perpindahan istri bermaksud mencelakai dan mempersulit istri, misalnya agar istri memberikan kembali mahar yang telah dibayarkan, atau agar terbebas dari tanggungjawab memberikan nafkah, atau hendak berkhianat terhadap istri, maka istri berhak menolak dan hakim wajib memutuskan agar istri tidak usah merespon ajakan pindahnya suami.
 Jelas sekali sekiranya suami benar bersikap fair serta jujur terhadap istri, maka memindah secara paksa tidak menjamin terwujudnya kemaslahatan, tapi harus mempertimbangkan hal-hal lain menyangkut suami, istri, negara tempat asal pindah dan negara tujuan pindah, misalnya motifasi pindah mengingat faktor maslahat, sebab kemungkinan kecil kemaslahatan bisa dicapai tanpa melakukan emigrasi.
 Contoh lain, misalnya kesanggupan suami membeayai ongkos perjalanan dan lain-lainnya, di samping suami punya kemampuan prediksi keuntungan guna menutup beaya hidupnya dan keluarganya jika perpindahan itu lantaran faktor bisnis atau perusahaan di bidang desain yang memenuhi hajat hidupnya dan anggota keluarganya.
 Misalnya keamanan perjalanan antara negara asal dan negara yang dituju, dengan kata lain aman bagi jiwa, kehormatan dan harta, sehingga istri dalam kondisi stabil serta mampu mengatasi kesulitan perjalanan dari satu negeri ke negeri tujuan.
 Tempat tujuan diyakini aman, bebas wabah dan bersahabat.
 Kehormatan istri di tempat tujuan dijamin aman seperti halnya keamanan sewaktu masih di tempat asal.
 Perpindahan tempat tinggal tidak membahayakan fisik, moral dan hal-hal lain yang mesti dipertimbangkan seperti kompleksnya situasi serta kondisi, pluralitas individu dan penduduk hingga bisa dikontrol dan dikendalikan oleh peradilan .


Melarang istri berkarir  

 Para ulama´ mengklasifikasikan antara karir yang bisa menyia-nyiakan hak suami, atau menyebabkan madhorotnya, atau memicu istri keluar rumah dan karir yang tidak menyebabkan madhorotnya sang suami. Sehingga para ulama´ melarang karir yang pertama dan memperbolehkan yang kedua. Ibnu ´Abidîn dari madzab Hanafî berpendapat : 
 “Yang perlu dipertegas bahwa larangan sang istri keluar rumah manakala menyebabkan terlantarnya hak suami atau membikin madhorotnya, adapun karir yang tidak menyebabkan madhorotnya sang suami, tentu tak ada alasan untuk melarangnya, di samping tak ada larangan keluar rumah manakala keluar rumahnya sang istri demi karir yang masuk kategori fardhu kifâyah teristimewa karir yang erat hubungannya dengan kewanitaan, misalnya karir kebidanan atau menangani persalinan”.

Tidak logis  

 Terkadang wanita mengatakan : “Mengapa aku harus belajar dan menamatkan kuliah di perguruan tinggi toh akhirnya harus nongkrong juga di rumah untuk melayani suami, anak-anak, memasak, menyapu dan menertibkan rumah??
 Siapa bilang keberhasilanmu meraih ijazah perguruan tinggi mesti terkait kepentingan karirmu. Sementara kamu tak lagi perlu mengais rezeki.
 Sungguh aktifitasmu, kesuksesan belajarmu dan nilai akademis yang kamu sandang akan berpengaruh signifikan terhadap segenap keluargamu dan suamimu apabila niatmu mencari ridho Alloh dan mewujudkan rumahtangga yang sadar akan nilai-nilai islami.
 Alloh l bersabda : 

« قُلْ هَلْ يَسْتَوِيْ الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ »
“ …Katakanlah apakah sama antara orang-orang yang mengetahui dan orang-orang
 yang tidak mengetahui? …” (Az – Zumar [39] : 9)  
« إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ »
“ …Sungguh di antara hamba-hamba yang paling takut kepada Alloh adalah ´ulamâ´ …” (Fâthir [35] : 28) 

