Kamis, 16 April 2009

Nikah itu bagaimana ya...???


PERNIKAHAN CURANG

 Hendaklah berhati-hati agar seseorang tidak terjebak dalam perangkap pernikahan curang. Ada beragam kecurangan dalam pernikahan antara lain perempuan botak lalu mengkelabui pelamar dengan mengenakan rambut palsu atau lelaki yang telah beruban lalu menyemirnya.
 Pernikahan yang eksis di atas landasan yang curang dan penipuan boleh jadi berakhir dengan perceraian atau paling tidak sebagai pernikahan yang gagal, pasalnya ia merasa ditipu, dianiaya, diperlakukan tidak adil dan akhirnya menimbulkan perasaan dengki terhadap orang yang melakukan tipudaya terhadapnya. Di samping itu ia merasa dibikin gagal dan frustrasi oleh pernikahan ini, tentu saja ini melahirkan sikap merendahkan pendamping hidupnya dan tidak lagi menaruh rasa percaya kepadanya lantaran ia telah berlaku curang, menipu, dan bersikap tidak fair sejak awal terhadapnya. Padahal kecurangan untuk menutupi sifat-sifat seperti aib dan penyakit seringkali tidak diketahui.
 Ada kasus perempuan tak lagi mengenakan kacamatanya lantaran ia punya kelemahan sangat fatal yakni pada penglihatan, ketika pelamar datang kepadanya dia tidak lagi mengenakan kacamatanya hingga usai akad nikah, ketika suami tahu apa yang sebenarnya, timbullah persoalan gawat yang terjadi antara suami-istri dan berakhir kepada perceraian. 

Kasus lain 

 Seorang pemuda berangkat melamar pemudi seraya mengenakan pakaian sangat bagus, menyewa mobil mewah sementara bau aroma parfum semerbak untuk mengecoh keluarga pengantin agar mengira bahwa ia kaya dan hartawan. Boleh jadi rumahpun mengontrak namun ia katakan milik sendiri, padahal sebenarnya terkadang penghasilannya untuk dirinya sendiri saja tidak mencukupi, setelah akad nikah pemudi itu mengerti bahwa sebenarnya ia tak memiliki apa-apa. Maka ketika itu baru tahu bahwa dirinya dalam frustrasi dan gagal menggapai harapan, sebab pada dasarnya dia tidak mempersoalkan agamanya dan akhlaknya, tapi yang ia kehendaki adalah tampan dan berharta. Kalau sudah demikian apa akibatnya? Yang sering terjadi adalah perceraian. 
 Sebab konstruksi keluarga tersebut tegak di atas landasan yang labil, akhirnya ambruk. Timbul pertanyaan : “Mengapa perceraaian kini banyak terjadi?”.
 Alloh l bersabda : 
« أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَم مَّنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ
عَلَىَ شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ »
“Apakah orang yang membangun bangunannya di atas landasan takwa dan mengharap ridha-Nya lebih baik? Ataukah orang yang membangun bangunannya di tepi jurang yang rawan runtuh, lalu benar-benar runtuh di neraka jahanam?” (At-Taubah [9] : 109)  

Ada kasus lain, jadikanlah sebagai pelajaran 

 Ada pemuda berusia 30 tahun menikah dan dikaruniai 5 anak, sementara ia belum juga memperoleh kepuasan bersama istrinya, dia hanya menginginkan kecantikan dan kecantikan tiada lain. Setelah lama mencari, ia mendapa pemudi yang ia inginkan dan benar-benar cantik. Pemudi idaman itu telah berkali-kali dilamar namun keluarganya belum pernah cocok kepada pelamarnya.
 Pemuda ini maju pantang mundur dan telah diperoleh kata sepakat tanpa memberitahukan pihak keluarga pemudi bahwa ia telah beristri dan beranak lima, sebab ia menyadari jika keluarganya tahu, niscaya tidak akan menyetujui.  
 Akad nikah telah benar-benar terjadi, dia mulai mengenali dari dekat bahwa pemudi itu benar-benar cantik dan semua mengakui kecantikannya, namun pemuda itu hidup diliputi suasana konflik pribadi! Bagaimana dia bisa memberitahukan kondisinya kepada keluarga pemudi itu? Tak ayal dampaknya pasti penolakan keluarga. Bagaimana tidak rikuh menyikapi pasangan hidupnya yang cantik, berkedudukan dan dari keluarga ningrat yang sudah dilamar sie Fulan dan sie Fulan dan seluruhnya ditolak, kemudian menikah dengan pria beristri dan beranak lima. Dia mulai berpikir untuk mengurangi sedikit beban psikisnya dengan mengatakan : “Sebenarnya aku sudah pernah menikah dan telah dikaruniai empat anak, tapi telah aku ceraikan istriku dan ikut keluarganya bersama anak-anak”. Dua hari sebelum malam pengantin datanglah salah seorang kerabat istrinya yang pertama dan memberitahukan kepada orang tua pemudi akan realitas sebenarnya maupun kebohongan yang direkayasa, apa yang sudah terjadi dan yang belum terjadi. Sementara orang tua pemudi menyatakan lepas tangan dari pemudinya bila meneruskan pernikahan dengan pemuda tersebut, maka terjadilah perceraian. Akhirnya masing-masing menentukan nasibnya sendiri-sendiri, meski aku mengerti bahwa pemuda ini tidak ada maksud merendahkan kehormatan saudara muslimnya atau mencelakai pemudi itu, hanya saja dia terbawa oleh cintanya kepadanya, meski demikian Anda tahu akibatnya bukan?  
 Rosûlulloh nbersabda: 
« مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا» 
“Barangsiapa berlaku curang kepada kami, bukan golongan kami”.

 Dalam riwayat lain Rosûlulloh njuga bersabda : 
« مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا ، اَلْمَكْرُ وَ الْخِدَاعُ فِيْ النَّارِ» 
“Barangsiapa berlaku curang kepada kami, bukan golongan kami. Perbuatan makar dan tipudaya akibatnya neraka”.
 
 Curang secara umum diharamkan, sedangkan curang dalam pernikahan lebih diharamkan, sementara Rosûlulloh nmelarangnya secara terang-terangan : 
« وَإذَا خَطَبَ أحَدُكُمُ امْرَأةً وَقَدْ خَضَبَ بِالسَّوَادِ فَلْيُعْلِمْهَا وَ لَا يُغَرِّرْ بِهَا » 
“Apabila salah seorang di antara kamu melamar perempuan, padahal dalam kondisi menyemir hitam rambutnya, maka beritahukanlah kepadanya dan janganlah menipunya”.

