Rabu, 08 Juli 2009

Ulama dan syuhada


Muqadimah

A. Hakekat Ulama

Kata ‘ulama berasal dari ‘alima – ya’lamu – ‘ilman, kebalikan dari bodoh (jahilun) dan ulama adalah bentuk plural dari kata ‘alimun. Sibuyah mengatakan : ulama adalah orang yang tidak berkata melainkan ia orang yang tahu.
Definisi secara istilah, Allah berfirman, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” QS. Fathir : 28
Para ahli tafsir mengatakan bahwa ulama adalah orang-orang yang berilmu dan memiliki rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kemudian Imam asy Syaukani mengatakan: hanya para ulama (orang yang berilmu) lah yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala zdat yang Maha Mengetahui hal ghaib.
Mereka adalah orang-orang yang menjauhkan diri dari perilaku syirik, menghalalkan yang halal, mengharamkan yang haram, memelihara wasiat dan yakin bahwa ia akan menemui Allah serta senantiasa introspeksi diri terhadap amalnya.
Maka Allah swt menyiggung ahli kitab agar mereka bereni bersikap tegas dalam memutuskan perkara seuai dengan hukum Allah , “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-oang yang kafir”. QS. Al Maidah : 44 sebagaimana Allah telah menyebutkan perihal mereka yang banyak menyembunyikan isi kitab taurat dan injil, Allah berfirman, “Hai ahli kitab, sesungguhnya telahd atang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepada mubanyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan” QS. Al Maidah :15
Maka hakekat ulama adalah: orang-orang yang dapat dipercaya untuk mengemban amanah islam, mereka mengetahui yang bodoh, mampu mengkonter terorr dengan hujjahnya dan piawai dalam menyingkap penyimpangan-penyimpangan serta perkara bid’ah di tubuh ummat islam.

Keutamaan Ulama

Banyak ayat dan hadits yang menerangkan keutamaan ulama. Yang dimaksud dengan ulama dalam berbagai ayat dan hadits adalah para ulama yang mengamalkan dan mendakwahkan (mengajakan) ilmunya. Adapun ulama yang berilmu, namun tidak mengamalkan dan mendakwahkan ilmunya, adalah ulama yang tercela. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللهِ أَن تَقُولُوا مَالاَتَفْعَلُونَ
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (QS. ِAsh Shaf (61):3).
Ulama yang mempunyai ilmu namun tidak mengamalkan ilmunya, tidak termasuk dalam kelompok ulama yang dimuliakan dalam ayat-ayat Al Qur’an dan hadits-hadits yang berbicara tentang keutamaan ilmu. Bahkan Allah ta’ala menyamakan ulama yang tidak mengamalkan ilmunya, dengan orang yang tidak berilmu.

وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَالَهُ فيِ اْلأَخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهِ أَنفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
”Dan sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al Baqarah 2:102).

Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mensifati para ahlu kitab (Yahudi dan Nasrani) sebagai orang yang berilmu (Dan sesungguhnya mereka telah mengetahui / meyakini). Namun karena mereka tidak mengamalkan ilmunya, mereka disebut sebagai orang yang tidak mengetahui (dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui).

1. Mereka adalah orang-orang yang takut hanya kepada Allah 
Allah  berfirman,
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama." Fathir : 28
2. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kemampuan keilmuan yang dalam
"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang yang berilmu." Al Ankabut : 43
Allah  memisalkan orang-orang yang mengambil pemimpin selain wali Allah  ibarat ia menjadikan sarang laba-laba sebagai rumah. Ia telah menjadikan sesuatu yang lemah sebaga tumuan dan perlindngan, maka permisalan ini dan permisalan yag terdapat di dalam Al Quran tidak dapat dimengerti dan difahami kecuali oleh orang-orang yang mmliki kedalaman ilmu dan memahami aat-ayat yang dibacakan. Imam Asy Syaukani berkata, وما يعقـلها maknanya tidak memahami dan memikirkan persoalan yang dijadikan perumpamaan dan إلا العالمون yaitu orang-orang yang mengetahui Allah , yang mendalami ilmu, memikirkan apa yang dibacakan kepada mereka dan apa-apa yanf mereka saksikan."
3. Mereka adalah orang-orang yang mendapat kebaikan.
Rasulullah bersabda,
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
Artinya, “ barang siapa yang Allah menghendaki kebaikan baginya, ia akan difakihkan dalam urusan Ad Dien”
Hadits ini menjelaskan kelebihan orang-orang yang mamu meraih kefaqihan dalam urusan ad Dien sehingga dalam riwayat lain rasulullah bersabda,
ومن لم يتفقه في الدين لم يبال الله به
Artinya, “dan siapa saja yang tidak mempelajari Islam, Allah swt tidak perduli kepadanya.”
4. Mereka adalah orang-orang yang memiliki peran cukup besar dalam urusan dien.
إن العلماء ورثة الأنبياء ، إن الأنبياء لم يورّثوا دينارا ولا درهما ، إنما ورّثوا العلم فمن أخذ به قثد أخذ بحظ وافر
Artinya, “sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi as, sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu, barang siapa yang mau mengambimya, berarti ia telah mengambil bagian yang sagat banyak.”
Di antara peran mereka dalam urusan dien ini :
a. Merekalah yang menunjukkan letak-letak dalil syar’I, yang tidak dikuasai dengan baik oleh pelajar tingkat awal.
b. Merekalah yang menjelaskan maksud dari setiap dalil-dalil ayar’i.
c. Tatkala pendapat mereka saling menguatkan akan menjadi penguat bagi sebuah persoalan yang dihadapi, lahirlah apa yang disebut ijma’ dan kesepakatan para ulama.
5. Mereka memiliki nilai lebih dibanding para ahli ibadah.
Karena rasulullah telah bersabda,
فقيه أشد على الشيطان من ألف عابد
Artinya, “satu orang yang faqih lebih diperhitungkan bagi syetan daripada seribu ahli ibadah.”
Kenapa demikian ? sebab, setiap kali syetan membuka pintu-pintu syahwat (dan syubhat tentunya) dan memamerkanya, segera para ulama akan bangkit menjelaskan makar-makar mereka dengan hujjah dan bayan. Sedangkan ahli ibadah, mereka sangat sedikit mengetahuinya dan mereka tersibukkan oleh ibadahnya yang akan memberikan manfaat kepada diri mereka sendiri.

Nasehat kepada ulama

Nasihat adalah kehendak baik hati seseorang kepada orang yang dinasihati, yang demikian adalah sebagaimana penuturan Al Khathib, makna adalnya adalah membersihkan, dan ini berbeda dengan ta'yir yang artinya memberi nasehat kepada seseorang dengan cacian dan celaan. Seorang ulama bernama Al Fudhail berkata,
المؤمن يستر وينصح والفاجر يهتك ويعير
"Seorang mukmin itu menutupi kesalahan dan memberi nasihat sedangkan orang fajir mencaci dan mencela."
Nasihat dan saling menasihati sesama saudara semuslim telah disyariatkan baik dalam kitab atau as sunnah,
1. Allah  memerintahkan nasihat ini sebagai bentuk kesempurnaan seorang mukmin dan masuk dalam karakteristik orang-orang yang tidak merugi.
Allah  berfirman,
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." QS. Al 'Ashr :1-3
Imam Al Qurthubi menjelaskan bahwa hendaklah kalian saling mencintai dan saling memberi nasihat antara satu dengan yang lainnya dengan tauhid dan kebenaran dari Allah , hal ini sebagaimana yang ditafsirkan oleh ahli tafsir seperti Adh Dhahhak, Qatadah dan As Suddi.

2. Rasulullah  telah bersabda, "Hak seorang muslim bagi muslim yang lain ada enam, …" salah satunya adalah
إذا استنصحك فانصح له
"Apabila saudaramu meminta kepadamu nasihat, maka berilah kepadanya nasehat."
3. Allah  telah menyebutkan dalam kitab-Nya contoh dari para nabi yang selalu memberikan nasihatnya kepada para pemimpin, seperti Nabi Nuh 'Alaihissalam, Nabi Shaleh 'Alaihissalam dan yang lainnya. Allah  berfirman,
Artinya, "Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikitpun untuk mengalahkan orang-orang yang berbuat baik, Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." QS. At Taubah : 91 maksud ayat ini adalah orang-orang yang berpaling dari jihad karena udzur syar'I. Maka bagi mereka berkewajiban untuk memberikan nasihat kepada Allah  dan rasul-Nya agar mereka mendapatkan kemakluman dari meninggalkan jihad karena ada udzur syar'i. Karena orang-orang munafiq, mereka menampakkan alasan-alasan yang dusta dan lari dari jihad tanpa memberi nasihat untuk Allah  dan rasul-Nya.
4. a
5.

Kemudian beberapa nasihat bagi para para ulama dan orang-orang yang menuntut ilmu adalah sebagai berikut :
1. Ikhlas
Allah berfirman, “Tidak boleh bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia:"Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata):"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” QS. Ali Imran: 79
Muhammad Jamaluddin al Qosimi berkata: Jadilah hamba-hamba yang ridha terhadap ilmu dan amalnya, sehingga menjadi generasi rabbani yang akan menerangi kegelapan.
Seorang ulama memberi ilmu atau menjelaskan ilmu bukan alat untuk memenuhi kepentingan politiknya.
2. Hendaklah kepada para ulama, menyampaikan Tauhid yang benar dan menyingkap kesyirikan serta berdakwah dengan sempurna adalah misi utama dalam dakwahnya.
Allah  berfirman,
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:"Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." QS. Al Ambiya: 25
3. Janganlah para ulama itu menyembunyikan ilmu.
Para ulama adalah pewaris para nabi. Merekalah kelompok yang meneruskan misi risalahnya, maka tidak boleh begi mereka menyembunyikan ilmu. Allah telah berfirman, "Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu):"Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima." QS. Ali Imran : 187
dan Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat mela'nati." QS. Al Baqarah: 159
Makna dari dua ayat tersebut adalah jika para ulama menyembunyikan ilmu syar'I yang ia ketahui ketika manusia membutuhkan penjelasannya, maka ia diancam dengan sabda rasulullah saw.
من سئل عن علم فكتمه ألجم يوم القيامة بلجام من نار
"Siapa saja yang ditanya tentang sebuah ilmu lalu ia menyembunyikannya, maka pada hari kiamat ia akan dicambuk dengan cambuk api neraka."
Kewajiban ini juga sebagaimana Allah mewajibkan kepada manusia agar mereka mengembalikan persoalan dien ini kepada para ulama. Allah  berfirman,
"maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui." QS. Al Ambiya : 7
4. Mereka memiliki tugas untuk mengukuhkan hati para mujahidin dan orang-orang yang berjihad di jalan Allah.
5. d
6. d

B. Syuhada’

Kata syuhada adalah bentuk plural dari syahid, artinya saksi, dan secara syar’I sebagaimana jawaban para sahabat tatkala mereka ditanya oleh Rasulullah saw, yaitu, orang-orang yang terbunuh di medan jihad melawan orang-orang kafir, demikian pula pendapat Ibnu Abbas Radhiallahu 'anhu.
Kemudian Ibnu Hajar al Asqolani mengungkapkan sebab mereka disebut syahid, beliau menyebutkan beberapa pendapat yang sebenarnya tidak saling bertolak belakang.
1. An Nazhor bin Syamil berpendapat, karena pada hakekatnya mereka tidak mati, seakan-akan ruh mereka menyaksikan (ketika ruh itu di angkat). Pendapat ini dibenarkan oleh imam al Qurthubi.
2. Ibnu al Ambari berpendapat, karena Allah dan para malaikat-Nya menjadi saksi behwa mereka mendapatkan jannah.

