Kamis, 12 Maret 2009

Renungan : Seorang istri Mujahid


Renungan seorang istri mujahid

yang menjadi buron.

 

Ditulis oleh Ummu Da'da.

 

        Dia beristirahat diatas ranjangnya setelah melewati hari yang begitu berat dan melelahkan, juga setelah melakukan perdebatan yang panas serta berdialog tanpa ada aturan bersama orang-orang yang tidak jelas. Mereka telah membeli sesuatu yang fana dengan sesuatu yang kekal, mereka ridho dengan kehidupan dunia daripada kehidupan akherat.

            Dia bertanya-tanya: "Ya Robbi, disekitarku banyak orang-orang yang mencelaku. Suara mereka selalu terngiang-ngiang di telingku: "Bagaimana kamu bisa rela dengan suami seperti ini? Dia meninggalkanmu dan pergi begitu saja…

            Sudahlah… berpisahlah dengannya, dia itu tidak mencintaimu, jika mencintaimu pasti dia tidak akan berbuat seperti itu. Bagaimana dia bisa meninggalkan anaknya dan pergi begitu saja?"

            Sungguh… orang-orang itulah yang mesti dikasihani. Apakah mereka tidak pernah mendengar kata jannah? Apakah mereka tidak tahu pahala orang yang mati syahid? Apakah aku harus menjelaskan kepada mereka apa motivasi suamiku pergi untuk berperang? Apakah mereka tidak mengetahui kewajiban jihad? Atau apakah mereka terpengaruh dengan para ulama' bingung itu? Dan membenarkan bahwa jihad adalah sebuah kejahatan yang berhak mendapatkan hukuman had?

            Saudarinya berkata: "Aku tinggal selama dua hari dan terus menangis disebabkan engkau menjadi janda wahai saudariku, dan juga karena anak-anakmu menjadi yatim!"           "Padahal suamiku belum terbunuh sama sekali! Dan seakan-akan kematian tidak akan datang kecuali ketika perang saja".

            Inilah Iblis berkata: "Lihatlah temanmu ini, dia merasa bahagia berada di rumah. Suaminya menghibur dia dan mendatanginya serta berpergian dengan istrinya ke mana yang dia suka, dan menginap di vila yang megah. Kenapa kamu tidak seperti dia? Kamu hidup dalam keadaan terpisah, ketakutan dan kekhawatiran, sedangkan dia bersama suaminya penuh dengan kenikmatan dan kehidupan yang lapang dan bahagia".

            Akan tetapi ketika dia mengingat akan dekatnya kematian, dan bahwa dunia itu seakan-akan manis dan hijau, akan tetapi cepat sekali hilang dan sirna maka dia berkata: "Celakalah engkau wahai dunia!"

            Aku tidak akan hidup melainkan hanya sehari atau dua hari saja, kemudian aku akan bertemu dengan Robb ku, maka demi Alloh, aku merasa senang dengan ujian dan perpisahan yang menimpaku, maka ya Alloh! Alhamdulillah (Aku memuji Mu), Ya Alloh! Alhamdulillah (aku memuji Mu).

            Seorang mujahid itu adalah orang asing di dunia ini, semua orang membencinya dan orang-orang melihat istrinya dengan ketakutan dan kekhawatiran. Seakan-akan dia adalah istri seorang penjahat.

            Ya! Dia memang istri (seorang penjahat) akan tetapi itu menurut orang-orang Yahudi dan menurut pandangan media massa pendusta itu.

            Sedangkan menurut Al Qur'an dan As Sunnah maka dia adalah istri seseorang yang pergi berperang di mana manusia duduk-duduk tidak mau melakukannya dan:

لاَّ يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُوْلِي الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ

"Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak terut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah" (QS. An Nisaa' : 95).

            Dan dia adalah istri seseorang yang berhijroh, yang mendepak dunia setelah dunia itu datang kepadanya walaupun dia sebenarnya menginginkannya.

ومهاجر في الله ودع أهله        لم يلتفت يوم الفراق وراءاً

"Dan orang yang berhijroh karena Alloh meninggalkan keluarganya….

Tidak menoleh kebelakang sedikitpun di hari perpisahan…."

            Dia juga istri seseorang yang mati syahid, yang memakai tiara dari yaquth yang lebih baik dari dunia dan seisinya.

            Ya Alloh! Segala puji bagimu atas kenikmatanMu, dan segala puji atas ketentuanMu, janganlah engkau halangi kami untuk mendapatkan kemurahanMu, dan sabarkanlah kami di atas cobaan dunia serta muliakanlah kami dengan kenikmatan akherat.

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَيْءٍ.

" Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka" (QS. Ath Thur : 21)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berikan nasehat anda :