Jujur pangkal selamat 

 Diriwayatkan bahwa Bilal dan Shuhaib ra mendatangi ke sebuah keluarga di Arab, lalu mereka berbicara, lalu ditanya : “Siapakah Anda berdua?”. Lalu Bilal menjawab : “Saya Bilal dan ini saudaraku Shuhaib, kami tadinya tersesat lalu Alloh memberi hidayah kepada kami, tadinya kami budak lalu Alloh merdekakan kami, tadinya kami papa lalu Alloh mencukupkan kami dan jika kalian mau menikahkan kami maka segala puji bagi Alloh dan jika kalian menolak kami maka Maha Suci Alloh”. Lalu mereka menjawab : “Kalian berdua hendak dinikahkan”. Lalu Shuhaib berkata kepada Bilal : “Alangkah baiknya jika Anda menyebut bahwa saksinya Rosûlulloh n ”. lalu Bilal menjawab : “Jangan banyak komentar, Anda telah dinikahkan oleh kejujuran kita sendiri”.  
   

RUKUN AKAD NIKAH

1. Direstui wali
 Rosûlulloh nbersabda : 
« لاَ نِكَاحَ إلاَّ بِوَلِيٍّ » 
“Tidak ada nikah tanpa wali”.

 Wali adalah ayah anak putri atau kakeknya, atau saudaranya, atau pamannya, atau anak lelakinya, atau hakim bagi yang tidak punya wali. Islam telah mensyariatkan restu walinya demi kemaslahatan perempuan, sebagai antisipasi agar tidak dikibuli seseorang. Perempuan yang umumnya lebih dominan perasaannya sangat riskan terhadap tipudaya lelaki dengan bujuk rayunya dan janji-janji palsunya. Oleh karenanya restu walinya dalam rangka perlindungan dan antisipasi agar perempuan tidak menjadi makanan empuk bagi tipudaya lelaki yang fasik. 
 Apabila pria melamar wanita sekufu sementara walinya menolak melaksanakan pernikahan lantaran kezholimannya tanpa alasan yang bisa diterima, maka wanita itu berhak mengajukan perkaranya ke pengadilan, jika ia masih bersitegang melarang menikah tanpa alasan yang bisa diterima, maka hakim bisa memaksa walinya untuk menikahkan, jika masih nekad menolak pernikahannya tanpa alasan memuaskan maka wali yang ditunjuk atau hakim bisa menikahkannya sebagai pengganti wali yang sesungguhnya.  

2. Keselarasan kedua mempelai (qobul-ijab)
 
 Termasuk rukun akad nikah adalah ijab dan qobul antara pasangan suami-istri, dengan demikian paksaan atas salah seorang dari suami-istri untuk memperoleh kata sepakat dipandang sebagai faktor yang membatalkan akad nikah.
 Rosûlulloh nbersabda : 
«لاَ تُنْكَحُ الأَيِّمُ حَتّى تُسْتَأْمَرَ وَلاَ تُنْكَحُ الْبِكْرُ حَتّى تُسْتَأْذَنَ» قِيْلَ : يَا رَسُولَ اللّهِ كَيْفَ إذْنُهَا؟ قَالَ: «أَنْ تَسْكُتَ»
“Tidak dinikahkan wanita lajang (lantaran janda) hingga dimintai pendapatnya dan tidak pula gadis hingga dimintai izin”. Lalu para sahabat merespon : “Wahai Rasulullah bagaimana dia mengizinkannya?”. Beliau menjawab : “Diamnya”.  
 Para fuqaha’ mensyaratkan agar format ijab dan qobul dengan dua lafal yakni bentuk lampau atau salah satunya lampau dan yang lainnya menggunakan bentuk akan datang.  
1. Contoh yang pertama wali yang mengakadkan nikah mengatakan : 
« زَوَّجْتُكَ ابْنَتِيْ »
“Aku telah menikahkan Anda dengan putriku”.

 Lalu pengantin pria menerima akadnya : « قَبِلْتُ » (Aku telah terima nikah dengannya)

2. Contoh yang kedua wali yang mengakadkan nikah mengatakan :
« أُزَوِّجُكَ ابْنَتِيْ »
“Aku hendak menikahkan Anda dengan putriku”.

 Lalu pengantin pria menerima akadnya : « قَبِلْتُ » (Aku telah terima nikah dengannya)


3. Dua saksi

 Agar akad nikah sempurna mesti dihadirkan dua orang saksi, di mana Rosûlulloh nbersabda :  
« لاَ نِكَاحَ إلاَّ بِوَلِيٍّ وَ شَاهِدَيْ عَدْلٍ » 
“Tidak ada nikah tanpa wali dan dua orang saksi yang adil”.

4. Mahar 

 Sudah menjadi opini publik , misalnya di anak benua Amerika bahwa wanitalah yang membayar mahar buat suaminya, di samping sudah menjadi budaya di beberapa negara Arab kini bahwa istri mesti turut memfasilitasi perabot rumah tangga, padahal mestinya mahar, rumah, perabot rumah tangga dan nafkah adalah kewajiban suami, istri tidak berkewajiban ikut meberikan belanja meskipun kaya, namun tidak ada halangan keikutsertaan istri dengan syarat atas kelonggarannya tanpa ada paksaan.

 Islam telah mewajibkan lelaki untuk membayar mahar kepada perempuan menurut kemampuannya, atau sesuai urf yang berlaku di masyarakat, di samping itu Islam telah menjadikan mahar sebagai salah satu rukun akad nikah, apabila mahar tidak disebut maka pernikahan tetap syah dan mahar mesti dibayarkan sesuai ukuran nilai yang berlaku di suatu masyarakat. Dalam pada itu Islam menilai sebagai piutang yang wajib dibayarkan kepada istri.
 Rosûlulloh nbersabda :  
« أيُّما امْرَأةٍ نُكِحَتْ بِغَيْرِ إذْنِ وَلِيِّهَا فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ ، فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ ، فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ فَإِنْ دَخَلَ بِهَا فَلَهَا الْمَهْرُ بِمَا اسْتَحَلَّ مِنْ فَرْجِهَا، فَإِنِ اشْتَجَرُوْا فَالسُّلْطَانُ وَلِيُّ مَنْ لَا وَلِيَّ لَهُ » 
“Jika perempuan dinikahi tanpa seijin walinya maka pernikahannya batal, batal, batal. Jika ia telah disetubuhi maka baginya adalah mahar demi halalnya kemaluannya. Jika mereka berselisih maka pihak yang berwenanglah sebagai walinya, maka statusnya sama dengan yang tak punya wali”.  