Keutamaan Syuhada

Panulis Masyari’u al ‘Usyaq ila Mashori’I al ‘Usyaq mengatakan, ketahuilah ! syahid adalah kedudukan yang sangat tinggi. Tidak seorang pun yang mendapatkannya melainkan ia telah mendapatkan sesuatu yang sangat agung dan kedudukan ini hanya akan diraih oleh orang-orang yang telah tercatat sebagai syuhada dan merekalah pemenang lomba. Mati syahid merupakan peringkat ke-3 setelah kedudukan seorang Nabi, sebagaimana Allah swt berfirman, “Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(-Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” QS. An Nisa’ : 69
Di antara keutamaan mereka adalah :
1. Mereka tetap hidup dan mendapat rizki di sisi Allah swt.
Allah berfirman, “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” QS. Al Baqarah: 154
2. Dosa mereka kepada Allah akan terhapus dengan pahala syahid.
Raselullah bersabda,
عن عبد الله ابن عمرو ابن العاص أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: يُغْفَرُ لِلشَّهِيْدِِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْن
Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash bahwa rasulullah bersabda, “orang yang mati syahid akan diampuni seluruh dosanya selain hutang”
Hadits ini tidaklah menafikan kesempurnaan keutamaan para syuhada. Sabda nabi bahwa “kecuali hutang” maknanya agar seseorang tidak mengabaikan untuk membayar hutang, sebab hutang sendiri bukan perbuatan dosa, namun di sini yang dikatakan dosa adalah tidak ada perhatian untuk membayar hutang tersebut, artinya tatkala ia memiliki kemampuan untuk membayar hutang tersebut.
3. Sayap para malaikat akan menaungi mereka.
4. mereka adalah orang-orang yang mendapatkan jaminan janah.
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan jannah untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” QS. At Taubah :111
5. Ruh mereka akan dibawa terbang berkeliling di jannah oleh burung berparuh hijau.
عَنْ كَعْبَ ابْنِ مَالِك عَنْ أَبِيْهِ أَنّ رَسُوْلَ الله صلى الله عليه وسلم قال : إِنَّ أَرْوَاحَ الشُّهَدَاءِ فِيْ طَيْرِ خُضْرٍ تَـعْـلُقُ مِنْ ثَمَرِ الْجَـنَّةِ أَوْ شَجَرِ الْجَـنَّةِ
Dari Kaab bin Malik ra dari bapaknya bahwa rasulullah bersabda: sesungguhnya duh para syuhada berada di paruh burung hijau yang berkumantil-kantil di buah atau pohon jannah.”
6. Orang yang mati syahid amalnya akan terus mengalir dan akan terhindar dari fitnah kubur.
عَنْ فَضَالَةِ ابْنِ عُبَيْدٍ أَنَّهُ يُحَدِّثُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ أَنَّهُ قَالَ : كُلُّ مَيِّتٍ يُخْتَمُ عَلَى عَمَلِهِ إِلاَّ الَّذِيْ مَاتَ مُرَابِطًا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ فَإِنًّهُ يَنْمِيْ لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَيَأْمَنُ مِنْ فِتْـنَةِ الْقَبْرِ
Dari Fadhalah bin Ubaid bahwasannya ia berkata dari rasulullah beliau bersabda, “seluruh mayat akan ditutup amalannya (terputus) kecuali orang yang mati ketika ribat fi sabilillah, sesungguhnya amalnya akan terus tumbuh hingga hari kiamat dan ia akan aman dari fitnah kubur.”
Maknanya bahwa amalannya akan selalu mengalir setiap saat sebagai pahala baru baginya. Karena ia telah mengorbankan jiwanya untuk memberikan manfaat kepada kaum muslimin, yaitu menghidupkan Islam ini dengan menghadang musuh dari orang-orang kafir.
7. orang yang mati syahid akan memberi syafaat kepada 72 dari ahli baitnya
عَنْ نمْرَانِ ابْنِ عُـتْبَة الدمَاري قَالَ : دَخَلْنَا عَلَى أُمِّ الدَّرْدَاءِ وَنَحْنُ أَيْتَامَ فَقَالَتْ : أَبْشِرُوْا فَإِنِّيْ سَمِعْتُ أَبَا الدَّرْدَاء يَقُوْلُ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : يَشْفَعُ الشَّهِيْدُ فِيْ سَبْعِيْنَ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ .
Dari Namran bin Utbah Ad Dammari ia berkata: kami pernah datang kepada ummu Darda, ia berkata, saya pernah mendengar Abu Darda’ berkata, saya mendengar rasulullah bersabda, “orang yang mati syagid akan memberi syafaat kepada 72 dari anggota keluarganya.”
Yang dimaksud dengan anggota keluarganya adalah akar dan cabang dari keturunannya, istri dan orang lain. Al Manawi berkata, “secara zhahir hadits bahwa yang dimaksud dengan bilangan tujuh puluh dua adalah menunjukkan banyak bukan membatasi hanya bilangan tersebut. Dan seandainya kita melihat kepada Al Qur’an, kita dapati Allah telah berfirman, “Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun kepada mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” QS. At Taubah : 80
Ibnu Katsir berkata, “Sesungguhnya penyebutan bilangan tujuh puluh dalam ayat tersebut adalah sebagai jumlah banyak kali beristighfar (bukan membatasi), karena bahasa arab memiliki metode berbicara dengan menyebut bilangan 70 bermakna lebih bukan membatasi atau melebihinya sehingga dapat menyelisihi ketentuan yang semestinya.”
8. Kematian orang yang syahid, ia tidak merasakan rasa sakit ketika wafat kecuali seperti cubitan saja.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : الشَّهِيْدُ لاَ يَجِدُ مَسَّ الْقَتْلِ إِلاَّ كَمَا يَجِدُ أَحَدُكُمُ الْقُرْصَةَ يَقْرُصُهَا
Dari Abu Hurairah bahwasannya rasulullah bersabda, “orang yang mati syahid tidak akan merasakan rasa sakit tatakala mati melainkan hanya rasa sakit ketika salah seorang kalian mencubit.”
Dan masih banyak lagi keutamaan orang-orang yang mati syahid yang tidak mungkin untuk tersebut dalam tulisan mungil ini.

Orang-orang yang Disebut Sebagai Syuhada
Ibnu Hajar Al Asqolani menjelaskan bahwa ketika rasulullah menjenguk Abdullah bin Tsabit, beliau melontarkan pertanyaan kepada para sahabatnya, menurut kalian ssiapa yang disebut sebagai syuhada ? para sahabat mejawab, wahai rasulullah, syahid adalah orang yang terbunuh di jalan Allah (fi sabilillah). Lalu beliau berkomentar, jika demikian syuhadak ummatku sangat sedikit. Para sahabat balik bertanya, siapa mereka wahai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam ? beliau bersabda, “siapa yang terbunuh di jalan Allah disebut syahid, siapa yang mati karena di jalan Allah (ketaatan) disebut syagid, siapa yang mati karena tho’un disebut syahid, siapa yang mati karena penyakit perut disebut syahid, dan orang yang mati karena tenggelam disebut syahid.
Dalam riwayat lain Rasulullah Ahallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda, “syuhada ada lima golongan: yang terkena tho’un, penyakit perut, orang tenggelam, yang tertimpa bangunandan orang yang terbunuh syahid di medan jihad.”
Ibnu Hajar dalam bukunya fathul bari syarh shahih al Bukhari menjelaskan —yang dikutip juga oleh syekh Muhammad bin Sholeh al Utsaimin — berdasarkan hadits di atas, syuhada terbagi menjadi dua macam.
1. Syahid fil akhirah, yaitu orang muslim yang terbunuh ketika berperang melawan orang-orang kafir. Bagi mereka berlaku ketentuan-ketentuan akhirat; tidak dimandikan agar tetap dalam kondisi darah mereka mengucur dan menghadap Allah dengan darah seharum kasturi, tidak dikafani, cukup pakaian yang melekat ketika ia trbunuh dan tidak dishalatkan, sebab shalat adalah syafaat bagi seseorang sedangkan syahid di medan jihad tidak membutuhkan syafaat dari orang lain namun diri mereka sendirilah sebagai syafaat. Maka Rasulullah menegaskan bagi mereka terbebas dari fitnah kubur.
2. Syuhada fiddunya, yaitu orang-orang yang smeninggal elain di medan jihad. Mereka tidak mungkin disetarakan dengan yang meninggal di medan jihad, tetapi mereka disebut sebagai syuhada ummat ini berdasarkan sabda Rasulullah saw.
Dari penjelasan singkat di atas, bahwa ada beberapa golongan yang disebut sebagai syuhada berdasarkan dalil-dalil yang ada:
1. Orang yang meninggal di medan jihad sebagai golongan yang tertinggi di level syuhada.
2. Orang yang meninggal karena penyakit tho’un.
3. Al mabthun, yaitu orang yang meninggal karena sakit perut.
4. Orang yang meninggal karena tenggelam.
5. Orang yang meninggal karena tertimpa runtuhan bangunan.
6. Orang yang meninggal karena mempertahankan darah, harta atau kehormatannya.
Rasulullah saw bersabda,

Sekilas Perjalanan
Beberapa Syuhada dan Ulama Ummat Ini

Generasi sahabat

Hamzah bin Abdul Muthallib

Beliau adalah hamzah bin Abdul Muthallib bin Hisyam bin Abdi Manaf bin Qushai. Beliau dikenal dengan sebutan Abu Amaroh dan Abu Ya’la. Ia lahir dari seorang ibu bernama halah binti Wuhaib bin Abdi Manaf, ia adalah saudara kandung Shofiyah binti Abdul Muthallib –Ummu Zubair– dan anak dari pamannya Aminah binti Wahab.
Hamzah adalah paman Rasulullah  sekaligus saudara persesusuan dari Tsuwaibah budak Abu Lahab. Dia, dua tahun lebih tua dari Rasulullah .