 Oleh karenanya ilmu adalah benteng yang menyelamatkan wanita agar tidak terperosok dalam jurang kemaksiatan, sedangkan pembelajaran wanita akan kiat-kiat berinteraksi dengan suami dan hal-hal prioritas lagi essensi dalam kehidupan wanita dalam rangka mendidik generasi muslim secara benar. Dalam pada itu aku doakan: “Semoga Alloh l mengkaruniakan kepadamu suami yang sholih memiliki harta cukup melimpah, sedangkan kamu hidup dalam suasana longgar bahkan dalam villa, mempunyai dua mobil dan dua pelayan wanita, sementara semua kebutuhan dalam rumah terpenuhi, mengapa kamu harus mengais rezeki atau berkarir?
 Taatilah perintah Robbmu yang menciptakanmu, Dialah Zat Yang Maha mengetahui faktor keharmonisanmu sekaligus kecelakaanmu yang berfirman : 
« وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ »
“ …Dan tinggallah kamu di rumah-rumahmu (hai para istri) dan janganlah kamu menampak-nampakkan (keindahan tubuhmu) seperti wanita jahiliah dahulu, tegakkanlah sholat, bayarlah zakat dan taatilah Alloh dan Rosûl-Nya …” (Al-Ahzâb [33] : 33)  
   
Wanita keluar rumah untuk belajar  
   
 Apabila ilmu itu hukumnya fardhu untuk dipelajari wanita, maka wajib atas suami untuk mengajari ilmu tersebut kepada istrinya, jika ia mampu mengajari. Apabila suami tidak sanggup mengajarinya, wajib atas wanita keluar rumah serta mendatangi ulama´ dan majelis ilmu guna mempelajari hukum-hukum Islam meski tanpa seijin suaminya. Adapun jika sang istri mengerti tentang hukum-hukum Islam yang fardhu untuk dipelajarinya, atau suaminya sebagai seorang yang memahami benar tentang agama Islam sedangkan ia juga mampu mengajarkannya kepada sang istri, maka tak ada hak bagi istri untuk keluar rumah guna menuntut ilmu tanpa seijin suami.
 Namu kini, alhamdulillah segala puji dan karunia hanya milik Alloh l , betapa sarana serta fasilitas untuk belajar dan mengajar ilmu sangat banyak, di antaranya : kaset dengan aneka ragamnya , TV (tentu saja jika didesain untuk sarana pendidikan Islam), internet, buku-buku dan cerama-ceramah para mubaligh.
 Namun sangat disayangkan, umat Muhammad n yang telah Alloh turunkan iqro´ kepadanya ternyata tidak mau membaca .
 Apa yang telah diungkapkan di depan sudah tegas bahwa ketaatan dan layanan istri kepada suami wajib hukumnya menurut syariat Islam, sedangkan yang wajib, pahalanya lebih besar daripada yang sunnah, nawâfil dan tathowwu´. Dengan demikian ketaatan dan layanan istri kepada suaminya di rumah lebih besar pahalanya daripada sholat nawâfil, puasa tathowwu´, membaca Al-Quran dan amalan-amalan tathowwu´ lainnya, tentu saja ketaatan kepada suami pada hal-hal yang mubah, adapun perintah suami kepada istri agar bermaksiat kepada Allo l , maka tidak wajib ditaati sesuai hadits : 
« لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ »
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk untuk bermaksiat kepada
 Alloh Sang Pencipta.”  

Hak-hak suami atas istri yang terpenting  
 
1) Menghormati, mendengar dan mentaati secara suka-rela maupun terpaksa, menyenangkan atau tak menyenangkan, selama bukan perintah untuk maksiat kepada Alloh l dan Rosûl-Nya n .
2) Istri tidak mengelak persetubuhan dengan suami tanpa ada alasan yang dibenarkan menurut syariat, atau karena sakit parah.
3) Tidak memperkenankan seseorang yang tidak disukai suami memasuki rumahnya, sekalipun ayahnya atau ibunya. 
4) Tidak keluar rumah tanpa seijin suami.
5) Tidak berpuasa tathowwu´ tanpa seijin suami.
6) Tidak membelanjakan harta suami atau hartanya sendiri tanpa seijin suami .
7) Merawaat rumahnya dan mendidik putra-putrinya dengan pendidikan islam yang benar .
8) Tidak meminta cerai tanpa sebab yang dibenarkan syariat Islam .
9) Tidak membeberkan rahasianya, lebih-lebih menyangkut emosi dan seksualnya .