 Tidak ada batasan tentang tinggi - rendahnya mahar, bahkan Islam menghasung agar memperingan mahar, karenanya, dengan memperingan mahar pernikahan menjadi berkah, memperoleh taufik dan kemudahan dari Alloh. Memperingan mahar menurut Islam sebagai indikasi betapa keberuntungan perempuan dan keberkahan pernikahan yang telah digapai, di samping keselarasan kehidupan suami-istri.
 Pada prinsipnya mahar dibayarkan penuh kalau lelakinya mampu, namun tidak ada halangan menunda sebagian mahar atau seluruhnya jika memang kedua belah pihak menghendaki demikian.
 Namun diseyogyakan agar lelaki menunda persetubuhannya hingga mahar telah dibayarkan, sedangkan pembayaran mahar disesuaikan kondisi setempat. Jika urf menetukan mahar dibayarkan sepenuhnya tentu istri menerima sepenuhnya. Jika urf berlaku bahwa mahar berupa pembelian pakaian wanita dan perhiasan, maka membelikannya. Jika mahar mesti berupa perabotan rumah tangga maka itulah yang berlaku. 
 Mahar wajib dibayarkan sepenuhnya apabila dia telah menyetubuhinya, atau jika salah satu dari keduanya wafat sesudah akad nikah sedangkan persetubuhan belum dilakukan. Sementara lelaki harus membayarkan separoh mahar jika ia menceraikannya sebelum persetubuhan. Adapun jika yang meminta cerai pihak perempuan, sama sekali ia tidak berhak mendapatkan mahar.  
 Manakala akad nikah telah sempurna ketika itu pula wanita telah menjadi istri syah buat pria meski mahar belum dibayarkan, tidak diperbolehkan istri mengelak dari persetubuhan suaminya tidak pula halal baginya untuk tidak menyerahkan dirinya buat suaminya, istri dilai bermaksiat jika melakukan pelanggaran itu, sementara suami mesti membayarkan mahar sesudah akad pernikahan.  

 
PERNIKAHAN SUKSES

 Survei moderen telah membuktikan faktor yang menjadi problem kehidupan suami-istri sangat ditentukan oleh ketidak siapan serta ketidak persiapan antara suami-istri, oleh karena itu masing-masing pihak harus mengetahui kualifikasi kepribadian dan moral yang ada pada pendamping hidupnya, sehingga interaksi antara kedua belah pihak berjalan lancar lantaran setiap tahapan menuju tujuan ditempuh secara mantap lagi stabil dan keduanya mencapai tujuan pernikahan dan mewujudkan keluarga islami yang inherent, yang hidup dalam naungan Islam penuh keharmonisan; seiring cinta, kasih, bahagia dan enjoy. Namun persoalannya bagaimana itu bisa ditempuh?
 Seringkali kehidupan suami-istri berangkat dari indahnya khayalan fantasi belaka, bagaimana tidak? Mereka masing-masing berusaha maksimal mengaplikasikan pola fiktif yang antagonis dengan realitas dan berseberangan dengan kepribadian. Baru setahun kehidupan suami-istri berjalan, tapi terasa seakan-akan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun lamanya hidup tidak menentu. Dengan kata lain ada sesuatu yang mengganjal yang belum pernah terbayang sebelumnya. Fase penderitaan mulai mereka rasakan, terkadang antara suami-istri berusaha maksimal saling adaptasi menyikapi karakter satu sama lain yang terkadang berhasil, namun tak jarang justru menghadapi jalan buntu yang membuat posisi semakin rumit. Sebagian orang menyikapi hal itu seraya merespon dengan kata-kata : “Sungguh cinta mampu menghancurkan berbagai kesulitan”.
 Tampilan cinta pubertas (adolescence) membawa sejumlah keindahan angan-angan dan lamunan jauh dari realitas. Cinta dalam pernikahan bukanlah kobaran emosi menyala-nyala yang memberikan sensasi kejutan sementara, kemudian memudar. Seringkali alam pikiran dan perasaan demikian hanya sebatas alam imajinasi semata bukan kenyataan empiris, karena umumnya hanya berwujud buaian mimpi dan lamunan indah (daydreaming). Pada masa demikian kita dapati remaja sebagai sosok pemuda pelamun dan pemudi yang digandrungi, di mana pemuda memberikan seluruh cintanya yang paling dalam kepadanya. Dalam kondisi seperti ini seringkali cintanya lari dari kenyataan bak melayang di angkasa, jauh dari kenyataan dan tidak masuk akal. Dalam pada itu sering terjadi kisah dan pengalaman cinta yang paling essensi dalam perkembangan jiwa manusia, namun itu adalah sesuatu (substansi) yang bisa kita istilahkan dengan realitas fisik dengan stressing bahwa cinta adalah perasaan (emosi) ingin bersama, sedangkan pernikahan sesuatu (substansi) yang lain. Cinta umumnya berdampak kepada frustrasi, itu biasa. Oleh karenanya apa yang kita pahami menurut imajinasi seringkali membuat gelisah ketika sadar. Dulu orang bilang bahwa cinta itu buta dan itu banyak benarnya. Tidak berarti sensasi antara suami-istri sebagai suatu yang tidak menyenangkan, hanya saja cinta, kasih sayang dan keakraban hanya salah satu dasar tumpuan pernikahan. Makanya pernikahan mengharuskan adanya respon berupa pola dan penyelarasan jenjang pola pikir serta kebersamaan, di samping adanya saling melengkapi dalam hal karakter serta kecenderungan, dengan kata lain pernikahan semacam sesuatu yang bertumpu pada banyak pilar, di mana masing-masing pilar berfungsi sesuai kapasitasnya.  
 Bisa kita katakan bahwa secara mandiri cinta bisa melakukan apa saja, meski tanpa kompromi dalam pola pikir, karakter, keakraban dan kebersamaan, dalam kondisi seperti ini kita bisa bayangkan betapa suasana yang tak pernah menentu. Belum lagi saat gelapnya mendung cinta telah sirna sedangkan sepasang laki-bini belum mempersiapkan diri di tengah kancah kehidupan suami-istri, ketika itu pula sontak dirasakan beragam kekurangan. Itulah kecelakaan tragis yang amat mencengangkan; itulah kehidupan bersama suami-istri yang dilanda kegagalan.  
 Oleh karena itu, yang harus pertama-tama diprioritaskan agar terwujud pernikahan yang sehat, adalah keselerasan dan membuat pondasi yang mampu menjamin suksesnya mahligai rumah tangga ini.
 Demikianlah kita memasuki kehidupan suami-istri tanpa melalui fasilitas cinta terlebih dahulu. Bisakah membangun cinta sesudah pernikahan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, haruslah diprioritaskan terpenuhinya unsur-unsur pernikahan yang sukses yaitu lahan subur yang cocok untuk menebar biji agar mampu tumbuh, berkembang dan berbuah. Itu tak lain adalah keselarasan pribadi (jiwa) dan kebersamaan. Penelitian psikologi menjelaskan bahwa kehidupan suami-istri konfensional, adalah katagori kehidupan suami-istri yang lebih signifikan suksesnya, teristimewa jika terpenuhi unsur-unsur kesuksesannya, sementara cinta dalam pernikahan lebih dikonotasikan sebagai perasaan saling simpati, kasih sayang dan kebersamaan batiniyah untuk bisa meniti hidup serta kehidupan bersama. 
Cinta dalam bingkai rumah tangga bukanlah gelora emosi menyala-nyala yang memberikan sensasi kejutan sementara, namun akhirnya memudar hanya tinggal abunya. 