Cahaya Keimanan
Ia masuk Islam dengan penuh keikhlasan, tunduk dan patuh pada tahun ke-2 dari kenabian. Suatu ketika Abu Jahal berjalan di dekat bukit Shafa, ia bertemu dengan Rasulullah , lalu ia mengejek, mencela, menyakiti Nabi solallahu 'alaihi wasallam dan menghina ajaran Rasulullah , namun rsulullah tetap tidak membalas celaannya. Peristiwa ini disaksikan oleh budak Abdullah bin Jud’an dari kediamannya yang berada di bukit Shafa.
Budak tersebut kemudian menceritakan kepada Hamzah , dengan izin Allah  dan karomah-Nya, Hamzah merasa marah dan bergegas untuk menemui Abu Jahal dan memberi pelajaran kepadanya. Ia pun mendapati Abu Jahal tengah berkumpul bersama beberapa pemuka kaum yang lain. Sejurus kemudian Hamzah langsung mengararahkan pukulan dengan busurnya ke arah kepala Abu Jahal (poak), dan langsung beberapa pemuda dari bani Makhzum bangkit hendak membalas perbuatan Hamzah namun dihalau oleh abu Jahal. Mereka berkata, “Hamzah ! kami yakin, pasti kamu telah pindah dari agama (masuk Islam).” Hamzah menjawab, “Apa lagi yang menghalangiku ? padahal persoalan ini telah sudah jelas, saya bersaksi bahwa dia (Muhammad) adalah utusan Allah , apa yang ia katakan adalah benar, demi Allah  saya tidak akan mencabutnya, jika kalian adalah orang-orang benar, maka cegahlah aku.” Abu jahal berkata, “biarkanlah Abu ‘Amaroh, saya mengakui bahwa saya telah mencela sesembahannya.
Sejak itu, orang-orang Quraisy kafir menyadari eksistensi Rasulullah , karena jika saja mereka mencela Rasulullah , ia akan berhadapan langsung dengan Hamzah dan akhirnya –untuk sementara– orang-orang Quraisy mulai menahan diri untuk menyakiti Rasulullah  .
Namun setelah Hamzah sampai di rumahnya, ia didatangi oleh setan berwujud manusia dan mengatakan kepadanya, “Engkau ini adalah seorang pemimpin Quraisy, apakah pantas engkau mengikuti ajaran anak tersebut dan kamu tinffalkan agama para pendahuluimu ? sungguh, kematian adalah lebih baik bagimu dari apa yang kamu lakukan. Hamzah pun mencoba menatap dirinya seraya berkata, “Ya Allah, seandainya ini adalah petunjuk, mantapkanlah hatiku dan jika bukan, tunjukkanlah bagiku jalan keluar. Malam itu Hamzah tidak dapat tidur dengan nyenyak, karena diganggu oleh setan. Sehingga pada pagi harinya, ia pergi menemui Rasulullah, “Wahai anak saudaraku, sesungguhnya saya menghadapi persoalan yang saya tidak tahu harus bagaimana. Saya tidak mengerti, apakah saya berada di atas petunjuk ataukah di atas kesesatan yang jauh.” Ia terlihat sangat mengharap Rasulullah  mau membarikan jalan keluar baginya. Kemudian Rasulullah  menyambutnya dengan baik, beliau pun segera memberikan nasihat, memberi saran dan memberikan kabar gembira kepadanya. Dengan izin Allah ia pun masuk islam dan bersaksi dengan dua kalimat syahadat, Asyhadu annakal haq, oleh karena itu, tampakkanlah dienmu wahai anak saudaraku, demi Allah saya tidak lebih mencintai dunia beserta isinya menjadi milikku, sedang aku masih di atas ajaran yang dahulu.

Pemimpin Barisan Syuhada
Gelar ini terucap dari lisan manusia pilihan, muhammad Rasulullah 
عن جابر ابن عبد الله مرفوعا : " سَـيِّدُ الشُّهَدَاءِ حَمْزَةُ وَ رَجُلٌ قَامَ إِلَى إِمَامٍ جَائِرٍ فَأَمَرَهُ وَنَهَاهُ فَـقَـتَلَهُ "
“Dari Jabir marfu’ : pemimpin para syuhada adalah hamzah dan laki-laki yang berdiri ke hadapan seorang penguasa yang jahat, ia memerintahkan kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar kemudian ia dibunuh.”
Beliau termasuk ashabul badar dan pengalamannya dalam medan jihad cukup memuka. Sebelum peperangan badar kubra, beliau pernah menjadi utusan pasukan kecil beranggotakan 30 laki-laki pada bulan Ramadhan tahun pertama hijrah dengan membawa bendera putih untuk sabotase pasukan dagang Quraisy. Hamzah pun sempat bertemu dengan Abu Jahal dengan pasukannya yang berjumlah 300 tentara, keduanya tidak sampai bertempur karena Mujdi bin Amru menghalanginya.
Beliau adalah seorang mujahid yang lihai dalam mengunakan senjata dan faham akan siasat perang, hal ini sebagaimana diakui oleh musuh-musuhnya ketika mereka tertawan dalam perang Badar. Beliau;ah salah satu sahabat yang ditunjuk oleh Rasulullah  untuk perang tanding (al mubarazah) dan mampu membunuh lawannya Utbah bin Rabi’ah. Dan ketika itu pula beliau salah satu sahabat yang berperang di hadapan Rasulullah.
Hamzah menemui syahidnya pada perang Uhud setelah lebih dari 30 orang kafir yang ia bunuh. Ia terbunuh oleh seorang budak Jubair bin Muth’im yang bernama Wahsyi Al Habsyi pada pertengahan Syawal tahun 3H pada usianya yang tidak lebih dari enam puluh tahun. Ia mendapat julukan Asadullah dan disebut sebagai pemimpin barisan syuhada.

Mutiara Hikmah

1. Kecintaan Rasulullah  kepada Hamzah nampak tatkala ia syahid dengan kondisi tubuh yang tercincang-cincang.
Rasulullah  bersabda,
رَحِمَكَ اللهُ أَيْ عَمّ ! كُنْتَ وَصُوْلاً لِلرَّحِمِ ، فَعُوْلاً لِلخَيْرَاتِ
“semoga rahmat Allah  tercurahkan kepadamu wahai paman ! engkau adalah orang yang selalu menyambung silaturrahim dan berbuat kebaikan.”
Rasulullah  juga bersabda, “Seandainya saya menang nanti, saya akan mencincang-cincang mereka menjadi 72 bagian, kemudian Allah  menurunkan ayat,
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” QS. An Nahl : 126-127
dan pada kesempatan yang lain beliau bersabda berkenaan ayat tersebut,
كُفُّوْا عَنِ الْقَوْمِ
“Tahanlah dirimu dari (mencincang-cincang) selompok kaum.”
2. Hamzah  pernah berkata, dari Rasulullah  beliau bersabda,
اِلْزَمُوْا هَذَا الدُّعَاءَ : اللَّـهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُـكَ بِاسْمِكَ اْلأَعْـظَمِ وَرِضْوَانِكَ اْلأَكْـبَرِ
“Hendaklah kalian selalu mengucapkan doa ini, “Ya Allah, sesungguhnya saya minta kepada-Mu dengan menyebut nama-mu yang paling agung dan keridhaan-Mu yang paling besar.”
3. Dari Jabir bin Abdillah ia berkata, Rasulullah  mengubur dua orang dalam satu liang lahat, beliau bersabda, “Siapakah yang lebih banyak hafalan Al Qur’annya ? saya mrnjadi saksi bagi mereka pada hari Kiamat ,” mereka dikubur bersama darahnya yang masih mengalir tanpa dimandikan. Hamzah sendiri dikubur dalam satu liang lahat bersama anak saudaranya Abdullah bin Jahsyi, dan ketika baginya hanya ada kain kafan yang jika ditutupkan ke kepalanya, kakinya terbuka dan sebaliknya jika kain tersebut diturunkan ke kaki, kepalanya akan nampak terbuka. Akhirnya kain kafan tersebut dinaikkan hingga ke kepala, sedangkan kakinya ditutup dengan dedaunan.

Abu Bakar Ash Shiddiq

Nama beliau adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Kaab bin Saad bin Taim bin Murrah bin Kaab bin Luaiy. Ibunya bernama ummul Khair binti Shakhr bin Amir, ia meninggal sebagai seorang muslimah.
Dahabat yang mulia ini memiliki beberapa julukan yang baik, di antara nama julukan tersebut keluar dari lisan seorang Nabi dan Rasul dan itu menunjukkan akan keutamaan yang beliau miliki.
1. Al ‘Atiq
Nama ini karena beliau berwajah tampan, namun ada yang mengatakan, sebabnya karena ia memiliki nasab yang bersih. Dan yang lain mengatakan, julukan itu dari Rasulullah .
أنت عتيق من النار
“Engkau adalah orang yang terjauhkan dari api neraka.”
2. Ash Shiddiq
Nama ini ada kaitannya dengan peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Aisyah  menceritakan bahwa ketika nabi solallahu 'alaihi wasallam melakukan perjalanan menuju masjidil Aqsha dan kembali pada saat
3. Abu Bakar
Sebutan ini sebagaimana Rasulullah  bersabda,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ صَائِمًا ؟ قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ : أَنَا . قَالَ : مَنْ تَصَدَّقَ صَدَقَةً ؟ قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ : أَنَا . قَالَ مَنْ شَهِدَ جَنَازَةً ؟ قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ : أَنَا . قَالَ : مَنْ أَطْْعَمَ الْيَوْمَ مِسْكِيْنُا ؟ قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ : أَنَا . قَالَ : مَنْ جَمَعَهُنَّ فِيْ يَوْمٍ وَاحِدٍ وَجَبَتْ لَهُ أَوْ غَفَرَ لَهُ
Dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah  bersabda, "siapakah yang pagi ini shaum ?" Abu Bakar menjawab, saya. Rasulullah  bertanya, "siapakah pagi ini yang telah bershadaqah ?" Abu Bakar menjawab, saya. Rasulullah  bertanya, "siapakah pagi ini yang telah berta'ziyah ?" Abu Bakar menjawab, saya. Rasulullah  betanya, "siapakah pagi ini yang telah memberi makan orang miskin ?" Abu Bakar menjawab, saya. Rasulullah  bertanya, "siapa saja yang telah telah melakukan itu semua dalam satu hari ini, ia wajib masuk surga arau mendapat ampunan."