TANGGUNGJAWAB SUAMI

 Abdullôh bin ´Umar a berkata : “Aku mendengar Rosûlulloh n bersabda : 
« كُلُّكُمْ رَاعٍ وَ كُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، اَلْإمَامُ رَاعٍ وَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِيْ أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِيْ بَيْتِ زَوْجِهَا وَ مَسْؤُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا ، وَالْخَادِمُ فِيْ مَالِ سَيِّدِهِ وَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ »
“Masing-masing di antara kamu adalah bak penggembala dan pasti dimintai pertanggungjawaban akan hal-ihwal menggembalanya, imam adalah bak penggembala dan pasti dimintai pertanggungjawaban akan hal-ihwal menggembalanya, lelaki terhadap keluarganya bak penggembala, sedangkan dia pasti dimintai pertanggungjawaban akan hal-ihwal menggembalanya, perempuan di rumah suaminya bak penggembala dan pasti dimintai pertanggungjawaban akan hal-ihwal menggembalanya, pelayan yang membelanjakan harta tuannya bak penggembala dan pasti dimintai pertanggungjawaban akan hal-ihwal menggembalanya dan masing-masing di antara kamu adalah bak penggembala dan pasti dimintai pertanggungjawaban akan hal-ihwal menggembalanya.” 

 Sedangkan suami adalah koordinator keluarganya, mengemban bermacam-macam tanggungjawab, yang terpenting antara lain : 
• Tidak membuat tipudaya dengan maksud bisa memakan maharnya yang telah dibayarkan kepada istrinya. Harus membayar mahar sepenuhnya kepada istrinya tak mengurangi sedikitpun, sebab Rosûlulloh n pernah bersabda :
« أَحَقّ الشّرُوطِ أَنْ تُوَفُوْا بِهِ مَا اسْتَحْلَلْتُمْ بِهِ الْفُرُوجَ»
“Sungguh syarat yang paling layak untuk kalian sempurnakan adalah mahar, sebab dengan itu kalian menghalalkan kemaluan istri-istrimu.”  
• Memperbaiki hubungan dengan istri : intim bertutur kata, mempergauli secara harmonis, sebagaimana sabda Rosûlulloh n :
« أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَاناً أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً، وَ أَلْطَفُهُمْ بِأَهْلِهِ »
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik 
akhlaknya dan paling lemah-lembut kepada istrinya.”  
• Memberi nafkah istrinya sesuai kesanggupan, memberikan belanja yang halal, menghindari harta yang haram. Sedangkan nafkah kepada istri dan putra-putrinya wajib hukumnya menurut syariat Islam, sementara itu sebagai faktor penting bagi kepemimpinan yang bijak seorang suami terhadap istrinya. Mengesampingkan kewajiban ini sebagai pelanggaran dan dosa. Rosûlulloh n bersabda :  
« كَفَى بِالْمَرْءِ إثْماً أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَعُوْلُ »
“Cukuplah seseorang berbuat dosa lantaran menyia-nyiakan nafkah orang yang seharusnya ia nafkahi.”  
• Menjaga keluarga dari api neraka, sebagaimana firman Alloh l :

« يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُُوْا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ »
“Wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, bahan bakarnya berupa manusia dan batu-batu …” (At-Tahrîm [66] : 6)
Mujahid mengomentari ayat ini bahwa " قُوْا أنْفُسَكُمْ وَ أَهْلِيْكُمْ" = “Nasehatilah dirimu sendiri dan keluargamu agar bertakwa kepada Alloh dan didiklah mereka”.  

• Memerintah keluarga agar melaksanakan sholat, sebab sholat salah satu rukun Islam yang terpenting setelah dua syahadat, sedangkan Alloh l telah melimpahkan tanggungjawab kepada suami memerintah keluarga agar melaksanakan sholat : 
« وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَّحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى »
“Perintahlah keluargamu agar menegakkan sholat dan berusahalah sabar untuk selalu menegakkan sholat tepat waktu, Aku tidak memintamu rezeki, Aku-lah yang mengaruniai rezeki kepadamu, sedangkan kesudahan terpuji bagi yang bertakwa.” 
(Thôhâ [20] : 132)  