NORMA DASAR 

1. Realistis 

Sepasang suami-istri harus realistis serta saling memahami karakter hidup-kehidupan rumah tangganya, tanpa harus berharap terwujudnya keintiman simponi cinta antara keduanya sejak awal atau sekaligus. Sebab intimnya simponi cinta dan keselarasan hidup bersama ada dalam hidup-kehidupan rumah tangga baru, secara otomatis dialami saat uji-coba dan saat melakukan kesalahan (trial and error), baik dalam tempo lama maupun singkat. 
Tidak berarti kita selalu dihantui dengan terjadinya sikap lancung ke ujian atau membebaskan diri ini dari kesalahan sebab itu mustahil, hanya saja kita mesti bisa mengambil pelajaran berharga dari pengalaman yang sudah-sudah, agar tidak mengulang kesalahan yang sama. Kesalahan pertama tidaklah aib, tapi sungguh amat aib manakala terperosok lobang kesalahan yang kedua kalinya. 
Ketulusan rasa senang untuk saling pengertian dan upaya terus-menerus merealisir keselarasan adalah keharusan, di samping membudayakan kesabaran, toleransi dan keuletan, sebab itu semua amat penting dalam rangka mengatasi kendala hidup-kehidupan antara suami-istri dan mempersiapkan nuansa yang benar-benar layak untuk mengembangkan jiwa saling kasih sayang, kebersamaan dan tolong menolong. Oleh karena itu sebaiknya kita persiapkan diri kita agar mampu menjalani hidup realita sejak awal lamaran dan kita bina keharmonisan jalinan suami-istri dengan landasan realistis, sama sekali bukan bertumpu pada hal-hal yang fiktif dan lamunan kosong. Kita juga mesti memahami bahwa semangat cinta yang dikobarkan oleh kehausan emosi cinta akan segera reda dan berobah menjadi keharmonisan kasih sayang dan rasa saling tolong-menolong. Dengan demikian kita bisa siap menjalani hidup secara realistis dan sekaligus menghindari illusi dan angan-angan kosong.

2. Sejauh mana keintiman Anda berdua
 
Manusia tidak sanggup memahami skala pemikiran atau kepribadian atau skop sosial pendamping hidupnya hanya dengan memandang atau berada di atas tempat duduk yang sama, makanya perlu ada ruang dialog (sharing) yang bisa dipakai oleh suami-istri membangun pola pikir dalam rangka pendakatan antara mereka berdua. Telah menjadi kebiasaan saat tunangan (waktu antara akad nikah dan malam pelaminan pengantin) sebagai moment percintaan, pelampiasan nafsu (gairah) cinta, berasyik-asyikan, bermesra-mesraan dan berangan-angan tentang keindahan. bagaimana tidak? Mereka masing-masing berusaha maksimal mengaplikasikan pola fiktif yang antagonis dengan realitas dan berseberangan dengan kepribadian, bahkan semakin buruk lagi setelah memasuki mahligai rumahtangga, pasalnya masing-masing akan dikagetkan dengan hakekat sesungguhnya yang jauh berbeda dengan kondisi yang mereka alami sebelumnya. Agar dalam mahligai rumahtangga suami-istri tidak terdapat celah, mestinya moment tersebut kita pergunakan untuk membangun pondasi untuk tumpuan mahligai rumahtangga. Camkanlah contoh berikut ini : 

• Suami gemar mempelajari ilmu dan meningkatkan wawasan ilmu, namun istrinya hanya memikirkan pakaian, model, keluar rumah dan gemar mengikuti acara-acara TV.
• Suaminya religious (dengan Islam komitmen), sementara istrinya fasik. Sungguh bertolak belakang.
• Suami giat bekerja keras, wataknya kasar, sedangkan istri sangat perasa meski penyebabnya sangat sepele.
• Suami romantis, berkarakter tenang, menyukai wanita romantis, suka bercanda malam dengan istri cantik, sementara istri sebaliknya hanya menyukai rumahnya, kawan-kawannya dan anak-anaknya.  

Adapun mengenai istri :

• Istri ingin diperhatikan, suka duduk-duduk berdampingan suami, dicintai, di samping kebutuhan sex buatnya sangat primer. Sementara suaminya sukanya kerja melulu dan meningkatkan taraf hidupnya.
• Perempuan menyukai lelaki dermawan gemar memberi, padahal suaminya sangat bakhil.
• Istri suka bergaul dengan masyarakat dan gemar anjang sana sebatas bisa dibenarkan, tapi suami memandang lain bahwa persahabatan dan anjang sana yang dilakukan istrinya kebohongan, menipu dan sok baik. Padahal tidak sebagaimana tuduhan suami.  