Keislamannya
Ia adalah satu-satunya pemimpin Quraisy yang masuk Isam tanpa ada keraguan sama sekali atau menunggu hingga beberapa lama kemudian. Ketika ia mendengar dakwah Rasulullah , ia pun segera mungkin membenarkannya. Rasulullah  pernah bersabda, "saya tidak mendapati seorang pun, karena ajakanku kepada Islam melainkan ia pasti ada keraguan dan keengganan kecuali Abu Bakar. Ia tidak berlambat-lambat tatkala saya menyebutkan, tidak pula ia ragu."
Tatkala kaum muslimin diimtimidasi oleh orang-orang Quraisy, Abu Bakar pun tidak luput dari hal itu, sehingga ia minta izin untuk berangkat hijrah menuju Habasyah. Ia keluar pun dari kota Makkah. Setelah sehari melakukan perjalan, ia bertemu dengan Ibnu Ad Dughnah saudara bani Al Harits bin Bakar. Ia termasuk pemuka Quraisy. Ia bertanya, hendak kemana wahai Abu Bakar ? tetapi Abu Bakar menjawab, "kaumku telah mengusirku, menyakiti dan mengintimidasiku."

'Aisyah binti Abu Bakar

'Aisyah ra adalah salah satu putri seorang yang paling dicintai oleh rasulullah. Ia lahir di kota Mekkah pada tahun 8 atau 9 sebelun hijrah ke Madinah. Beliau pun wanita yang paling dicintai olehnya dari sekian istri beliau dan ia juga satu-satunya istri rasulullah yang masih gadis/muda.
Khaulah binti Hakim (istri utsman bin Mazh'un) pernah menawarkan kepada rasulullah untuk menikah, ia berkata, "wahai rasulullah, tidakkah engkau menikah ?" rasulullah menjawab, "dengan siapa ?" Khaulah berkata, "jika engkauu menghendaki ada seorang gadis, atau yang telah janda." Rasulullah berkata, "dua-duanya." Khaulah berkata, "adapun yang masih gadis, ia adalah anak seorang yang paling engkau cintai yaitu Aisyah binti Abi Bakar. Dan yang janda, ia adalah Saudah binti Zam'ah. Ia telah beriman kepada rabb-mu dan mengikuti jejakmu. Kemudian rasulullah pun menyuruhnya agar mendatangi keduaanya.
Diriwayatkan dari Hisyam dari bapaknya daari 'Aisyah ra rasulullah bersabda,
أريتك في المنام مرتين ورجل يحملك في سرقة منن حرير . فيقول : هذه امرأتك . فأقول : إن كان هذا من عند الله عزوجل يمضيه
"Saya telah bermimpi tentang kamu sebanyak dua kali, ada seorang laki-laki yang membewa gambarmu dengan kain dari sutra. Ia berkata, "Ini adalah calon istrimu kelak." Saya berkata, "Jika ini dari Allah, Ia akan menjadikanya."
Dan 'Aisyah menuturkan tentang perikahannya dengan rasulullah, "Nabi saw. menikahiku di usiaku yang ke-6."

Keistimewaannya
Ummul mukminin adalah seorang yang penyandang bendera ilmu dan pengetahuan serta beberapa keistimewaannya yang lain, di antaranya adalah :
1. Sebagai istri yang paling dicintai oleh suami
عن عمرز ابن العاص أنه أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال : أي الناس أحب إليك ؟ قال : عائشة . قال : ومن الرجال ؟ قال : أبوها . قال ثم من ؟ قال : عمر .
Dari Amru bin Al Ash bahwasannya ia pernah datang kepada rasulullah dan bertanya, "Siapakah wanita yang paling engkau cintai?" beliau menjawab, "Aisyah." Dan siapakah laki-laki yang paling engkau cintai ? beliau menjawab, ayahnya. Lalu siapa lagi ? beliau menjawab, Umar."
2. Salah satu wanita yang sempurna di dunia ini.
عن أبي موسى الأشعري قال : قال رسول الله : كمل من الرجال كثير ولم يكمل من النساء إلا مريم بنت عمران و آسية امرأة فرعون وفضل عائشة على النساء كفضل الثريد على سائر الطعام
Dari Abu Mussa Al Asy'ari ra ia berkata: Rasulullah bersabda, "laki-laki yang sempurna telah banyak, namun tidak ada wanita yang sempurna kecuali maryam binti Imran, Asiyah isttri Fir'aun dan keutamaan 'Aisyah di atas para wanita aadalah ibarat keistimewaan bubur dari seluruh makanan."

3. Beliau adalah salah satu wanita yang mendapat salam dari Malaikat Jibril
عن عائشة أن رسول الله قال : إن جبريل عليه السلام يقرأ عليك السلام . قلت : وعليه السلام ورحمة الله
Dari 'Aisyah ra ia berkata, Rasulullah bersabda, "sesungguhnya Jibril alaihissalam mengucapkan salam untukmu ('Aisyah). Saya berkata: wa 'alaihissalam warahmatullah."

4. Ia adalah wanita yang takut kepada Allah

Beliau pernah bernazdar untuk tidak berbicara dan berada dalam satu majlis dengan ibnu Zubair selama-lamanya. lalu ibnu Zubair mencoba meminta peertolongan kepadanya, namun apa jawabannya, "Demi Allah, saya tidak akan pernah memberi pertolongan kepada ibnu Zubair selama-lamanya." Setelah ini berlangsung lama, suatu ketika Al Musawwar bin Mahramah dan Abdullah bin Al Aswad beercakap-cakap dengan ibnu Zubair, Ibnu zubair berkata, "beeeersumpahlah ataas nama Allah untuk tidak mengajakku bertemu dengan 'Aisyah, sebab ia telah bernazdar untuk tidak lagi menyambung tali persaudaraan denganku." Namun kemudian merka bedua datang ke 'Aisyah ra bersama ibnu Zubair. Keduanya pun mengusap salam dan berkata, "Bolehkah kami masuk ? 'Aisyah menjawab: masuklah ! apakah semuanya ? ia menjawab; "Ya, semuanya." Saat itu 'Aisyahh belum mengetahui bahwa bersama mereka ada ibnu Zubair, maka ketika 'aisyah melihat/mengenalnya, ia sepontan menangis. Kemudian barulah Al Amusawwar memberi nasehat kepadanya dengan saaabda rasulullah
لايحل لمسلم أن يهجر أخاه فوق ثلاثة
Kemudian, karena beliau telah melanggar nazdarnya, ia pun membayar kafarahnya dengan memerdekakan budak.
5. Ia seorang ulama yang bersungguh-sungguh dalam beribadah
Ia termasuk shahabiyah sekaligus istri rasul yang pandai, cerdas dan berilmu. Beberapa sahazbat dan tabiin telah menjadikan beliau sebagai salah satu tempat bertanya dalam persoalan syar'I. Karena beliau sangat menguasai persoalan Al Quran, hadits, fiqih, ilmu pengobatan (ath thib) dan pandai akan syair. Beliau hafal sekian banyak hadits tanpa beliau menulisnya, karena tidak ada riwayat yang sharih yang mengatakan bahwa beliau menuis hadits, akan tetapi mungkinn saja ia memerintahkan seseorang untuk menuliskan dan ia mendektenya.
Menurut sebuah riwayat, beliau meriwayatkan hadits sebanyak 2210 hadits. Jumlah ini menduduki peringkat ketiga dari sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Jumlah tersebut, beliau meriwayatkannya dari rasulullah secara langsung, namun ada juga dari sahabat yang lain, seperti, ayahnya, umar bin Khattab, Fathimah dan Saad bin Abi Waqosh.

'Aisyah Ummull Mukminin Wafat Pada Bulan Ramadhan


Abdullah bin Mas'ud
Ia dikenal dengan sebutan Abu Abdurraman. Ibunya bernama ummu Abdillah binti Abdulwudd. Ibnu Mas'ud merupakan orang kenam yang masuk Islam sebagaimana beliau menuturkan, "saya melihat bahwa diriku adalah orang keenam masuk Islam di dunia ini."
Keislamannya berawal dari pertemuannya dengan Nabi Muhammad dan Abu Bakar, saat itu beliau sedang menggembala kambing milik Uqbah bin Abi Mu'ith. Rasulullah bertanya, "Wahai anak kecil adddakah dari domba-domba itu yang memiliki air susu ?" Ibnu Mas'ud menjawab, "ya, akan tetapi domba-domba itu adalah amanahku." Nabi bersabda, "Ambillah seekor kambing." Ibnu Mas'u pun mengambil anak domba, lalu rasulullah mengusab bagian puting susu anak domba tersebut yang belum cukup umur sambil beerdoa, sehingga keluarlah air susunya. Raaasulullah memerikannya semangkuk susu kepada Abu Bakar, "minumlah." Abu bakar pun meminumnya dan rasulullah memerintahkannya untuk memeras kembali putting tersebut sehingga keluarlah sebagaimana raasulullah melakukannya. Ibnu Maas'ud berkata, "Wahai rasulullah ! ajarkanlah kepadaku satu dari ayat Al Qur'an." Lalu raasulullah mengusap kepalanya sambil bersabda, "Sesungguhnya engkau addalah anak yang cerdas/terpelajar."
Sejak ia masuk Islam, ialah orang pertama yang berani menyuarakan Al Qur'an secara terang-terangan di kota Makkah, padahal rasulullah sendiri telah mengkhawatirkannya. Karena pada saat itu beliau masih belum memiliki beking yang kuat di kalangan kabilah Quraisy, tetapi Abdullah bin Maas'ud tetap berkata,
دعوني فإن الله سيمنعني
"biarkanlah aku ! biarlah Allah yang akan menghalangiku."
Paada waktu dhuha, ia pergi menuju perkumpulan orang-orang Quraisy dan membacakan ayat dengan lantang,
بسم الله الرحمن الرحيم . الرحمن . علم القرآن . خلق الإنسان علمه البيان
Sepontan orang-orang Quraisy mengatakan, "Kaimat apa yang dikatakan oleh Ibnu Ummi Abdin ?! ia telah mengucapkan apa yang dibawa oleh Muhammad !" Sejurus kemudian beberapa pukulan menghantam muka ibnu Mas'ud, namun ia pun tetap melantunkan ayat tersebut. Dan para sahabat berucap, "inilah sebenarnya yang sangat kami khawatirkan pada dirimu wahai Ibnu Mas'ud." Ibnu Mas'ud menjawab, "Musuh-musuh Allah itu lebih ringan bagiku sekarang, jika saja kalian mengizinkanku melakukannya kembali, aku akan mengulanginya." Para sahabat beeerkata, "cukup ! engkau telah memperdengarkan kepada mereka sesutu yang mereka benci."
Dengan peristiwa itu para sahabat tidak mencela Ibnu Mas'ud sedikitpun atau meremehkannya, namun mereka menghiburnya dengan kata-kata, "engkau telah memperdengarkan sesuatu yang mereka benci."