 Ini adalah janji rezeki dari Alloh l bagi yang memerintah istri-istrinya dan putra-putrinya untuk menegakkan sholat.
 Kewajiban suami juga mengajarkan keluarganya bahwa sholat adalah salah satu rukun Islam terpenting sesudah dua syahadat, sedangkan sholat tepat waktu merupakan amalan paling dicintai Alloh l. Barangsiapa meninggalkannya berarti telah kafir, sementara Alloh tidak menjamin keselamatannya. Di samping itu suami wajib mengajarkan keluarganya tata cara bersuci, bagaimana berwudhu yang benar, rukun-rukun sholat, hal-hal yang wajib dalam sholat, hal-hal yang sunnah dalam sholat dan yang membatalkan sholat. Kiat yang paling baik yaitu menetapkan buku yang tepat dan memotifasi mereka agar mau membacanya.
 Selain itu suami harus memperbanyak sholat nawâfil di hadapan mereka sebagai kiat mengajari mereka agar mau mengikutinya, sebagaimana sabda Rosûlulloh n :

« خَيْرُ صَلَاةِ الْمَرْءِ فِيْ بَيْتِهِ إِلَّا الْمَكْتُوْبَةَ »
“Sebaik-baik sholat seseorang dilakukan di rumahnya kecuali sholat wajib.”  
 
 Kepada orang-orang yang dalam kebingungan dan yang mengabaikan perintah Allloh berupa sholat ini; wahai orang yang mengatakan : “Sesungguhnya iman ada dalam hati, sedangkan kita telah bersaksi bahwa tidak ada Ilâh selain Alloh dan bahwa Muhammad adalah utusan Alloh, kita tidak menyakiti seorangpun di antara kaum muslimin, padahal kedua perkara ini merupakan syarat utama masuk surga, di samping itu kalian berpedoman kepada hadits : “Dua kriteria orang yang tidak diampuni oleh Alloh yaitu syirik dan mencelakai manusia”. Sementara kita menyaksikan betapa banyak orang melaksanakan sholat ternyata juga memakan harta orang lain yang bukan haknya, mereka berbohong, mereka melakukan dosa-dosa besar, mereka tidak komit kepada Islam kecuali sholat, sementara pergaulan mereka terhadap sesama dan akhlak mereka sama sekali tidak mencerminkan Islam”.
 Ketahuilah bahwa ucapan itu benar-benar kemasan serta retorika iblis, sebab di balik itu ada kebenaran yang disembunyikan yakni : “Bahwa kesaksian tidak ada Ilâh selain Alloh sebagai komitmen yang tidak bisa dipisahkan dari yang lain, tidak setiap orang yang mengatakan : “Lâ Ilâha illâ -llôh” bisa selamat di hari kiamat, kecuali mengkorelasikan dengan perintah-perintah Alloh yang lain, sebab orang yang mengimani “Lâ Ilâha illâ -llôh” sementara dia sudah masuk Islam, maka wajib baginya merealisir apa yang menjadi tuntutan persepsi “Lâ Ilâha illâ -llôh”.
 Dalam pada itu essensi memeluk Islam yang kamu lakukan berarti menyerahkan diri dan tunduk serta patuh terhadap yang diperintahkan Alloh l kepadamu, sedangkan Alloh l telah mengonsep iman dan amal sholih menjadi faktor masuk surga. Alloh l berfirman :
« وَنُودُواْ أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوْهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ‏»
“ … mereka dipanggil seraya dikatakan : “Inilah surga yang diwariskan kepadamu sebagai imbalan amal-amalmu.” (Al-A´râf [7] : 43)
 Maka sejauh mana komitmenmu kepada perintah-perintah Alloh l serta menghindari maksiat kepada Alloh l setingkat itu pula keselamatanmu dari azab Alloh pada hari kiamat. 
 Imam Bukhôrî v berkata : “Wahb bin Munabbih pernah ditanya : “Bukankah kunci surga kalimah “Lâ Ilâha illâ -llôh”? Lantas dia menjawab : “Benar, namun kunci yang memenuhi syarat hanya yang bergigi, jika kamu punya kunci bergigi dibuka, jika tidak, tidak dibuka”.  
 Harus Anda ketahui bahwa sikap membangkang dengan kata lain meninggalkan perintah, dosanya lebih besar daripada melakukan perbuatan yang dilarang.
 Sahl bin bin Abdillâh v berkata : “Meninggalkan perintah Alloh lebih berat dosanya daripada melakukan perbuatan yang dilarang, pasalnya Âdam q dilarang makan buah pohon, lalu ia memakannya lantas Alloh mengampuninya serta menerima taubatnya, sementara iblis diperintah untuk sujud lalu tidak mau sujud maka Alloh l tidak mengampuninya”.  