Kita tidak menyukai kehidupan romantis saat tunangan kemudian sirna setelah pernikahan hanya semata-mata karena kita mendakwakan sebagai keteladanan padahal kepalsuan dan malu yang dibuat-buat. Kita mesti fair serta berterus terang agar antara suami-istri bisa saling mengakui keberadaan antara satu sama lainnya. Sedangkan sharing dari hati ke hati serta forum dialog terprogram lagi konstruktif sebagai media menyatakan : “Bisakah hidup berdampingan antara suami-istri ataukah tidak?”. 
Tidaklah penting kita menikah, tapi terpenting kita bisa hidup harmonis setelah pernikahan dan setelah mengalami salah sambung (missing link) dalam hidup kita, pasalnya kita memasuki kehidupan antara suami-istri namun suami tak mengerti bagaimana seharusnya mempergauli istrinya, tidak pula istri mengerti bagaimana seharusnya mempergauli suaminya, padahal hidup-kehidupan ini laksana rantai percobaan, terkadang benar dan sesekali salah, sementara mengerti sesuatu tidaklah ekivalen dengan melakukan percobaan. 

3. Mencari tahu apa yang disukai pria

Ketika Anda menginginkan membangun rumahtangga bersama suami istimewa yang Anda cintai, maka jauhilah apapun yang bisa mengusik suamimu, cintailah dia, sebab dengan upaya mencintai akan menarik simpatinya kepadamu. Upaya mencintai suami adalah kualifikasi yang lebih besar nilainya dan lebih istimewa daripada ketaatan, pasalnya istri taat, melakukan apapun yang diperintahkan suami. Adapun istri yang berupaya mencintai suami, bersegera melakukan apa yang menyenangkan suami sebelum ia memerintahkan sesuatu. 
Sejauh komitmenmu dengan nasehat tersebut; sejauh komitmenmu mengambil hati suamimu, sejauh itulah keharmonisanmu hidup berdampingan dengan suamimu : 

1) Biarkan suamimu hidup bersama watak aslinya dan aktifitas kesukaannya; jangan membuatnya terhalangi.
2) Suami kurang senang dinasehati istrinya, karena ada kesan penasehat posisinya lebih tinggi daripada yang dinasehati, di samping nasehat mengungkap kekurangannya padahal itu tidak disukai suami. Bila Anda hendak menasehati suami, lakukanlah secara tak langsung, misalnya dengan cara menceriterakan suami tetangga atau temanmu, pastikan bahwa suami Anda adalah figur keteladanan yang bebas aib serta kekurangan, bukan seperti suami tetangga atau kawanmu yang diibaratkan. Yakinlah bahwa suami Anda akan segera menjauhi sifat tercela itu.  
3) Dalam forum-forum tertentu suami senantiasa ingin menang dalam berbagai hal dan diakui bahwa ia selalu lebih dominan, maka celakalah dan pailitlah istri yang berupaya mengalahkan suaminya, disamping ia akan menuai akibat naasnya. Wahai istri jika Anda menginginkan keharmonisan dan kesetabilan rumahtanggamu, senantiasa tunjukkanlah bahwa Anda bertekuk lutut di hadapan suamimu meski Anda dalam posisi benar, niscaya Anda akan dapati suamimu lebih banyak mencintai dirimu (umumnya demikian) dan lebih mengutamakan dirimu serta kebahagiaanmu.
4) Umumnya pria lebih kuat daripada wanita lantaran struktur tubuhnya dan patrimonial (hereditas) yang mendominasinya sepanjang usianya, sudah barang tentu kelaki-lakiannya mendominasi wanita. Ia paling tidak suka kelemahannya diungkap wanita dan naik pitam meski sedikit saja terusik wanita. Makanya wanita bijak yang menghendaki keharmonisan dirinya dan keluarganya, mesti pintar memilih suami kamudian nmenerima apa adanya, beradaptasi dengannya dan intim kepadanya. Hendaklah ia berusaha mewarnainya tanpa harus mengusik pembawaannya. Jika ia nekad mengusik kepribadian suaminya, sungguh ia akan celaka dan mencelakai lainnya, di samping gagal total mewarnai suaminya. Yang paling harmonis adalah menerima apa yang ada pada suami dan intim mendampinginya. Jika tidak maka dampak paling ringan dan dalam tempo singkat adalah berpisah (cerai).  
5) Suami yang kasar, degil, keras kepala, arrogan dan congkak perlu dirobah karakternya menjadi simpati dan suka bercumbu agar menjadi stimulan, jinak dan taat. Jika dengan cara simpati dan cumbu-rayu tidak juga berhasil, maka perlu mempergunakan senjata lemah lembut, merengek-rengek, bertekuk lutut, merunduk-runduk, pasrah bongkokan dan bersikap tak berdaya di hadapan sie angkuh lagi menyombongkan diri seraya hormat lantaran powernya dan kehebatannya, bahkan lebih dari itu. Tadinya dia tak kunjung kenal bagaimana menyikapi orang yang halus lagi lembut; sebelumnya dia sombong lagi dektator, tapi setelah itu kita dapati berobah total seperti anak kecil yang suka damai lagi manja dan memanjakan istri dengan berbagai cara (biasanya demikian) atau setidaknya dia berobah menjadi lebih baik. 
6) Seringnya wanita mengkritik, banyaknya tuntutan yang tak bisa ditolerir, terlalu berlebihan, padahal itu berakibat penyesalan diri sendiri, merupakan tindakan yang amat merugikan suami.
7) Suami tidak suka banyak mencampuri tetek bengek kehidupan sehari-hari dan persoalan putra-putrinya yang tak begitu penting. Maka sebaiknya, sedapat mungkin istri tidak melibatkan suaminya dalam persoalan itu dan jangan engandalkannya kecuali sangat terpaksa.  
8) Sungguh kelabilan kejiwaan, kegelisahan, menjerit-jerit dan rasa bimbang seringkali menyebabkan gagalnya hidup-kehidupan suami-istri.
9) Momen yang tepat adalah penting dalam kehidupan suami-istri. Jika suamimu sedang kesal dan marah janganlah membawa-bawa persoalan kepadanya, tunggu saat yang tepat demi kemaslahatanmu. 
10) Istri yang bijak, adalah manakala suaminya mengerti bahwa ia memperhatikannya dalam hidup dan kehidupannya.
11) Kebahagiaan pria Timur terletak pada aktualisasi jati dirinya, maka perlu sekali istri mensupport kebanggan dirinya, janganlah menyebut kekurangannya padahal dia paling mengerti kekurangannya, karena pria memerlukan wanita yang bisa membuatnya percaya diri dan memiliki motifasi, tidak butuh wanita yang lagi-lagi mengkritisinya.  
12) Pria suka melihat istrinya mencintai, menghormati, mentaati, memuji, bercumbu-rayu, tahu diuntung dan menyikapinya bak raja dalam istana.
13) Sungguh keikutsertaan serta kepedulian di antara suami-istri dalam hoby serta kegemaran, atau apresiasi serta menghormati hoby dan kegemaran masing-masing banyak menunjang terwujudnya keharmonisan, di samping menyebabkan terpenuhinya hasrat cinta kasih dan semakin meningkatnya keintiman kedua belah pihak.
14) Termasuk faktor penting bagi keharmonisan antara suami-istri adalah kepuasan dan menerima apa adanya kondisi ekonomi rumah tangga. Sedangkan sikap menerima apa adanya dan kepuasan tidak berhubungan signifikan dengan setrata ekonomi atas. Terkadang kita jumpai seorang yang papa, menerima apa adanya dan puas dengan apa yang ada, di sisi lain kita dapati seorang kaya namun tak pernah puas dengan kekayaannya. 
15) Wahai istri janganlah Anda melibatkan seseorang baik dari kalangan keluargamu, atau tetanggamu, atau temanmu untuk mencampuri kehidupan rumah tangga Anda berdua. Sebab suami sangat tidak suka orang lain mengetahui kehidupannya pribadinya, sebab dia menilai hal itu sebagai rahasia pribadi yang melibatkan harga dirinya serta kehormatannya. Saya pernah melihat seseorang menceraikan istrinya lantaran mengungkapkan masalah sekrit kehidupan suami-istri kepada wanita tetangganya, kemudian wanita tetangganya tadi memberitahukannya kepada suaminya, berikutnya lelaki tetangganya memberitahukan apa yang ia dengar itu kepada suaminya, maka ketika ia pulang serta merta menceraikan istrinya dan menolak upaya orang-orang terdekat yang berusaha mengembalikan suasana rumah-tangga seperti sedia kala.  
16) Keunikan ! Meski suamimu yakin bahwa kamu memiliki keunikan, namun pastikan bahwa suamimu yakin bahwa dalam diri Anda masih ada segudang dan segudang keunikan, jadilah Anda wanita unik yang sering membuat penasaran suami Anda, sebab pria senantiasa menyukai sensasi-sensasi baru dan hal-hal menarik lainnya yang belum pernah ia ketahui. Keunikan adalah pertunjukan rumit tidak semua wanita mampu melakukan. Seluruh tahapannya mesti dipertimbangkan masak-masak. Lestarikanlah keunikan Anda demi interaksi Anda dengan suami. Sering-seringlah membuat sensasi untuknya.  
17) Kejutan : teristimewa kejutan-kejutan berupa kelembutan, misalnya suasana malam romantis di bawah cahaya lilin guna mengalihkan kejenuhan dan rutinitas, meski kejutan itu sederhana namun memiliki kesan signifikan dan langsung memberikan sentuhan antara Anda berdua. Anda sebagai istri pandai-pandailah mengatasi kejenuhan rumahtangga. Karena pria cepat memperoleh kesan sensasi, sedangakan ia selalu menyukai tampil bedamu, rumahtanggamu dan hal-hal pelik kehidupan suami-istri Anda.
18) Yang terakhir : telah terbit buku “Wanita teladan menurut suami” yang memuat kriteria-kriteria wanita sholihah antara lain :