Sosok Ulama Sahabat
Ia adalah salah seorang sahabat yang mulia sekaligus ulamanya bagi para sahabat. Beliau sangat dekat dengan Rasulullah dan hampir tidak pernah berpisah dengannya, karena beliau adalah yang membawa sandal dan siwak rasulullah tatkala. Ia pernah berkata, "Demi Allah, tidak ada satu ayat pun yang turun melainkan saya mengetahui di mana dan bagaimana ayat itu turun." Pengakuannya diakui oleh utbah bin Amru.
Ibnu Mas'ud mendapat julukan kunaif artinya mangkuk kecil seorang pengembala yang penuh dengan ilmu. Abu Musa Al Asy'ari berkata, "janganlah kamu bertanya kepada yang lain selama Ibnu Mas'ud masih ada."
Ali bin Abi Thalib berkata, "Kami pernah bersama-sama dengannya dalam satu majlis, mereka (para sahabat) berkata: kami tidak pernah mendapatkan seorang laki-laki yang lebih baik akhlaknya, seorang guru yang lemah lembut, baik pergaulannya, sangat hati-hati selain Ibnu Mas'ud ra. Ali bertanya kepada mereka: apakah hati kalian jujur ? mereka menjawab: ya. Ali berkata: ya Allahh saya bersaksi bahwa saya pun mengatakan apa yang mereka katakan tentang Ibnu Mas'ud."
Karirnya Dalam Perjuangan Islam
Ketika perintah hijrah terdengar, Ibn Mas'ud adalah sahabat yang memenuhi panggilan tersebut, sebagaimana ia pun hadir dalam perang Badar Kubra. Ibnu Mas'ud berangkat ke Madinah dari Habasyah, karena ia termasuk kelompok pertama yang hijrah ke Habasyah. Beliau dipersaaudarakan dengan Anas bin Malik ra.
Tibalah pada hari pembeda, di mana dua pasukan besar bertemu untuk berhadapan secara fisik, yaitu pasukan pembawa bendera kebenaran dan pembawa bendera kebatilan. Abdullah bin Mas'ud adalah salah satu sahabat yang pernah dipukul oleh Abu Jahal ketika di Baitul Haram saat beliau membaca ayat di hadapan orang-orang Quraisy. Pada perang ini Abdullah bin Mas'ud membunuhnya dengan tangannya setelah ia tersungkur dari kudanya oleh dua anak muda dari Anshar. Ibnu Mas'ud berkata kepada Abu Jahal, "Hari ini, Allah telah menghinakanmu wahai musuh Allah !" ia menjawab, "Engkaukah orang yang menggembala domba itu ? Sungguh, engkau telah menapaki tangga yang amat sulit."
Pada perang Uhud, ia saalah seorang yang mengelilingi rasulullah di saat kondisi pasukan terdesak karena serangan pasukan Khalid bin walid yang mampu membobol pasukan pemanah kaum muslimin.
Pada pemerintahan Umar bin Khathab, ia ditunjuk sebagai gubernur untuk wilayah Kufah dengan hasil para penduduk setempat sangat senang dengan kehadirannya.
Beliau wafat tiga tahun sebelum Utsman wafat dan ia dimakamkan di Baqi' pada tahun 32 H.

Mutiara Hikmah
Ada beberapa point yang dapat kita petik daari sekilas perjalanan hidupnya sebagai muslim baik mereka yang disebut ulama atau bagi siapa yang mendambakan dirinya sebagai seorang mujahid.
1. Siap menghadapi kematian kapan pun ia datang
Ia pernah berkata, "Sesungguhnya kalian berlalu dari siang dan malam dalam keadaan waktu yang seslalu berkuran, amalan-amalah terjaga dan kematian daatang dengan tiba-tiba. Siapa saja yang menanam kebaikan, ia akan menuainya dengan rasa senang, siapa saja yang menanam keburukan, ia akan menuainya dengan penuh penyesalan. Setiap penanam akan menuai apa yang ia tanam, siapa saja yang berlambat-lambat tidak akan mendapatkan sesuatu apapun, dan siapa saja yang tamak tidak akan mampu meraih selamapun mereka mampu. Siapa saja yang dikaruniai kebaikan, Allah-lah yang memberi. Siapa saja yang terjaga dari keburukan, Allah-lah yang penjaganya. Ketaqwaan adalah pemimpin, kefaqihan adalah komandannya dan berjamaah adalah sebuah kebaikan."

2. Ilmu yang hilang disebabkan karena dosa yang dilakukan.
إني لأحسب الرجل ينسى العلم كان يعلمه بالخطيئة يعملها
"Saya yakin, bahwa seorang laki-laki yang lupa akan ilmu yang telah ia ketahui, karena kesalahan/dosa yang ia lakukan."
3. Hindarilah Taqlid
"janganlahh kamu taqlidkan agamamu kepada seseorang ! jika seseorang tersebut beriman, ia juga beriman, jika ia kafir pun juga kafir. Hendaklah kalian mencontoh generasi yang telah wafat, sebabbb yang masih hidup tidak ada jaminan terbebas dari fitnah."
4. s
5.


Muadz bin Jabal

Beliau adalah Muadz bin Jabal bin Amru bin Aus bin Aidz bin Adi, ia bersaudara dengan Salamah bin shoad dan nisbahnya kepada Bani Salamah. Ia dikenal dengan Abu Abdurrahman, salah satu dari orang-orang yang ikut dalam bai'atul aqobah pertama yang berjumlah 70 orang, ikut dalam perang badar dan perang Uhud. Dan ketika kaum muhajirin datang ke Madinah, ia dipersaudarakan dengan Abdullah bin Mas'ud atau dalam riwayat lain dengan Ja'far bin Abu Thalib.
Beliau termasuk salah satu sagabat yang pernah menjadi utusan rasulullah ke Yaman bersama Abu Musa Al Asy'ari sebagaimana penuturan beliau sendiri. Beliau menuturkan bahwa rasulullah ketika mengutusnya ke Yaman, beliau mengiringi keberangkatannya –rasulullah berjalan di sisi kuda yang beliau tunggangi– hingga perbatasan Madinah, kemudian beliau bersabda,
يا معاذ إنك عسى أن لا تلقاني بعد عامي هذا ولعلك أن تمر بمسجدي هذا وقبري
"wahai Muadz ! mungkin engkau tidak akan bertemu kembali denganku setelah tahun ini dan mudah-mudahan kelak engkau dapat melewati masjidku dan kuburanku.
Lalu Muadz pun menangis karena merasa sedih dengan kabar akan berpisah dengan rasulullah saw. setekah itu rasulullah saw. membalikkan badannya ke arah Madinah dan bersabda,
إن أولى الناس بي المتقون من كانوا و حيث كانوا

Generasi Tabi’in

Hasan bin Abi Hasan Al Bashri
Beliau adalah Al Hasan bin Abi Al Hasan Yasar, Abu Sa’id, bekas budaknya Zaid bin Tsabit Al Anshori, dan Ghodiroh bin Qorhid Al Ayyubi berkata: Beliau adalah budak Abi Yasar Ka’ab bin Amru As Salami dan ibunya pembantu Ummu Salamah, Ummul Mu’minin dan ada yang mengatakan ia adalah pembantu Jamil bin Qutbah.
Beliau pada tahun kedua dari kekhilafahan Umar dan dijuluki Abu Sa’id. Abu Said banyak meriwayatkan hadits dari Imron bin Husain, Mughiroh bin Syu’bah, Abdurrohman bin Samuroh, Samuroh bin Jundub, Abi Bakroh Ats Tsaqofi, Nu’man bin Basyir, Jabir, Jundub Al Bajali, Ibnu Abbas, Amru bin Taqlib Ma’qib bin Yasar, Al Aswad bin Sari’, Anas, dan dari sahabat yang lain.
Beliau juga banyak meriwayatkan dari tabi’in, seperti, Ayyub, Syaiban, An Nahwi, Yunus bin Ubaid, Ibnu Aun, Humaid At Thowil, Tsabit Al Bunani, Malik bin Dinar, Hisyam bin Hasan, Aban bin Yazid Al Athor, Qurroh bin Kholid, Hazm Al Qotho’I, Salam bin Miskin, Jarir bin Hazim, Robi’ bin Shobih, Yazid bin Ibrohim At Tustori, Mubarok bin Fadholah, Sumait bin Ajlan, Sholeh bin Amir Al Khozas, Abbas bin Rosyid, Abu Haris Abdullah bin Husain Qodisijislani, Muawiyyah bin Abdul Karim, Adh Dhol, Wasil Abu Hurroh, Ar Rokhosi, Hisyam bin Ziyad, Syubaib bin Syaibah, Ats Ats bin Baroz, Ats Ats bin Jabir Al Khudani, Ats Ats bin Abdul Malik Al Humroni, Ats Ats bin Suwar, Abu Al Asyhab, dan lain sebagainya.