• Sesungguhnya dosa lantaran menerjang larangan pemicu utamanya adalah syawat dan terdesak oleh kebutuhan, sedangkan dosa meninggalkan perintah umumnya pemicu utamanya adalah kesombongan dan sok besar, padahal tidak akan masuk surga siapapun di hatinya ada kesombongan meski seberat atom. Barangsiapa mati dalam kondisi bertauhid, masih ada harapan masuk surga meski dia pernah berzina dan mencuri.  
• Sungguh meninggalkan perintah, katakanlah sholat, berarti telah keluar dari wilayah penghambakan diri kepada Alloh l menuju wilayah bukan menghambakan diri kepada Alloh l . Barangsiapa mengatakan : “Saya bebas”, atau merasa bahwa dirinya punya porsi dan tempat di samping perintah Alloh, berarti dia telah menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Sesuai firman-Nya :
« أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ‏ »
“Tahukah kamu orang yang menjadikan hawa nafsunya (keinginannya)
 sebagai Ilâhnya …” (Al-Furqôn [25] : 43) 
 Sementara dalam hadits disinyalir : 
« تَعَسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ الدِّيْنَارِ» 
“Celakalah hamba dirham dan hamba dinar.”  

• Sesungguhnya melaksanakan perintah lebih dicintai Alloh l daripa meninggalkan larangan sebagaimana disinyalir beberapa nash di antaranya sabda Rosûlulloh n : 
« أَحَبُّ الْأعْمَالِ إِلَى اللهِ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا»
“Amal yang paling dicintai Alloh adalah sholat pada awal waktunya.”  
   
« وَاعْلَمُوْا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلَاةُ »
“Dan ketahuilah bahwa sebaik-baik amalmu adalah sholat.”  

• Sesungguhnya melaksanakan perintah (katakanlah sholat, puasa dan haji) sebagai indikasi hidup, menu, hiasan, kemulyaan, kelezatan dan kenikmatan bagi hati nurani, sedangkan meninggalkan hal-hal yang dilarang tanpa disertai melaksanakan perintah tidak akan terealisir sedikitpun. Sekiranya seluruh larangan ditinggalkan, sementara iman dan amal yang diperintahkan belum dimiliki, maka meninggalkan larangan yang telah dilakukan sama sekali tak bermanfaat dan tetap saja ia kekal di neraka .  

• Sesungguhnya luputnya amalan-amalan yang diperintahkan pasti menimbulkan bencana dan celaka yang tiada habis-habisnya, pasalnya orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja, maka luputnya sholat lantaran waktunya telah berlalu, sementara waktu yang ada sudah menjadi milik sholat berikutnya. Sedangkan orang yang meninggalkan sholat sekali saja, Alloh l tidak menjamin keselamatannya.  

  Rosûlulloh n bersabda : 
 « مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ بِغَيْرِ عُذْرٍ ، لَمْ يَقْضِهِ صِيَامَ الدَّهْرِ كُلِّهِ وَإِنْ صَامَهُ»
“Barangsiapa membatalkan puasa Romadhôn sehari saja tanpa alasan, berarti tidak menyempurnakan puasa Romadhôn itu meskipun ia telah mengqodho´nya.”  

 Mengapa puasanya tidak dianggap sempurna padahal ia telah mengqodho´nya? Sebab mustahil ia bisa bertemu kembali dengan waktu yang telah berlalu, meski telah mengqodho´ hari saat ia membatalkannya tahun itu juga. Dalam pada itu ia telah kehilangan kebaikan yang tiada taranya.
 Sungguh keharmonisan haram atas orang yang mengabaikan satu saja dari sholat fardhu. Lantas bagaimana dengan orang yang meninggalkan sholat fardhu keseluruhan. Dia akan hidup dalam suasana gelap, melancholis, sempit, susah dan sedih, meski dia menyatakan dirinya bahagia. Alloh l berfirman :  
« وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا »
“Barangsiapa berpaling dari hukum (syariát)-Ku, maka baginya kehidupan yang sangat sempit.” (Thôhâ [20] : 124) 
 Dzikir yang tiada tara nilainya adalah sholat, sebab ia sebagai faktor timbulnya kebahagiaan rohani, media pendekatan kepada Alloh l paling enjoy, merengek-rengek di hadapan-Nya, melepas kesedihan serta kesusahan dan memohon kebaikan dunia serta akhirat berdasarkan firman-Nya : 

« وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِيْ »
“ …tegakkanlah sholat dalam rangka dzikir kepada-Ku.” (Thôhâ [20] : 14) 

« أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ »
“ …Ingatlah bahwa hanya melalui dzikir kepada Alloh hati menjadi tentram.” (Ar-Ro´d [13] : 28) 

 Sungguh meninggalkan sholat dan mengabaikannya sebagai indikasi kelemahan iman dan faktor penyebab masuk neraka pada hari Kiamat kelak, sebab Alloh l telah berfirman : 

« كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ * إِلَّا أَصْحَابَ الْيَمِينِ * فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءلُونَ
* عَنِ الْمُجْرِمِينَ * مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ * قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ
الْمُصَلِّينَ » 
“Masing-masing pribadi tergadai dengan amal usahanya. Kecuali orang-orang beruntung lagi beriman. Mereka berada di taman-taman seraya saling bertanya tentang orang-orang berdosa (di neraka). Mereka bertanya : “Apa yang membuatmu masuk jahanam yang membakarmu?”. Lantas mereka menjawab : “Di dunia dulu kami tidak melaksanakan sholat untuk cari muka Alloh.” (Al-Muddatstsir [74] : 38-43)

 Rasanya pelajaran ini cukup membuatmu lari terbirit-birit untuk tidak pernah coba-coba meninggalkan sholat atau mengabaikannya, pasalnya orang-orang yang gemar meninggalkan sholat diklaim sebagai orang-orang berdosa, cukuplah pelajaran ini memicu dirimu untuk senantiasa gemar menegakkan sholat, sebab melalui sholat Alloh akan menghapuskan kejelekan kita, mengangkat derajat kita dan memberikan pahala kepada kita senilai pahala orang-orang berjuang di jalan Alloh l .  
 Rosûlulloh n bersabda :

«أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا يَمْحُو اللّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدّرَجَاتِ إسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصّلاَةِ بَعْدَ الصّلاَةِ فَذَلِكُمُ الرّبَاطُ فَذَلِكُمُ الرّبَاطُ فَذَلِكُمُ الرّبَاطُ»
“Maukah aku beritahukan kepadamu beberapa hal di mana Alloh menghapuskan kesalahan dan mengangkat derajat dengannya : menyempurnakan wudhu meski dalam kondisi sulit, memperbanyak langkah menuju masjid dan menunggu datangnya waktu sholat dengan sholat (nawâfil), itulah perjuangan mempertahankan Islam dari musuh-musuh Alloh l 3x .”  
« اَلصَّلَوَاتُ الخَمْسُ وَ الْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَ رَمَضَانُ إِلَى رَمََضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبْتَ الْكَبَائِرَ »
“Lima sholat fardhu, dari ibadah jum´at satu ke ibadah jum´at berikutnya dan dari puasa Romadhôn ke puasa Romadhôn berikutnya bisa menghapuskan dosa-dosa (kecil) di sela-sela itu, jika kamu tidak melakukan dosa besar .”  
 Kaum muslimin tidak berselisih bahwa meninggalkan sholat fardhu dengan sengaja merupakan kesalahan fatal dan dosa besar, sedangkan dosa tersebut lebih besar daripada dosa pembunuhan, mengambil harta bukan haknya, zina, mencuri, minum arak dan secara sengaja menerjang sanksi (azab), murka dan kehinaan di dunia-akhirat.
 Sholat adalah amalan seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat dengan syarat menyempurnakan wudhunya, ruku´nya, sujudnya, khusyu´nya, semua aspeknya dan diperhatikan seluruh gerakannya secara tepat. Jika tidak demikian berarti secara sengaja menerjang sanksi (azab) dan murka Alloh l . Pasalnya Rosûlulloh n bersabda :
«أَوّلُ مَا يُحَاسِبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلاَةُ المَكْتُوْبَةُ فَإنْ أَتَمَّهَا وَإلاّ قِيْلَ : انْظُرُوا هَلْ لَهُ مِنْ تَطَوّعٍ ؟ فَإنْ كَانَ لَهُ تَطَوّعٌ أُكْمِلَتِ الْفَرِيْضَةُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ، ثُمَّ يُفْعَلُ بِسَائِرِ الْأَعْمَالِ الْمَفْرُوْضَةِ مِثْلَ ذَلِكَ »‏
“Amal seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat adalah sholat fardhu jika menyempurnakannya (memenuhi syarat – rukunnya). Jika tidak, maka Alloh berkata kepada Malaikat : “Coba periksa apakah dia memiliki amalan tathowwu´? Jika dia memiliki amalan tathowwu´yang bisa diandalkan, maka kekurangan amalan fardhunya disempurnakan dengan tathowwu´nya, kemudian seluruh amalan fardhunya diberlakukan seperti itu.”  
 Jika kamu termasuk orang yang menegakkan sholat, mohonlah kepada Alloh Yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa agar berkenan menambah gemar kepadamu untuk melaksanakan sholat, namun jika kamu termasuik orang yang meninggalkannya dan mengabaikannya, semoga Alloh melapangkan hatimu menerima kebenaran dan memberi taufik kepadamu agar sanggup melaksanakan sholat secara sempurna … amien.