 Tidak melupakan kodratnya sebagai wanita.
 Tuntutannya selalu logis.
 Selalu tampil beda.
 Indah tutur kata.
 Tidak menyintai seseorang salain suaminya.
 Tak menilai harta sebagai alasan yang benar untuk bercinta.
 Pintar mendengarkan omongan suami.
 Tidak picik dan tidak pula tercela.
 Menjauhi hal-hal yang tidak penting, memberikan terlebih dahulu sebelum meminta.
 Pintar bergaul dengan keluarga suami.
 Jujur lagi tulus, tak suka menipu, tak banyak berharap, tak pura-pura sakit lantaran malas.
 Tidak cerewet, lagi antagonis dengan suami.
 Tidak cuek lagi sewot (cari-cari masalah).
 Tidak sok berkuasa lagi sombong.
 Menerima karunia Alloh yang ada, tidak berlebihan bersolek dan mode pakaian.  

Saudariku yang terhormat 
Pastikan Anda menyadari bahwa masa puber (adolescence) dan pola pikir kekakanak-kanakan telah berlalu, sebab Anda telah menjadi seorang istri yang punya tanggungjawab dan kewajiban, sementara hanya dengan cinta tidak memadahi untuk membina rumahtangga harmonis dan keluarga islami. Lebih-lebih untuk hidup setabil dan tenteram mesti disertai motifasi, latihan dan kematangan hingga Anda mencapai keselarasan cinta-kasih yang logis (bukan fantasi fiktif). Padahal itu tidak akan terwujud kecuali Anda berdua sebagai suami-istri mau melucuti tingkah-laku negatif dan kebiasaan-kebiasaan tercela masa lalu.  
Beban berat ada di pundakmu terutama menyangkut skala tersebut, sebab Anda mengikuti suamimu, sedangkan wanita sholihah adalah yang gemar menyelaraskan dirinya dengan suaminya dalam hal-hal menyenagkan atau sebaliknya. Di samping gemar merealisasi kehendak suami selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Sedangkan keselarasan merupakan kualifikasi yang lebih dicintai dan diutamakan oleh pribadi serta logika suami daripada lainnya. Dari kualifikasi keselarasan inilah lahirlah cinta. Sejauh mana saling pengertian dan indahnya interaksi, sejauh itulah tumbuh berkembangnya cinta sejati antara suami-istri. Tidak berarti ujung-ujungnya mesti Anda mengabaikan pribadi Anda lantaran membebek suami dalam seluruh aspek, bahkan suami tidak menyukai dan tidak tertarik hal demikian. Justru Anda mesti mentaati suami, dengan pertimbanganmu, sesuai kecerdasan pola pikirmu dan menurut kebijakan-kebicakan khasmu baik suami suka atau tidak. Anda harus memiliki kemampuan mengontrol. Tapi ingat! Bahwa kemerdekaanmu tidak ekivalen dengan memaksakan opini suamimu, sekali lagi camkan itu. Sebab itu bisa memutus hubungan cinta dan memporak porandakan keharmonisan antara suami istri. Oleh karena itu saya himbau agar Anda membaca berulang kali buku “Rambu-rambu rumahtangga dan kelestariannya” agar terkesan dalam benak dan menjadi karakter yang Anda aplikasikan dalam hidup-kehidupan praktis, mudah dan tidak terlalu memaksakan diri. Semoga Alloh l mengkaruniakan taufik kepada Anda.  
   