Dengan keilmuannya yang tinggi, ia memiliki murid yang cukup baik dalam keilmuannya, seperti, Atho’, Thowus, Mujahid, dan Amru bin Syaibah.
Keistimewaannya
1. Ia adalah seorang ulama yang memiliki rasa khasyah yang tinggi kepada Allah dan siksa-Nya bagi orang-orang yang tidak mendapatkan rahmat-Nya.
Yazid bin Kausaf berkata: Aku tidak pernah melihat orang yang lebih takut dari Hasan dan Umar bin Abdul Aziz, sepertinya neraka tidak diciptakan kecuali hanya untuk mereka berdua.
Suatu ketika Al Hasan menangis, lalu salah seorang bernama Hafs bin Umar bertanya, "apa yang menyebabkan engkau menangis ?" Hasan menjawab, "Aku takut jika kelak (di akhirat) aku dilemparkan ke dalam api neraka, sedangkan aku tidak mempedulikannya."
2. Ia adalah ulama yang pendiam dan tidak suka bercanda.
Yusuf bin Asbal pernah berkata, "Al Hasan hidup selama 30 tahun tidak pernah tertawa dan 40 tahun tak pernah bercanda."
3. Ia adalah ulama yang tidak meninggalkan ibadah jihad.
Jabir bin Sulaiman berkata, "Hasan adalah orang yang keras dan pemberani menghunuskan pedangnya saat berperang dengan kaum musyrikin." Keberaniannya sangat diakui oleh sahabatnya yang hidup dalam satu masa.
Ibnu Uyainah berkata: Beliau wafat pada bulan Rojab tahun 120 Hijriyah.
Mutiara Hikmah
1. Celakalah 2 teman; dinar dan dirham, keduanya tidak bermanfaat bagimu sampai kamu meninggalkannya.
2. Duhai anak Adam ! Demi Allah, sesungguhnya jika kamu telah membaca Al-Quran kemudian beriman padanya, maka kesedihanmu di dunia akan bertambah panjang, ketakutanmu terhadap dunia bertambah keras dan tangisanmu bertambah lama dan panjang.
3. Seorang mu’min diketahui agamanya lewat pakaiannya.