• Menjaga istri dan mengorbankan jiwa untuk memilihara harga diri dan kehormatan istrinya. Oleh karena itu Islam mewajibkan suami agar menjaga kehormatan istrinya sekalipun nyawa menjadi taruhannya. Jika terbunuh dalam rangka menjaga serta memelihara harga diri sang istri niscaya memperoleh syahidnya berdasarkan hadits : 
« مَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌٌ »
“Barangsiapa terbunuh demi menjaga kehormatan istrinya, niscaya ia wafat dalam keadaan syahid.”  

• Suami tidak membeberkan rahasia istrinya terutama mengenai emosi dan seksualnya, sebab Rosûlulloh n telah melarang hal itu :  

« إِنَّ شَرَّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلُ يُفْضِيْ إِلَى الْمَرْأَةِ وَتُفْضِيْ إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ سِرُّهَا‏»

“Sesungguhnya seburuk-buruk martabat manusia di sisi Alloh pada hari Kiamat adalah laki-laki yang membeberkan rahasia istrinya dan perempuan yang membeberkan rahasia suaminya, akhirnya tersebarlah apa yang terjadi antara suami-istri rahasianya.”  

• Suami tidak memaki istrinya atau keluarganya dan tidak memukul tanpa sebab lebih-lebih wajahnya, padahal mereka (para suami) telah dikaruniai hihadayah oleh Alloh l . Manakala masuk rumahnya membuat istrinya resah, ketakutan, gemetar seakan-akan kehadiran malaikat pencabut nyawa, wajahnya cemberut, muram-durja, memerintah serta melarang dan membentak dengan suara lantang hingga pembaca terkejut serta terhenti dari bacaannya. Dalam pada itu Nabi n bersabda : 

« مَنْ لا يَرْحَمُ لَا يَرْحَمُهُ اللهُ »
“Barangsiapa yang tidak mengasihi niscaya Alloh tidak mengasihinya.”  


« إِنَّ شَرَّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ فَرِقَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فَحْشِهِ »
“Sesungguhnya sejahat-jahat manusia di sisi Alloh pada hari Kiamat adalah orang yang ditakuti manusia karena mengkhawatirkan kekejiannya.”  

• Menjaga kehormatannya dengan memenuhi kebutuhan seksualnya minimal setiap saat sucinya sekali, sebagaimana disinyalir Ibnu Hazm v : “Suami wajib menyetubuhi istrinya minimal sekali saat sucinya jika sanggup, jika tidak, berarti maksiat kepada Alloh l”. Dalilnya firman Alloh l :

« فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللّهُ»
“…jika mereka (istri-istri) dalam kondisi suci, maka datangilah mereka sebagaimana Alloh telah perintahkan kepadamu…” (Al-Baqoroh [2] : 222)