4. Mencari tahu apa yang disukai wanita

Wahai suami yang mulia Alloh telah mengaruniai kepadamu kelebihan dia atas wanita berupa kecerdasan akal yang lebih dominan daripada emosi, agar seluruh urusan hidup serta kehidupan antara suami-istri berjalan secara bijaksana, seimbang dan sesuai wawasan Anda tentang apa yang disukai wanita, hingga proses hidup berdamping bersama istri kelak menjadi mudah bagimu dan menurut proporsinya, sedang preventif (pencegahan) lebih baik daripada kuratif (terapi). Betapa banyak suami memasuki jenjang kehidupan rumahtangga tanpa mengetahui bagaiman berinteraksi dengan makhluk demikian lemah, lembut dan sensitif, hingga menyebabkan istrinya terkekang jiwanya, atau frustrasi, atau kelumpuhan pada syaraf otaknya (paralysis), atau tidak nafsu sex sepanjang hayatnya hanya lantaran egois, masa bodoh dan sombong.
Oleh karena itu saya menghimbau Anda dengan rendah hati lagi hormat wahai suami yang menginginkan kebahagiaan istrimu, agar Anda memperhatikan baik-baik apa yang diinginkan wanita. Curahkanlah barang sedikit energimu untuk keperluan itu dan sebagai jaminan kebahagiaan Anda serta istri Anda. Semoga Alloh melimpahkan taufik-Nya kepada Anda.

1) Wanita adalah sensitif dan lembut yang harus Anda perlakukannya dengan lunak, penuh simpati dan hati-hati agar tidak menyinggung perasaannya. Rosûlulloh n bersabda :

« يَا أَنْجَشَةُ رِفْقًا بِالْقَوَارِيْرِ » 
“Wahai Anjasyah bersikap lembutlah terhadap para wanita” 

2) Wanita ingin dicintai, dipuji kecantikannya, perasaannya, pakaiannya, masakannya dan beres-beresnya.  
3) Wanita senang berdandan dan memperbanyak pakaiaan, maka hendaklah pria yang bijak menyelaraskan antara kegemaran tersebut dengan yang sewajarnya menurut akal, syariat Islam dan realitas materi.
4) Wanita mempergunakan hartanya, tenaganya dan waktunya untuk berhias, sementara perhatian dan apresiasi suami sangat minim, sikap demikian dipandang wanita (selaku istrinya) sebagai sikap meremehkan.
5) Wanita menyukai suami dermawan, maka jadilah Anda suami yang dermawan kepada istri sesuai kemampuan.  
6) Wanita menyukai pria stabil kepribadiannya, percaya diri dan berstatus sosial terhormat (terpandang).
7) Keterikatan wanita dengan momen-momen penting dan hari-hari besar, menurutnya itu prioritas, maka wajar jika ia menginginkan suami memberikan apresiasi dengan mendukung rasa senangnya, simpati padanya dan memberikan hadiah kepadanya.
8) Wanita senang jika dipuji suaminya, teristimewa di depan keluarganya sendiri dan keluarga suaminya.
9) Saat wanita berada di tempat yang jauh dari suaminya, ia merasa senang jika suami sudi menghubunginya via telephon atau sekedar surat kangen.
10) Wanita senang disayang serta dimanjakan suaminya ketika sedang sakit atau dalam kesedihan.
11) Wanita menyukai suaminya bercanda mesra bersamanya ala anak muda untuk merangsang gairah sexnya saat suami ada kesempatan, antara lain dengan mengedipkan mata atau memeluk atau dengan bermain spontan.
12) Wanita menyukai pria hebat lagi kuat seraya cinta kasih, penuh simpati dan ekspresi kata-kata yang meningkatkan gairah sex selain sensasi-sensasi fareatif saat pelukan dan bersetubuh.
13) Wanita menyukai menforsir sedikit agar tidak kelihatan lemas menjelang persetubuhan sebagai bukti betapa kecintaan suami kepada istrinya. Tidak mengapa suami sesekali memuaskan kesukaan tersebut kepada istrinya.
14) Wanita menyukai jika suami memandang penting keberadaan istrinya bagi kehidupannya dan istri tahu betapa suami tidak bisa eksis tanpa istri.  
15) Wanita senang jika dalam diri suami ada kecemburuan yang beralasan dan mengkhawatirkan istrinya menderita.  
16) Wanita suka suaminya menaruh kepercayaan padanya, moralnya dan amanatnya.  
17) Wanita paling tidak suka mendengar suaminya memuji kecantikan, keserasian pakaian, masakan dan kerapian wanita lain, apapun alasannya.
18) Wanita paling tidak suka disebut kekurangannya meski hanya bercanda, khususnya di depan orang lain.
19) Wanita paling tidak suka suami mengancam untuk menceraikannya, di samping ancaman seperti ini kurang ada manfaatnya, bahkan umumnya membuat suasana semakin runyam.
20) Wanita tidak suka suami sering bicara poligami meski bercanda, makanya hindarilah sebisa mungkin.  
21) Sungguh memandang wanita lain di depan istrinya meskipun tidak sengaja, membuatnya merasa direndahkan, menyakitinya, menyebabkan cemburu dan mengalami kegoncangan jiwa. Maka berupayalah menghindari itu semaksimal mungkin. 
22) Wanita menanggung beban berat demi suami. Namun di hadapan orang lain, keluarganya dan keluarga suaminya sama sekali tidak memberikan kesan merasa menderita lantaran itu.
23) Sungguh pujian suami kepada istrinya ketika melakukan pekerjaan dengan baik memiliki peran luar biasa guna meberikan support selanjutnya dan memacu lebih giat lagi padanya.
24) Nampaknya mustahil intimnya istri hanya dengan ibu mertua saja dan keluarga suami semuanya. Suami yang ingin lapang dada hendaklah meminimalisir kehidupan istri bersama-sama keluarganya, namun tetap mengupayakan hak-hak semua pihak tanpa harus sering bersama-sama mereka.  
25) Akan lebih utama manakala suami memberikan sesuatu kepada keluarganya tanpa sepengetahuan istrinya, sebaliknya jika memberikan sesuatu kepada istrinya sebaiknya tanpa sepengetahuan keluarganya, untuk mengurangi kecemburuan dan menghindari masala-masalah yang mengganjal.
26) Hari-hari bersama istri yang sedang haid (menstruasi), nifas dan saat hamil terkadang menyenangkan, namun terkadang sikap dan prilakunya justru sebaliknya. Oleh karena itu sebaiknya suami agar bersikap ekstra lembut padanya di saat-saat demikian.  
27) Rumah bagi kehidupan istri adalah segalanya, maka bantulah dia dengan melengkapi semua kebutuhan utama rumah secepat mungkin. 
28) Jangan bawa suasana duka kerja kedalam rumah hingga menyebabkan istri gundah-gulana.
29) Usahakan untuk tidak menyibukkan urusan kerja anda kepada istrimu dan rumahtanggamu secara tidak wajar.
30) Jangan sering meninggalkan istri di rumah sendirian dalam waktu lama tanpa alasan yang benar, terlebih jika belum ada kesibukan mengurus anak.
31) Saat waktu senggang ajaklah istri berekreasi keluar rumah jika kondisi memungkinkan.
32) Janganlah memaksakan kebijakan, terutama persoalan-persoalan rumah yang kurang penting, jika hendak mengganti kebijakan istri, hendaklah terlebih dahulu Anda kemukakan pendapatmu secara memuaskan
33) Ucapkanlah kata selamat tinggal sebelum keluar rumah dan salam ketika memasuki rumah. Alangkah indahnya jika disertai ciuman.  