Abu Hanifah / Nukman bin Tsabit



Genersai Tabi’it Tabi’in

MALIK BIN ANAS

Beliau adalah Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amru Al Harist bin Ghoiman bin Khutsail bin Amru bin Al Harits. Dia adalah qabilah Asbah bin Auf bin Malik bin Zaid bin Syadad bin Zar’ah Al Himyari. Ibu beliau Aliyah binti Syarik Al Azdiyah, paman-paman beliau adalah Abu Suhail Nafi’ dan Uwais, Ar Robi’, An Nadlr dan anak-anak Abu Amir.
Para ulama’ berselisih tentang kelahiran beliau, namun yang paling masyhur beliau dilahirkan pada tahun 93 Hijriyah. Pada tahun inilah pembantu Rasulullah Anas bin Malik meninggal. Imam Malik dilahirkan di Madinah sebuah kota yang merupakan sumber ilmu yang tinggi dan jejak-jejak Rasulullah dan para sahabat serta segenap tabi’in.
Beliau tumbuh di rumah ilmu, kota ilmu, Darul Hijroh, tempat kembalinya para ulama’ dalam menyandarkan pendapat mereka, tempat fatwa-fatwa yang berpengaruh. Beliau hafal Al Qur an ketika masih kecil, kemudia berpindah menghfal hadits, dan belajar kepada ulama’ sejak belia, bermulazamah kepada mereka salah satunya Abdurrohman bin Harmuz. Beliau belajar juga dari Nafi’, Sa’id Al Maqburi, Amir bin Abdullah bin Az Zubair, Ibn Al Munkadir, Az Zuhri, Abdullah bin Dinar, dan masih banyak lagi.
Dalam suatu riwayat beliau pernah berceriata: Saya punya saudara laki-laki di zaman Ibn Sihab, pada suatu hari ayah kami menberikan suatu permasalahan (persoalan), saudaraku menjawab dengan benar sedangkan saya salah, maka ayahku berkata: Kematian melalakan kalian dari menuntut ilmu, maka aku jengkel. Kemudian aku menghabiskan waktu untuk belajar kepada Abu Harmuz selama 7 tahun, dan saya tidak menuntut ilmu kepada selain beliau.
Dari sini jelaslah bahwa Ibn Harmuz mempunyai pengaruh yang kuat pada diri Imam Malik, karena beliau tidak belajar kepada Ibn Hurmuz sampai beliau menemui Nafi’. Imam Malik kemudian belajar kepada Ibn Syihab Az Zuhri setelah beliau mendapatkan ilmu yang banyak, sehingga beliau menjadi Dhobith, Hafidh. Baliau belajar kepada Az Zuhri tentang hadits sebagaiman belaiau belajar fiqih kepada Robi’ah bin Abdurrohman yang lebih di kenal dengan Robi’ah Ar Ro’yi.
Ada beberapa ulama’ yang meriwayatkan ilmu dari beliau diantaranya Az Zuhri, Yahya bin Sa’id Al Anshori, Yazid bin Abdullah bin Ahmad, dan selain mereka yang termasuk para guru Imam Malik dan Al Auza’ie, Ats Tsauri, Waroqo bin Umar, Syu’bah bin Al Hajjaj, Ibnu Lurij, Ibrohim bin Tohman, Al Laits bin Sa’ad, Ibn Uyainah, dan selain mereka dari sahabat-sahabat imam Malik serta yang lebih tua dari beliau. Juga Abu Ishaq Al Fazari, Yahya bin Sa’id Al Qatthon, Abdurrohman bin Mahdi, Al Husain bin Al Walid An Nisaburi, Raih bin Ubadah, Zaid bin Al Habab, As Safi’ie, Ibn Mubarok, Ibn Wahab, Ibn Al Qasim, Al Qasim bin Yazid Al Jarni, Maan bin Isa, Yahya bin Ayyub Al Misri, Abu Ali Al Hanafi, Abu Na’im, Abu Ashim, Abu Al Walid At Thoyalisi, Ahmad bin Abdullah bin Yunus, Ishaq bin Isa bin At Thobaq, Basyr bin Umar Az Zahroni, Zuwairiyah bin Asma’ dan Kholid bin Mukholid, Sa’id bin Manshur, Abdullah bin Roja’ Al Mahiy, Al Qarobi, Ismail bin Abi Uwais, Yahya bin Yahya An Nisaburi, Abu Mashar, Abdullah bin Yusuf At Tunisi, Abdul Aziz Al Uwaisi, Mahi bin Ibrohim, Yahya bin Abdullah bin Bakir, Yahya bin Qaz’ah, Qutaibah bin Sa’id, Abu Mus’ab Az Zuhri, Ismail bin Mussa Al Fazari, Kholaf bin Hisyam Al Bazar, Abdul A’la bin Hamad An Nursi, Suwaid bin Sa’id, Mus’ab bin Abdullah Az Zubairi, Hisyam bin Amar, Utaibah bin Abdullah Al Marwazi, Abu Hudaifah, Ahmad bin Ismail Al Madani, dan lain sebagainya.
Ketika beliau telah selesai mempelajari hadits, atsar, dan fiqih, belaiu menjadaikan masjid Nabawi sebagai tempat majlis belaiu untuk mengajar dan memberi fatwa, maka para penuntut ilmu fiqih mengikuti beliau dan fatwa beliau. Dan menurut mereka waktu itu umur beliau sekitar 17 tahun. Dalam satu riwayat beliau tidak mengeluarkan fatwakecuali setelah bermusyawaroh dengan beberapa guru beliau, dan seperti yang telah disebutkan didepan bahwa beliau pernah belajar kepada Ibn Hurmuz selama 7 tahun, hal itu menunjukkan bahwa beliau mulai mengeluarkan fatwa ketika umur beliau telah matang walaupun kita tidak tahu batasan kematangan umur beliau.
Dan berikut ini ada beberapa pujian ulama’ terhadap belaiu diantaranya Ibnu Uyainah berkata: Malik adalah alimnya ahli Hijaz, dia adalah seorang hujjah pada zamannya. Dan Abu Al Mughirah Al Mahzumi menyebutkan bahwa selama kaum muslimin menuntut ilmu, mereka tidak akan mendapatkan seoarang alim yang lebih alim dari pada ulama’ Madinah, mereka adalah Sa’id Al Musayyib, kemudian setelah beliau dari para gurunya Malik, kemudian Malik sendiri dan kemudian orang yang berpegang teguh pada ilmunya dan beliau (Malik) orang yang paling alim.
Dalm suatu riwayat bahwa Imam Syafi’ie jika disebutkan pada beliau nama-nama ulama’ maka Malik adalah bintangnya. Juga perkataan Imam Adz Dzahabi : Beliau adlah seorang alim di Madinah setelah zaman Rasululllah dan para sahabat beliau Zaid bin Tsabit, A’isyah, Ibnu Umar, kemudian Sa’id bin Al Musayyib, Az Zuhri, Ubaidillah bin Umar, dan kemudian Malik.
Keterangan dari Hambal bin Ishaq ia berkata: Saya bertanya kepada Abu Abdilah tentang Malik, maka beliau menjawwab: Malik adalah rua dari para pemimpin ahli ahli ilmu, beliau adalah imam dalam ilmu dan fiqih, kemudian dia melanjutkan: Dan siapakah yang seperti Malik, beliau mengikuti atsar yang terdahulu secara akal dan adab.
Al Harits bin Miskin berkata: Saya mendengar Ibnu Wahab berkata: Seandainya saya tidak bertemu Malik dan Al Laits maka saya akan tersesat. Kemudian perkataan Yunus bahwa ia mendengar As Syafi’ie berkata: Malik dan Uyainah adalah dua teman, jika tidak ada keduanya maka lenyaplah ilmu dari Hijaz.
Ibnu Umar Al Madani berkata: Saya mendengar As Syafiie berkata: Malik adalah guruku dan dari beliaulah saya mengambil ilmu. Dan juga perkataan beliau (Syafi’ie): Imam Malik jik aragu terhadap suatu hadits beliau membuang seluruhnya.
Keterangan dari Abu Uma bin Abdil Bar bercerita kepada kami Qasim bin Muhammad bercerita kepada kami Khalid bin Sa’ad bercerita kepada kami Utsman bin Abdurrohman bercerita kepada kami Ibrahim bin Nashr saya mendengar Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam berkata: Saya mendengar As Syafi’ie bercerita berkata kepadaku Muhammad bin Al Hasan: Guruku (Abu Hanifah) lebih alim dari pada gurumu (Malik) dan hendaklah gurumu tidak berbicara, dan tidak diam, lantas aku jengkel dan bertanya: Siapakah yang lebih tahu tentang as sunnah Malik atau gurumu ? Malik jawabnya.Tapi guru kami lebih bisa mengambil kesimpulan, ya kataku. Dan Malik lebih tahu tenteng kitabullah nasikh dan mensukhnya dan dengan sunnah Rasulullah dari pada Abu Hanifah. Dan barangsiapa yang lebih alim dari keduanya, maka ia lebih layak untuk bicara.
Ibnu Mahdi berkata: Imamnya manusia pada zamannya ada 4 : Ats Tsauri, Malik, Al Auza’ie, Hammad bin Zaid, dan dia berkata: Saya tidak melihat seorangpun yang lebih brilian dari pada Malik. Juga keterangan dari Abu Abbas As Siroj bahwa ia mendengar Aal Bukhari berkata: Sanad paling shohih adalah Malik dari Nafi’ dari Ibnu Umar. Al Bukhari berkata: Imam Malik mempunyai sekitar 1000 hadits (8/75). Ibnu Uyainah berkata: Malik tidak menyampaikan satu hadits kecuali yang shohih dan tidak membicarakan kecuali dari yang tsiqah. Saya tidak melihat Madinah kecuali akan roboh setelah wafatnya belilau. Juga katanya: Jika Malik menulis suatu hadits seorang syaikh tertentu, maka kami menulis juga darinya (ibid).
Abu Mus’ ab berkata: Saya mendengar Malik berkata: Saya tidak mendengarkan fatwa sebelum 70 orang yang bersaksi bahwa saya pantas untuk itu, dan juga diceritakan bahwa beliau jika hendak membicarakan suatu hadits beliau membersihkan badan terlebih dahulu, memakai parfum, menyela-nyela jenggot beliau dan mengenakan pakaian yang paling bagus dicincin beliau ada tulisan hasbiyallah wani’mal wakil.
Demikian pujian [para ulama’ terkemuka tentang bagaimana tingginya pengetahuan beliau, tetapi walaupun demikian beliau tetaplah manusia yang kadang-kadang bisa salah, lupa maupun keliru. Imam Malik tidak sekehendaknya saja mengeluarkan fatwa, menjawab pertanyaan yang tidak begitu beliau ketahui jawabannya. Beliau tidak seenaknya menjawab kalau beliau memang tidak tahu, tanpa ada rasa gengsi kalau tidak bisa menjawabnya. Sebagaimana diceritakan oleh Al Haitsam bin Jamil dia mendengar Imam Malik ditanya dengan 48 pertanyaan, beliau menjawab dalam yang 32 pertanyaan dengan “tidak tahu”.
Juga serita dari Kholid bin Khidasiy, bahwa dia datang kepada imam Malik dengan 40 pertanyaan, namun beliau tidak menjawab pertanyaan tersebut kecuali 5 soal saja. Beliau juga tidak merasa tinggi dengan ilmu yang beliau telah kuasai, jikalau ada orang yang membawa kepada beliau hal-hal yang beliau anggap beru dan belum beliau ketahui, beliau terima. Sebagaiman keterangan dari Yunus bin Abdul A’la, bercerita kepada kami Ibnu Wahab: Ibn Al Qasim berkata kepada Imam Malik: Tidak setela penduduk Madinah yang lebih tahu tentang masalah jual beli kecuali penduduk Mesir. Maka Imam Malik bertanya: Dari mana mereka belajar tentang hal itu ? Dari anda wahai Abu Abdillah jawabku. Maka beliau berkata: Saya saja tidak tahu tentang hal itu, bagaimana mungkin mereka mengetahuinya dariku.
Beliau juga menghoramati pendapat orang lain yang tidak sama dengan pendapat beliau, beliau pernah menolak ketika kholifah Al Manshur hendak menjadikan kitab beliau Al Mauwattho’ sebagai dasar rujukan utama bagi kaum muslimin. Seperti yang diceritakan oleh Ibn Sa’ad: Bercerita kepada kami Muhammad bin Umar, saya mendengar Malik berkata: Ketika Al Manshur berhaji, beliau memanggilku, maka aku berbincang-bincang dengan beliau, dan beliau bertanya kepadaku beberapa masalah dan aku menjawabnya. Baliau berkata: Saya ingin sekali menjadikan bukumu ini (Al Mauwattho’) sebagai rujukan resmi, maka kami salin bukumu itu kemudian saya sebarkan di kota-kota kaum muslimin, dan akan saya perintahkan supaya mereka mempelajarinya, meninggalkan yang lain dari ilmu-ilmu hadits karena saya melihat di dalamnya ada riwayat penduduk Madinah dan ilmu mereka. Maka saya menjawab: Wahai amirul mu’minin janganlah anda kerjakan hal itu. Sebab manusia sudah dmenyebutkan beberapa perkataan, mendengar beberapa hadits, meriwayatkan beberapa riwayat, dan setiap kaum mengambil apa-apa yang disebutkan kepada mereka serta mereka telah mengamalkannya, mencatatnya dari perbedaan-perbedaan pendapat ssahabat Rasulullah dan selain mereka. Dan sesungguhnya memalingkan mereka dari apa yang mereka yakini itu sangat susah. Maka biarkanlah mereka dengan apa yang mereka pegang, dan biarkan mereka dengan apa yang mereka pilihbagi diri mereka sendiri. Maka beliau berkata: Demi umurku, seandainya engkau menyetujui permintaanku niscaya saya akan menyuruh hal itu.
Sekarang mari kita simak beberapa nasehat dan pesan beliau kaepada kita, diantaranya riwayat Harmalah: Bercerita kepada kami Ibnu Wahab: Saya mendengar Malik berkata: Ketahuilah bahwa suatu kerusakan yang besar apabila seseorang berbicara dengan setiap apa yang ia dengar. Dari Ibnu Wahab: Saya mendengar Malik berkata: Saya tidak belajar ilmu kecuali untuk diriku, bukan untuk supaya manusia membutuhkanku. Dari Ahmad bin Sa’id Ar Ribath: Saya mendengar Abdurrozzaq berkata: Sandal Amru bin Qais Al Makki bertanya kepada Malik tentang suatu masalah, Kemudian Malik menjawabnya: Maka sandal berkata: Anda juga manusia, kadang-kadang anda salah, kadang-kadang anda tidak benar. Benar, dan beginilah menusia, jawab Malik.
Dari Harmalah bercerita kepada kami Ibnu Wahab: Saya mendengar Malik berkata: Berdebat dalam masalah dien tidak ada artinya. Dari Al Haris bin Miskin, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Al Qasim, ditanyakan kepada Malik: Kenapa anda tidak mengambil hadits dari Amru bin Dinar ? beliau menjawab: Saya telah mendatanginya dan saya mendapakan orang- orang mengambil hadits darinya dengan berdiri, oleh sebab hal itu saya merasa tidak pantas mengambil hadits Rasul dengan berdiri.
Dari Ibrohim bin Al Mundzir bercerita kepada kami Ma’an dan selainnya dari Malik ia berkata: Ilmu tidak diambil dari seorang yang nyata-nyata bodoh walaupun orang itu benar-benar sehat akal dan badannya, orang ahli bid’ah yang menyeru kepada hawa nafsunya, orang yang berdusta dalam perkataan menusia walaupun saya tiadak menuduhnya ia berdusta dalam hadits, orang yang sholeh dan ahli ibadah namunia tidak bisa menjaga apa yang ia katakan. Diriwayatkan bahwa Malik berkata: Seandainya saya berkuasa atas orang yang menafsiri Al Qur an (menafsiri dengan pendapat akal sendiri), niscaya akan saya pukul kepalanya. (idem 8/97)
Dari Al Hulwani saya mendengar Muthorrif bin Abdullah saya mendengar Malik berkata: Rasulullah telah menetapkan beberapa sunnah, begitu juga beberapa pemimpin setelah beliau, mengambilnya berarti mengikuti Kitabullah, sempurna ketaatannya kepada Allah, kekuatan atas dienullah, tidak ada seorangpun yang berhak merubahnya, menggantinya, berpendapat yang menyelisihinya, dan barangsaipa yang berpetunjuk dengannya, maka ia tertolog. Dan barangsaipa yang meninggalkannya, maka ia mengikuti selain jalannya orang mu’min. Allah akan menguasakan padanya apa yang ia anut, tempat kembalinya jahannam seburuk-buruk tempat kembali.
Dari Ibnu Wahab berkata Malik: Manusia akan meliahat Allah di jannah dengan matanya. Dari Yunus As Shodafi bercerita kepada kami Asyhab dari Malik ia berkata: Al Qodariyah, janganlah engaku meliahat mereka dan sholat dansholat di belakang mereka. (idem 8/102)
Beliau meninggal dipagi hari Ahad tanggal 14 Rabi’ul Awwal pada tahun 179 Hijriyah bertepatan 795 Masehi, setelah beliau menderita sakit selama 22 hari begini yang dikatakn Al Qadhi Iyadh.
Dan menurut Abu Mus’ab Az Zuhri beliau wafat pada tanggal 11 Rabi’ul Awwal (idem 8/130). Ismail bin Abi Uwais berkata: Saya bertanya kepada keluarganya: Apa yang beliau ucapkan ketika akan wafat ? jawab mereka:Bersahabat dan menyetir satu ayat dari surat Ar Rum ayat 4. Dan orang yang menyalati jenazah beliau diantaranya Abduullah bin Muhammad bin Ibrohim bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas Al Hasyimi, dan yang mmandikan beliau adalah Ibnu Abi Zambar dan Ibnu Kinanah, anak beliau Yahya dan Katib beliau beberapa orang. Beliau berwasiat supaya dikafani dengan kain putih, beliau dikuburkan di Baqi.
Al Qadhi Iyadh berkata: Mengenai umur beliau benyak perbedaan pendapat, Abdullah bin Nafi’ As Shiigh, Ibnu Abi Uwais, Muhammad bin Sa’ad dan Habib berpendapat usia beliau85 tahun, dan dikatakan 84 dan dikatakan 87 tahun. Al Waqidi berkata 90 tahun, dan Al Firyabi, Abu Mus’ab berkata 86 tahun, Al Qan’abi berkata 89 tahun. Abu Amr berkata: Beliau meninggalkan 2627 dinar dab 2.000 dirham (idem 8/133).
Beliau wafat meninggalkan tiga orang putra dan seorang putri yang namanya mereka adalah Yahya, Muhammad, Hammadah dan Ummu Abih (biografi 4 serangkai imam madzhab KH Munawar Kholid bulan bintang hal 133). Sepanjang riwayat bahwa imam Malik telah hafal sebanyak 100.000 hadits, dan beliaulah yang paling hafal hadits pada zamannya sebagaimana kata Ibnu Qudamah. Kemudian hadits-hadits tersebut beliau selidiki lebih lanjut dan periksa lebih dalam lagi sehingga tinggal 10.000 hadits. Kemudian sisa yang 10.000 tadi beliau selidiki kembali dan dicocokkan dengan kitabullah dan sunnah rasulullah maka akhirnya tinggal 5.000 hadits. Jadi keseluruhan yang beliau tinggalkan ada 95.000 hadits.
Kemudian hadits yang sudah terseleksi tadi beliau susun menjadi satu kitab yang dikenal dengan Al Muwattho’. Dinamakan Al Muwattho’ karena menurut beliau yaitu Aku telah menunjukkan kitab ini kepada 70 ulama’ ahli fiqih di Madinah, mereka setuju oelh sebab hal itu saya beri nama Al Muwattho’. Dilain riwayat bahwa imam Malik ketika hendak menyusun kitabnya beliau selalu memikirkan tentang apa nama yang cocok untuk bukunya, sampai suatu malam beliau beliau bermimpi berjumpa dengan Rasulullah dan bersabda: Ratakanlah (sebarkanlah) ilmu ini kepada manusia ! Dengan demikian beliau namakan kitab Al Muwattho’ (idem 132).


Ahmad bin Hambal


ABDULLAH BIN MUBAROK

NAMA DAN NASAB BELIAU
Abdullah bin Mubarok bin Wadhih Al Handholi At Taimi, julukannya Abu Abdurromhan Al Maruzi. (Al Handholi)
Beliau adalah syikhul islam yang faqih dizamannya, di samping itu beliau seoranga hafidh yang ahli perang, dermawan dan zuhud. Beliau dilahirkan di Turki (Marwa, Khurosan) pada tahun 118 Hijriyah. Ibunya berasal dari Khowarizm sedangkan ayahnya dari Turki, lahir di tengah-tengah keluarga yang sangat kaya raya. Bapaknya adalah saudagar kaya dari Handholah. Ibnu Mubarok mulai belajar dari ayahnya, setelah itu beliau bermulazamah kepada seorang faqih Robi’ bin Anas Al Khurosani. Ia menuntut ilmu darinya sebanyak 40 hadits. Kemudian mulai berkelana mencari ilmu pada tahun 141, ia berguru kepada beberapa ulama’ dari generasi akhir tabi’in. Beliau mencurahkan seluruh waktunya untuk mencari ilmu, berjihad dan berdagang.

GURU-GURU BELIAU
Selain berguru kepada Robi’ bin Anas, beliau juga berguru kepada beberapa orang ulama’ diantaranya: Sulaiman At Taimi, Humaid At Thowil, Hisyam bin Urwah, Ismail bin Abi Kholid A’masy, Yahya bin Sa’id Al Anshori, Abdullah bin Aun, Musa bin Uqbah, Husain Al Mu’allim, Handholah As Sadusi, Al Auza’I, Abi Hanifah, Ibnu Juraij, Ma’mar, Ats Tsauri, Su’bah, Malik, Lais, Husyaim, dan masih banyak guru-guru beliau yang lain.

MURID-MURID BELIAU
Beliau mempunyai beberapa murid yang masyhur diantaranya: Ma’mar, Abu Ishaq, Al Fazari, Ibn Wahb, Ibn Mahdi, Abu Daud, Al Qatthon, Abdurrozzaq bin Hamam, Ibn Mu’in, Hibban bin Musa, Muslim bin Ibrohim, Ahmad bin Mani’, Ali bin Hujr, Ya’qub, Hasan bin Robi’ Al Burrozi, Yahya bin Adam, Husein bin Hasan Al Maruzi, Ibrohim bin Mujassar, Abdan, Affan, Abu Bakar bin Abi Saibah, Abu Salamah Al Minkari, Hasan bin Isa bin Mujarjar.
Selain menuntut ilmu kepada ulama’ Khurosan beliau juga menuntut ilmu kepada para ulama’ Haramain, Syam, Mesir, dan Iraq.

Keistimewaan dan Hikmah

Beliau mempunyai beberapa kelebihan pada dirinya sebagaimana para ulama’ katakan diantaranya; Hasan bin Isa bercerita: Suatu hari beberapa ulama’ terkemuka diantaranya Fadhol bin Musa, Mahlad bin Al Husain berkumpul disuatu tempat. Satu diantara mereka berkata: Marilah kita menghitung kelebihan Ibnu Mubarok, maka yang lain menjawab: Beliau sangat menonjol dalam hal fiqih, adab, nawu, lughah, selain itu beliau adalah orang yang zuhud, rajin dalam ibadah dan qiyamullail, paling banyak berhaji, terkenal keberaniannya di medan juang, dan beliau orang yang tidak suka bergurau serta paling sedikit berdebat dengan sahabat-sahabatnya.

1. Ilmu yang bermanfaat
Abdullah bin Idris berkata: Setiap hadits yang tidak diletahui oleh Ibnu Mubarok, maka kami tidak menerima hadits itu (berlepas diri). Abu Usamah berkata: Aku belum mendapati orang yang lebih rakus dalam menuntut ilmu melebihi beliau. Beliau dikalangan para ahli hadits sebagaimana amirul mu’minin di tengah-tengah rakyatnya. Ibnu Mu’in berkata: Aku tidak melihat ahlu hadits yang mukhlish kecuali 6 orang, satu diantara mereka adalah beliau Ibnu Mubarok.
An Nasai berkata: Aku tidak pernah melihat orang yang lebih faqih, lebih mulia akhlaqnya di zaman Ibnu Mubarok, melainkan beliau sendiri. Ibnu Uyainah berkata: Saya telah mempelajari kehidupan para sahabat dan Ibnu Mubarok, aku tidak melihat kelebihan para sahabat di banding beliau, kecuali para sahabat itu tinggal semasa dengan Rasul dan berjihad bersamanya.

2. Belajarlah menjadi seorang yang dermawan
Suatu hari beliau bersama rombongannya pergi bersafar untuk melaksanakan haji. Setelah melewati beberapa kampung, tiba-tiba beliau melihat burung mati didekat tempat sampah. Waktu itu rombongan haji lainnya bejalan di depan, sedangkan beliau mengikuti di belakangnya. Ketika beliau lewat di samping burung, tiba-tiba seorang perempuan keluar dari sebuah rumah mendekati bangkai tersebut dan mengambilnya dan segera masuk ke dalam rumahnya. Melihat kejadian itu, dengan segera beliau menyusu ke rumah perempuan tadi dan menanyakan perihal kejadian tadi. Perempuan itu menjawab: Sesunguhnya aku dan saudaraku tidak mempunyai harta benda kecuali sarung ini, dan kami tidak pernah mendapatkan makanan kecuali dari tempat sampah, kami memakan bangkai-bangkai sejak beberapa hari yang lalu karena tidak ada makanan lagi. Sebenarnya ayah kami orang yang kaya, akan tetapi ia didholimi seseorang dan dibawa kemudian hartanya di rampas. Mendengar penjelasan tersebut, Ibnu mubarok bertanya kepada pengawalnya: Berapakah harta yang kita bawa ? Pengawal tadi menjawab: 1.000 dinar. Beliau menyuruh pengawalnya mengambil 20 dinar dan sisanya beliau berikan kepada perempuan dan saudaranya tadi. Setelah itu beliau pulang sambil berkata: Ini lebih baik dari pada haji kita.

3. Jadilah seorang ulama yang pemberani
Abdah bin Sulaiman Al Maruzi suatu hari pergi berperang bersama beliau ke negri Rum, ketika itu musuh sudah siap menghadang pasukan kaum muslimin, ketika kedua barisan pasukan bertemu, tiba-tiba dari barisan musuh keluar seorang prajurit yang besar dan mengajak adu tanding. Maka ajakan tersebut segera disambut oleh seorang prajurit dari kaum muslimin, ternyata musuh tersebut kuat dan berhasil membunuh lawannya, kemudian keluar lagi dan musuhpun berhasil membunuhnya, setelah keluar beberapa kali dan selalu terbunuh, kaum muslimin mulai getar dan cemas.
Ditengah kegalauan kaum muslimin tiba-tiba muncullah seorang prajurit muslim bertutup kepala dan bertempur gigih, akhirnya musuh tadi berhasil dikalahkan dan di bunuh. Melihat kejadian itu, orang-orang saling bertanya-tanya: Siapakah prajurit bercadar itu ? Setelah perang selesai prajurit bercadar tadi segera memisahkan diri dari barisan pasukan. Dan ketika itu Abdah bin Sulaiman mengikuti dari belakang dan mendekatinya serta membuka cadarnya, ternyata dia adalah Abdullah bin Mubarok.

4. Berteman bersama orang-orang shaleh
Syaqiq Al Bahili berkata: Suatu hari para sahabat beliau duduk-duduk dan ngobrol santai. Seorang dari mereka bertanya kepada beliau: Wahai Abu Abdurrohman ! Menagapa anda tidak pernah duduk-duduk bersama kami ? Beliau menjawab: Sesungguhnya aku lebih suka duduk bersama sahabat dan tabi’in dengan mempelajari kitab dan atsar mereka. Akan tetapi jika aku duduk bersama kalian yang kudapatkan dari kalian hanyalah omongan yang itdak bermanfaat serta menggibah saudara muslim yang lain.

5. Untaian syair
Diantar syair beliau yang paling masyhur adalah syair yang beliau buat untuk Fudhoil bin Iyadh seorang zahid dan abid yang mengucilkan dirinya di Makkah dan mengesampingkan jihad dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah.
“Wahai yang beribadah di Haramain (Makkah da Madinah), seandainya anda melihat kami, tentu kamu akan mengerti bahwa adalah bermain-main dalam beribadah. Barangsiapa yang pipinya belumuran dengan air mata, maka pangkal leher kami belumuran dengan darah kami, ataukah kudanya bersusah payah dalam kebatilan. Maka kuda-kuda kami berletih lesu pada hari tiada lagi kesenangan. Aroma ramuan bagi kalian, sedangkan wewangian kami adalah kilatan cahaya kuku kuda, dan debu paling semerbak. Dan telah datang kepada kita sabda Nabi saw, sabda yang jujur dan tidak berdusta. Tiada bersemayam debu kuda Allah pada hidung seseorang, bersama asap api neraka yang menyala-nyala. Inilah kitab Allah ynag berbicara diantara kita, bukanlah syuhada’ itu mati, tidak berdusta.

Barangsiapa jauh dari ulama’ rusaklah akhiratnya dan barangsiapa yang jauh dari penguasa hilanglah dunianya. Dan barangsiapa yang jauh dari saudara seimannya, hilanglah izzah dan harga dirinya.
- Duduklah kalian dengan orang-orang miskin dan jauhilah duduk-duduk bersama ahli bid’ah.

WAFAT BELIAU
Beliau meniggal pada tanggal 10 Romadhon 181 Hijriyah, jasad beliau dikebumikan di daerah Hit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berikan nasehat anda :