Saudaraku tercinta
Kami yakin bahwa kita sudah memahami apa yang sudah kami kemukakan, bahwa hubungan suami-istri adalah keserasian yang dibangun atas dasar persamaan hak dan kewajiban antara kedua belah pihak. Begitulah sistem ilahi yang disinyalir Alloh l :
« ... وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ... »
“Dan bagi mereka (perempuan) ada( hak yang harus ditunaikan oleh lelaki) sebagaimana hak (bagi lelaki) yang harus ditunaikan oleh mereka ( perempuan) dengan cara ma’rûf (dalam hubungan timbal-balik sebagaimana Alloh perintahkan). Dan bagi lelaki ada karunia kelebihan .” (Al-Baqoroh [2] : 228) 
Jelas bahwa kemampuan memimpin dan mengontrol ada di tangan lelaki, karena lelaki dikaruniai kelebihan kekuatan dan keahlian menejerial.
Oleh karena itu sudah semestinya lelaki memahami bahwa karunia status melebihi perempuan lebih dipahami sebagai status tugas dan tanggung jawab, bukan semata-mata kehormatan.  
Sebenarnya lelaki yang mengekploitasi poros kekuatan yang ada padanya untuk kejahatan dan melecehkan istrinya, adalah lelaki yang tidak mengerti hakikat konsep timbal-balik antara suami-istri sehingga ia tidak pantas memperoleh penghormatan apapun dari istrinya.
 Sesungguhnya istri di rumah suaminya selaku pelaksana pemerintahan di wilayahnya, maka dari itu lelaki mesti mengerti interaksinya dengan istrinya harus dibangun di atas landasan menghormati kemanusiaan istrinya dan mengontrol serta mengevaluasi harga dirinya. Dia harus juga mempersiapkan dirinya agar terhadap istrinya bisa melakukan fungsi sebagai bapak, ibu dan saudara, pasalnya istri akan meninggalkan mereka semua demi anda. Oleh karena itu saya haturkan sekali lagi :

 “Bukalah kedua matamu lebar-lebar sebelum pernikahan dan sedikit saja sesudahnya. Semoga Alloh mengaruniai taufik kepadamu”.


PESTA PERKAWINAN

 Rosûlulloh nmemberikan rukhshoh kepada kita menyelenggarakan hiburan buat pengantin sesuai periwayatan dari ‘Ậmir bin Sa’d berkata : “Saya pernah menemui Qorozhoh bin Ka’b dan Abi Mas’ữd Al-Anshôrî dalam pesta pernikahan, lalu tiba-tiba para pelayan wanita menyanyi, lalu saya katakan kepada mereka berdua : “Kamu berdua sahabat Rosữlulloh n dan termasuk turut serta dalam perang badar, lalu berbuat demikian”. Lalu seorang di antaranya merespon : “Duduklah jika Anda suka lalu dengarkan bersama kami, dan pergilah jika suka, sebab Rosữlulloh n telah memberikan rukhshoh buat kita saat acara pernikahan”.  
 Dari ‘Ậisyah e bahwasanya ia mempertemukan wanita dengan seorang lelaki kalangan Anshộr lalu Rosûlulloh n bersabda : 
« يَا عَائِشَةُ، مَا كَانَ مَعَكُمْ لَهْوٌ؟ فَإنَّ الأنْصَارَ يُعْجِبُهُمُ اللَّهْوُ »
“Tidakkah diramaikan dengan hiburan?Karena orang-orang Anshôr sangat menyukai hiburan.”  

 Di samping itu acara waîmatu `l-´ursi (resepsi pernikahan) adalah sunnah muakkad sesuai riwayat Anas a bahwasanya Nabi n melihat bekas berwarna kuning pada Abdur Rohman bin ´Auf, lalu bersabda : “Apa ini?”. Lalu dia menjawab : “Sungguh saya telah menikah dengan wanita Anshôr dengan maskawin senilai satu wazni ´dz-dzahabi . Lalu Rosûlulloh n bersabda :
   
«بَارَكَ اللّهُ فِيَْكَ أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ»‏
“Semoga Alloh memberkahimu. Selenggarakanlah walimatu `l-´ursi (resepsi pernikahan) meski dengan seekor kambing.”  

 Seyogyanya resepsi pernikahan setidaknya dengan seekor kambing, namun jika masih keberatan, boleh juga resepsi pernikahan tanpa daging. 
 Dari ´Aisyah e berkata : “Rosûlulloh n menyelenggarakan resepsi pernikahan dengan dua mud tepung gandum”.  

Menghadiri undangan walîmatu `l-´ursi hukumnya wajib 

 Rosûlulloh n bersabda :

« إذَا دُعِيَ أحَدُكُمْ إلَى وَلِيْمَةِ الْعُرْسِ فَلْيُجِبْ»‏
“Apabila salah seorang di antara kalian diundang menghadiri resepsi pernikahan hendaklah meresponnya.” 

 Tidak menghadiri undangan walîmatu `l-´ursi (resepsi pernikahan) berarti maksiat kepada Alloh dan Rosûl-Nya. Abu Huroiroh a berkata : “Sejelek-jelek makanan adalah makanan resepsi pernikahan untuk para undangan kaya, padahal orang-orang papa tidak diundang, sedangkan orang yang tidak mendatangi undangan uleman walîmatu `l-´ursi berarti maksiat kepada Alloh dan Rosûl-Nya”.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berikan nasehat anda :